Dari Indonesia Menyelamatkan Dunia

www.marketing.co.id – Oxium merupakan adiktif pemercepat proses oksidasi plastik buatan Indonesia. Kurang dari dua tahun sudah bisa merambah ke pasar internasional. Bagaimana kisahnya?

Sadarkah Anda bila pada plastik-plastik belanja yang didapat dari supermarket ada tulisan “Oxium”? Terletak di bawah logo supermarket tempat biasa Anda belanja kebutuhan sehari-hari.

Nah, apakah itu Oxium? Sebelumnya, kita mundur sedikit untuk mengingat kisah mengenai plastik. Benda ini merupakan salah satu ciptaan manusia dalam kurun 100 tahun yang bisa disebut sebagai keajaiban. Ajaib karena begitu dibuat memberi manfaat besar dan langsung masuk ke hampir semua aspek kehidupan manusia. Lihat saja di sekitar kita, dengan mudah kita bisa menemukan benda dari plastik.

Sepertinya tidak perlu digambarkan seberapa besar peran plastik dalam kehidupan manusia. Lebih bermanfaat rasanya bila kita membahas dampak dari plastik bagi lingkungan manusia. Tentunya, sudah bukan isu baru lagi bahwa plastik dituding sebagai salah satu sampah yang mencemari lingkungan. Sebabnya, limbah plastik baru bisa terurai dan bisa dimakan oleh mikroba setelah 1.000 tahun.

Dari pernyataan bahwa plastik bisa terurai di atas sebenarnya dapat disimpulkan juga bila plastik murni pada dasarnya tidak mencemari lingkungan, sebab plastik itu pun berbahan baku organik. Hanya saja, perlu waktu untuk membuat plastik bisa kembali ke alam.

Mengingat dampak yang mengiringi booming penggunaan plastik, para produsen plastik lalu mencoba mengeremnya. Maka, 50 tahun lalu produsen plastik meluncurkan kampanye 3R; recycle, reduce, dan reuse. Ketiga ide aksi ini bagus dan harus selalu didukung. Namun, ternyata hasil yang didapat masih sangat kecil, atau belum sebanding dengan pertumbuhan penggunaan plastik di dunia.

Sehingga, belakangan ini para produsen plastik mulai memikirkan cara supaya plastik tidak menumpuk dan mengotori lingkungan. Salah satunya dengan cara mempercepat proses oksidasi dan bisa dimakan oleh mikroba.  Caranya, mencampur plastik murni dengan zat adiktif tertentu. “Ide 3R tidak menyelesaikan masalah meski tidak menambah masalah baru. Di Amerika hanya 1% dari total plastik yang terserap untuk di-recycle. Untuk itu, perlu terobosan lain untuk menyelesaikan problem plastik,” kata Sugianto Tandio, President Director PT Tirta Marta, produsen Oxium.

Oxium adalah salah satu merek dari jenis adiktif yang dicampurkan ke bahan baku plastik murni agar mempercepat proses oksidasi. Dengan mencampurkan 10% dari bahan baku plastik dengan Oxium, proses oksidasi bisa berlangsung hanya dalam kurun waktu dua tahun dan bisa segera dimakan oleh mikroba. “Jadi, setiap plastik yang bertuliskan Oxium bisa diurai oleh mikroba setelah dua tahun saja,” tandas Sugianto.

Zat adiktif semacam Oxium di seluruh dunia jumlahnya tidak banyak, produsennya pun terbatas. Di antaranya, EPI, D2W, Willoridge, Symphoni, dan lainnya. Ada yang dari Amerika, Inggris, dan Kanada. Nah, dengan begitu, bisa dibilang Indonesia termasuk satu dari sedikit negara yang mampu menelurkan teknologi yang prolingkungan. Apalagi, penemu Oxium adalah orang Indonesia.

Keunggulan Oxium dibanding dengan merek lain adalah dalam hal efisiensi harga. Dibandingkan Oxium, produk lain rata-rata berlipat-lipat harganya lebih mahal. Sedangkan dilihat dari sisi hasil, kesemuanya masih baru bisa mempercepat proses oksidasi dalam dua tahun.

