Djoglo Moeljo Art (Silver & Craft), Tonjolkan Nuansa Etnik Jawa

Usaha kerajinan tangan cukup menjanjikan keuntungan yang lumayan besar. Tengok saja Rachmad yang sukses mendulang ratusan juta rupiah dari usaha kerajinan berbahan logam dan kayu. Bagaimana ia mengelola usahanya?

joglo 02

Krisis moneter (krismon) yang melanda Indonesia pada tahun 1997 telah meruntuhkan kejayaan usaha kerajinan perak di Kota Gede, Yogyakarta. Banyak yang gulung tikar, termasuk Djoglo Moeljo Art usaha milik orang tua Rachmad Adi Nugroho, lantaran tak sanggup lagi membeli bahan baku pembuatan kerajinan perak yang semakin mahal.

Pasca krismon, tepatnya di awal tahun 2000-an, Rachmad yang kala itu masih berkuliah di Universitas Gajah Mada mencoba membangkitkan kembali usaha orang tuanya yang terpuruk. Di tengah harga perak yang melambung tinggi, ia pun harus memutar otak untuk mencari dan mengganti bahan baku alternatif yang lebih murah.

“Untuk menyiasati masalah harga perak yang mahal, bahan baku dialihkan ke aluminium dan kuningan. Selain lebih murah, pertimbangan memilih kedua logam tersebut karena memiliki beberapa keunggulan yakni sifatnya ringan dan lebih kuat, minimalis, dan bergaya lebih modern serta mudah dibersihkan,” jelas dia.

Meski melanjutkan usaha orang tua, Rachmad  mengaku membangun usaha kerajinan logamnya dari nol lagi. Modal pun seadanya memanfaatkan sisa-sisa bahan baku dan stok produk yang ada, ditambah pengetahuan teknis produksi dan jaringan perajin yang sedikit banyak sudah dikenalnya.

“Keuntungannya, basis produksi sudah ada. Tinggal mengembangkan jaringan pemasaran. Stok lama yang ada dijadikan sampel dijual ke teman-teman. Produk pertama yang ditawarkan adalah cincin dan cendera mata pernikahan, kemudian hasil penjualan diputar untuk membeli bahan baku,” tuturnya.

Bisnis kerajinan tangan yang digeluti Rachmad terus berkembang setahap demi setahap. Aneka kerajinan tangan yang ditawarkan pun terus bertambah dengan menonjolkan produk-produk yang kental nuansa etnik Jawa, berupa pajangan interior dan topeng berkarakter pewayangan berbahan kombinasi logam dan kayu.

“Hasil kerajinan tangan berbentuk wayang kini kian populer dan banyak digemari masyarakat di Nusantara karena sarat akan kearifan lokal budaya Jawa. Bahkan saking terkenalnya kerajinan tangan wayang digemari orang-orang di luar negeri. Selain mendatangkan keuntungan, ini merupakan upaya kami dalam melestarikan kebudayaan negeri sendiri,” ujarnya.

Semua produk kerajinan tangan yang dijual punya kualitas yang bisa diandalkan dan keunikan serta dibalut nuansa etnik sehingga memiliki nilai yang tinggi. Setelah wayang, Rachmad mengembangkan produk kerajinan tangan bermotif batik. Bahkan khusus untuk pasar Bali dikembangkan produk berkarakter Bali, seperti motif barong, penari bali, dan pura.

Setelah 16 tahun berlalu, Rachmad kini memiliki 20 orang karyawan yang mampu menghasilkan ribuan produk setiap bulannya. Mulai dari produk berukuran kecil hingga produk berukuran besar, meliputi piala, tas aksesori, perhiasan, dan hadiah perusahaan berbahan kayu dan logam dari perak, almunium dan kuningan, yang menyasar segmen ritel maupun korporasi.

“Pelanggan dapat memesan sesuai model yang ada ataupun custom menggunakan desain dari mereka,” sebut Rachmad.

joglo 01
Rachmad Adi Nugroho, Pemilik Djoglo Moeljo Art

Harga yang ditawarkan bervariasi mulai dari Rp5.000 untuk aksesori–seperti gantungan kunci dan magnet kulkas. Sementara pajangan dan topeng logam dibanderol antara Rp100.000─Rp500.000. Produk hadiah perusahaan bisa mencapai harga Rp3 juta─Rp5 juta, tergantung pada jumlah, ukuran, dan tingkat kerumitan produk dalam proses pembuatannya.

Produk Djoglo Moeljo Art dapat diperoleh di showroom yang terletak di Jalan Kemasan 67A Kotagede, Yogyakarta. Selain itu juga di 15 toko cendera mata dan kerajinan di daerah Yogyakarta, Jakarta, Surabaya, dan Denpasar, seperti Batik Keris, Pendopo, dan Sarinah. Sementara melalui kanal online dapat diperoleh di beberapa marketplace, seperti Heritage.id dan Lazada.co.id.

Dalam kegiatan pemasaran, Rachmad pilih melakukan promosi melalui pameran. Cara ini dinilai sebagai salah satu cara yang efektif untuk memperluas pasar. Pameran besar yang kerap diikuti Djoglo Moeljo Art adalah Inacraft, pameran kerajinan terbesar yang diprakarsai oleh ASEPHI (Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia).

Tak hanya membidik pasar lokal, Rachmad juga sudah melakukan ekspor untuk kerajinan perak ke banyak negara, di antaranya Italia, Belgia, UEA, Rusia, dan Meksiko. “Saat ini omzet bisa mencapai Rp100 juta dengan komposisi penjualan lokal 70%, ekspor 20%, dan korporat 10%,”  ungkapnya.

Angka tersebut sejatinya masih bisa digenjot lebih tinggi lagi. Namun, keterbatasan produksi membuat Rachmad kesulitan memenuhi permintaan pasar. Untuk meningkatkan kapasitas produksi dibutuhkan tenaga kerja terampil, sedangkan untuk melatih tenaga-tenaga kerja baru yang mumpuni dibutuhkan waktu cukup lama.

“Fokus kami sekarang meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi pasar domestik maupun ekspor,” pungkasnya.

Moh. Agus Maghribi

MM.02.2017

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.