D’Cost, Digital Marketing adalah Alat yang Tepat!

PT Pendekar bodoh atau biasa kita kenal dengan D’Cost berhasil menjadi salah satu merek top Indonesia. Berbagai penghargaan berhasil diraihnya termasuk dalam hal aktivitas mereka di ranah digital. Seperti apa strateginya?

d'cost sunterAgar bisa menjangkau sebanyak mungkin pelanggan, bisnis saat ini tidak lagi hanya bisa mengandalkan iklan media cetak, televisi, dan radio. Banyak bisnis yang telah bergeser jauh dari iklan ke strategi internet marketing.

Web dan email telah membuka jalan bagi bisnis untuk menuju pasar baru – potensi pelanggan dan klien baru. Meskipun bisa hadir dalam berbagai bentuk – seperti menampilkan iklan atau social media marketing – internet marketing adalah untuk mencoba dan membangun brand awareness dan menarik konsumen baru melalui internet.

Seperti halnya yang dilakukan D’Cost, perusahaan kuliner ini paham betul akan kedahsyatan dari kekuatan digital. Tak heran, sejak awal berdirinya, D’Cost sudah memasukkan digital ke dalam strategi marketing mereka.

Bagi kami, marketing tidak harus melakukan cara-cara yang sudah ada. Kita harus peka dan update terhadap hal-hal baru, salah satunya kampanye digital, viral marketing, kami melakukan itu semua karena perkembangan di dunia marketing tidaklah baku,” ujar GM Promotion& PR D’Cost Group, Eka Agus Rachman.

“Bagi kebanyakan marketer, digital adalah pemasaran melalui digital. Kami tidak melakukan itu secara langsung. Namun lebih pada melalukan upaya-upaya public relations, promosi, dan marketing,” lanjut Eka.

Tren pengguna media sosial makin lama makin naik – terutama di kalangan muda. Mereka merupakan pasar masa depan. Untuk itu, pelan-pelan kami giring mereka supaya mengakses internet untuk kebutuhan D’Cost.

Mereka adalah target masa depan D’Cost. Pengguna media sosial 60% adalah anak muda. “Pasar itulah yang akan kami tuju berikutnya,” lanjut Eka. Selain itu, mereka sudah terbiasa dengan digital dibanding dengan mereka yang lebih senior.

Pengelolaan media sosial dan strategi

Bagi D’Cost, akun media sosial (Facebook, Twitter, dan Instagram) dan website harus dikelola dengan sangat baik. “Kami memiliki tim sendiri untuk mengelolanya. Kami ingin menjadikan mereka saluran untuk promosi dan menjadi PR D’Cost untuk pelanggan,” jelas Eka.

“Setiap bulan kami membuat konten dan plan yang berisi tentang rencana-rencana yang akan dilakukan bulan berikutnya. Misalnya promo, update berita seputar D’Cost. Kami menginformasikan semua berita tentang perusahaan di media sosial termasuk website,” imbuhnya.

Meski begitu, apa yang disampaikan di media sosial tidak 100% tentang D’cost. Menurut Eka, hal itu hanya akan membuat pengikut dan penggemar bosan. Proporsinya 60:40 – 60% berita tentang D’Cost dan 40% berita umum namun masih berkolerasi dengan D’Cost. Seperti mengenai kesehatan, keluarga, sejarah termasuk hari-hari besar keagamaan dan hari nasional. Itu semua masuk dalam strategi media sosial kami. Sedangkan website 100% berisi tentang D’Cost. Dari website mereka bisa order makanan dan banyak lagi.

Namun, diakui Eka bahwa penjualan secara online tidak terlalu signifikan. “Penjualan langsung atau direct selling itu lebih besar ketimbang digital,” terang Eka. Hal itu menurutnya dikarenakan masyarakan Indonesi belum 100% memanfaatkan digital untuk kebutuhan yang tidak vital. Misalnya, masyarakan Indonesia menggunakan internet masih sebatas chatting, dan mencari informasi. Sangat sedikit yang menggunakannya untuk pemesanan – transaksi penjualan.

Meski pengaruhnya terhadap penjualan belum besar, namun awareness D’Cost di kalangan muda sangat tinggi. Memang itulah tujuan kami dari penggunaan media digital ini, lanjut Eka.

Meski begitu, meyakinkan konsumen di ranah digital itu tidak mudah. Untuk itu, D’Cost meyakinkan mereka bahwa D’Cost melakukannya dengan benar dan profesional. Caranya dengan merespon apa yang disampaikan pelanggan.

Trend digital

Menurutnya, tren digital ke depan akan semakin besar. Bahkan akan lebih besar dari media yang sudah ada sebelumnya. Memang, di Indonesia penggunaan internet saat ini masih sebatas chatting namun ke depan akan berubah.

Kebutuhan internet tidak lagi hanya sebatas chatting, namun mencari informasi untuk menemukan hal-hal baru yang belum mereka dapatkan. Pencarian secara digital itu selain murah juga cepat. Jadi, ke depan kebutuhan akan media digital dan sosial akan semakin besar.

Tentunya D’cost sudah mengantisipasi hal itu jauh-jauh hari. D’Cost sangat terbuka terhadap perkembangan teknologi. Mereka tidak alergi dan terus mengikuti perkembangannya. Karena itulah D’Cost banyak dianugerahi berbagai macam penghargaan, seperti Top Brand Award dan Marketing Award.

Artikel ini pertama kali terbit di Majalah Youth Marketers edisi November “Ini Dia Para Kampiun Digital Marketing Indonesia”. Anda bisa mengunduh edisi lengkapnya di sini.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.