Tidak sekadar itu, Oxium pun langsung menembus pasar internasional. Plastik-plastik yang sudah dicampur dengan Oxium sudah menembus pasar Amerika, Singapura, Brasil, dan lainnya. Banyak merek perusahaan ritel yang sudah menggunakan Oxium. Sebut saja, Zara, The Body Shop, Lakewinds-retail di Amerika, Nike, Polo, dan banyak lagi.

Dalam upaya menembus pasar internasional ini, Tirta Marta memang tidak melakukannya secara sendiri. Tetapi, menggandeng juga produsen-produsen plastik baik di Indonesia maupun di negara setempat. Karena sejauh ini, Tirta Marta lebih fokus memproduksi dan memasarkan Oxium dibanding dalam bentuk tas plastik yang biasa didapat oleh pelanggan toko. “Kami memiliki pabrik plastik juga, namun lebih banyak untuk R&D. Sedangkan volume yang kami produksi untuk dipasarkan tidak terlalu banyak,” kata Sugianto.

Antara Tirta Marta selaku produsen Oxium dan pabrik plastik bahu-membahu dalam melakukan penetrasi pasar. Tirta Marta aktif mendekati pemilik toko ritel atau produk-produk yang membutuhkan tas plastik. Pendekatan yang dilakukan biasanya berbasis ilmiah atau scientific approach. Bila pemilik ritel tertarik, pembicaraan selanjutnya adalah dengan produsen tas plastik untuk membahas teknis bisnis. Suatu kebetulan Sugianto pernah tinggal cukup lama di Amerika Serikat, dan dari pergaulannya selama di negara tersebut memudahkan juga dalam mendekati para pemilik ritel maupun merek.

Keberhasilan Oxium menembus pasar asing ini juga disebabkan ketepatan waktu kemunculan mereka. Oxium mulai dipasarkan pada tahun 2009 ketika eforia kampanye hijau masih hangat-hangatnya. Banyak perusahaan sedang menciptakan nilai lebih merek mereka dengan menyatakan diri sebagai merek yang peduli kelestarian lingkungan.

“Dengan begitu, kami menyasar dulu merek-merek terkenal, terutama yang mencoba membangun image menjadi green company. Setelah berhasil, merek-merek lain akan relatif lebih mudah didapat,” tambah Harianto Taruna, Direktur Operational PT Tirta Marta.

Sekarang ini, ada sekitar 16 produsen plastik level atas yang bekerja sama dengan Oxium di Indonesia. Baik produsen plastik dan pemilik ritel wajib mencantumkan Oxium di setiap tas plastik yang akan diberikan ke pelanggan toko. Ini merupakan salah satu upaya branding Oxium yang dilakukan Tirta Marta.

Pasar dalam negeri tentu saja tidak ditinggalkan oleh Oxium. Bahkan, sejak tahun 2009 diluncurkan, plastik yang berlabel Oxium sudah masuk ke 90% perusahaan ritel besar di Indonesia. Sugianto mengatakan, saat ini sudah ada perusahaan yang menggunakan kantong plastik dengan Oxium, yakni Carrefour, Indomaret, Alfamart. Superindo, Hero, Giant, TipTop, Kemchicks, Guardian, Century, Yogya, dan Gramedia. “Sebentar lagi, ritel-ritel yang baru buka di Indonesia akhir tahun kemarin juga akan menggunakan plastik Oxium.”

Sugianto menandaskan, Oxium sudah teruji dan mendapatkan pengakuan dunia. Sehingga, untuk menjaga bahwa setiap plastik yang bertuliskan “Oxium” benar-benar bisa terurai setelah dua tahun, pihaknya selalu mengontrol para produsen plastik yang menjadi rekannya. “Perjanjian diperbarui secara periodik, kalau tidak menjalankan aturan akan kami putus kerja samanya,” tegas sugianto. (Ign. Eko Adiwaluyo)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.