Dengan Hari Marketing Indonesia (HAMARI), Produk Lokal Bisa Lebih Berkibar

Ki-Ka: Ketum GAPMMI Adhi S Lukman, Founder PT Paragon Techonology Innovation (Wardah) Nurhayati Subakat, Head of Corporate Communications Martha Tilaar Group Palupi Candra, Founder Frontier Consulting Group Handi Irawan, dan Ketua Aprindo Tutum Rahanta saat jumpa pers di Hotel Ritz Carlton, Jakarta (23/3). Foto: Lilyanti/Majalah Marketing
Ki-Ka: Ketum GAPMMI Adhi S Lukman, Founder PT Paragon Techonology Innovation (Wardah) Nurhayati Subakat, Head of Corporate Communications Martha Tilaar Group Palupi Candra, Founder Frontier Consulting Group Handi Irawan, dan Ketua Aprindo Tutum Rahanta saat jumpa pers di Hotel Ritz Carlton, Jakarta (23/3). Foto: Lilyanti/Majalah Marketing

Kita semua tahu, bahwa Pekalongan juga dikenal sebagai kota batik, bukan hanya Jogja ataupun Solo. Kendati demikian, tahukah Anda, bahwa Pekalongan memiliki profit marjin yang rendah, termasuk dalam penjualan batik. Benarkah?

Hal tersebut disampaikan dengan sangat jelas oleh Handi Irawan, CEO Frontier Consulting Group, “Batik Pekalongan dihargai sekitar 18 ribuan, padahal sentra batiknya luar biasa. Alasannya, mereka tidak punya market value added,” kata Handi, mewakili Board of Advisor Hari Marketing Indonesia (HAMARI), pada pembukaan peresmian Hari Marketing Indonesia (HAMARI) di Balairung Soesilo Soedarman, gedung Sapta Pesona, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Selasa, 1 April.

Padahal, jika dijual di Jakarta, Batik Pekalongan bisa mencapai harga seratus ribu rupiah. Lantas apa yang salah dari para pebisnis batik di Pekalongan?

Menurut Handi Irawan, kebanyakan dari mereka hanya berfokus pada produksi, mereka tidak terlalu memikirkan kualitas merek dan marketing. Ingat, merek, bukan produk. Produk mereka jelas sangat baik, tapi mereka tidak bisa menancapkan merek dengan baik di benak publik.

“Hasil survei dari Top Brand menyatakan, bahwa merek lokal (produksi dan melakukan penjualan dalam lingkup lokal, biasanya usaha mikro) hampir terus menurun pangsa pasarnya,” ucap Handi.

Sementara jika dilihat ke sisi lain, yakni merek lokal yang sudah multi nasional seperti, kopi Kapal Api dan kopi Luwak, Indofood dengan Indomie nya, serta beberapa merek minyak goreng, semuanya sudah bisa terdengar hingga ke manca negara. Pertanyaannya, apa yang bisa membuat merek tersebut bisa laris dan digemari hingga mencapai lingkup internasional? Jawabannya adalah adanya pelaku marketing.

Pelaku marketing di sini haruslah memiliki marketing culture yang dapat meningkatkan kreatifitas dalam berinovasi. Penting pula untuk mendengarkan apa keinginan publik demi menciptakan loyalitas pelanggan.

“Produk boleh sama, tapi ciptakan persepsi yang kuat pada imajinasi publik. Itu sangat memiliki pengaruh yang luar biasa. Dan perlu diingat, bahwa harga merek memiliki nilai yang lebih besar dari aset perusahaan lain. Inilah tugas marketing,” papar Handi lagi yang juga memaparkan, bahwa alasan inilah yang menjadi dasar tercetusnya Hari Marketing Indonesia (HAMARI).

Dengan memperingati Hari Marketing Indonesia (HAMARI), diharapkan pelaku bisnis tanah air dapat membangun perekonomian yang lebih baik, sehingga menciptakan citra Indonesia yang baik pula di mata dunia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.