e-Mail Marketing: Masih Tren?

Marketing – Jika ingin tampil menonjol ke depannya, kita perlu membuat pemasaran kita menjadi semakin niche. Itu berarti menyasar pasar yang semakin spesifik serta menciptakan konten yang semakin personal. Apakah email marketing masih menjadi pilihan?

Dengan ketersediaan data yang semakin melimpah tentang history penjualan, perilaku konsumen, dan bahkan link mana saja yang sering diklik oleh konsumen tertentu, sudah saatnya para pemasar menciptakan konten khusus secara lebih personal. Di tengah pasar yang semakin ramai, suatu merek semakin tak mampu menyasar pasar yang terlalu melebar.

Strategi pemasaran yang terlalu melebar dinilai kurang dapat mempererat hubungan dengan konsumen. e-Mail masih menjadi tools yang cukup ampuh jika disesuaikan dengan hasil analisis data-data tentang perilaku konsumen. Riset yang dilakukan Marketo—perusahaan perangkat lunak otomasi pemasaran, mengungkap bahwa email berbasis data dan relevan dengan perilaku konsumen yang niche punya performa tiga kali lebih baik daripada yang dikirim secara massal (email blast).

Personalisasi

Perusahaan seperti Netflix dan Amazon sudah lama me-leverage performa pemasarannya lewat kekuatan personalisasi. Ketika masuk ke dalam akun Netflix misalnya, kita langsung disuguhi layar yang familier dengan kebutuhan dan kesukaan kita. Banner, urutan konten, gambar-gambar, tulisan, fitur pencari, dan lainnya; semua dibuat relevan dengan pengaturan kita. Karena ini pula, konsumen merasa maksimal dalam menikmati konten, tanpa harus buang waktu atau kerepotan mencari-cari konten yang diinginkan.

Ada begitu banyak data di luar sana yang sebenarnya mengindikasikan bahwa konsumen ingin konten yang personal dan relevan. Menurut perusahaan konsultan IT dan transformasi digital Infosys, 74% konsumen merasa kesal ketika konten situs tidak sesuai dengan keinginan mereka.

Pendapat dari perusahaan riset Forrester, sekitar 77% konsumen cenderung memilih, merekomendasikan, serta rela membayar lebih mahal untuk merek-merek yang menyediakan layanan maupun experience yang sifatnya lebih personal. Dengan semua informasi seperti ini, sudah jelas para pemasar harus mengacu pada strategi yang menyasar pasar lebih niche.

Strategi personalisasi merupakan strategi pemasaran dengan value lebih tinggi ke depannya. Walau demikian, strategi ini masih sulit untuk dieksekusi karena berbagai keterbatasan yang ada, seperti minimnya: ketersediaan data, kompetensi sumber daya manusia, kesiapan infrastruktur teknologi, dan bujet yang dianggarkan; juga kurangnya komitmen dari manajemen.

Di sisi lain, keyakinan untuk mengimplementasikannya semakin tinggi. Masih ada ruang untuk pengembangan terkait strategi lintas media (cross-channel), terus mengasah algoritma machine-learning, serta makin mengandalkan kedalaman data untuk melakukan targeting.

Di samping banyaknya channel yang bermunculan, email tetap menjadi tool penting untuk pemasaran bisnis besar maupun kecil. Kunci sukses untuk men-deliver pemasaran lewat email adalah mengasah konten yang benar-benar diinginkan konsumen di dalam inbox mereka. Setiap email harus berbicara dengan style dan konten yang berbeda pada setiap konsumen. Jadi, bukan mengirimkan email yang sama secara massal.

Peran Artificial Intelligence dalam e-Mail Marketing

AI dan machine learning adalah dua teknologi pembelajaran bagi komputer. Tujuannya, dengan koleksi data yang dimiliki, komputer bisa secara efektif memberikan fungsi yang diinginkan walaupun secara trial and error. Teknologi AI sendiri bisa menjalankan tiga fungsi di sini.

Deteksi. AI bisa menemukan atribut atau elemen mana saja di dalam kumpulan data yang paling dibutuhkan pada saat tertentu secara realtime. Sementara itu, AI mengabaikan elemen lain yang belum dibutuhkan.

Telusur. Dari semua data yang terkumpul, AI bisa menimbang dan membandingkan tiap-tiap atribut untuk membuat keputusan, memberikan rekomendasi, atau menjawab suatu pertanyaan.

Elaborasi. Melalui teknologi machine learning, bidang turunan dari AI, teknologi AI punya kemampuan belajar dan mampu memprogram dirinya sendiri menjadi semakin pintar dan matang dengan setiap interaksi dan pengulangan yang ada. Karena itu, AI juga mampu mengubah dan mengevaluasi data berdasarkan informasi yang diterima atau berdasarkan hasil eksperimen.

Teknologi AI mengubah email marketing menjadi media komunikasi 1:1 yang lebih personal dan lebih baik. Merek bisa tampil lebih menonjol bagi konsumen tertentu berkat AI; karena mampu memberikan pesan yang tepat, kepada audiens yang tepat, pada momen yang tepat. AI membantu pemasar mempelajari perilaku konsumen dan mengelola data.

Timing, Rekomendasi, dan Segmentasi yang Lebih Smart

Dari data yang dikumpulkan, AI membantu pemasar untuk mengelompokkan jenis-jenis konsumen yang berbeda dan mempunyai preferensi juga berbeda. Berdasarkan minat dan perilakunya, tentu marketer perlu menyortir konsumen dan mengirimkan konten email yang berbeda pula.

e-Mail yang sudah dikategorikan sesuai dengan strategi segmentasi berdasarkan kriteria seperti demografi, geografi, psikografi, dan behavior, bertujuan menguatkan customer engagement. Teknologi AI dan machine learning memudahkan marketer dalam identifikasi detail konsumen secara lebih akurat dan mengategorikan mereka ke dalam kelompok-kelompok yang lebih jelas.

Dengan semakin banjirnya jumlah email yang diterima orang setiap harinya, tentu semakin sulit untuk meraih perhatian. Dalam marketing, timing adalah segalanya. Jika mengirim terlalu banyak email ke orang yang tepat tapi di saat yang salah, maka email tersebut berpotensi terkubur di antara tumpukan email lain. Sistem AI yang canggih mampu mengirimkan email kepada orang yang tepat, dan di saat yang tepat; kapan biasanya inbox dibuka dan ditelusuri.

Mengirimkan rekomendasi produk yang relevan dengan perilaku belanja/history penelusuran konsumen tertentu pun dinilai bisa meningkatkan loyalty. Ini karena rasio klik yang mampu dikonversi menjadi penjualan juga bisa ditingkatkan. Laporan McKinsey mengungkap sekitar 35% konsumen di Amazon dan 75% konsumen Netflix melakukan transaksi berdasarkan rekomendasi yang mereka lihat. Melalui AI, marketer bisa mengirimkan rekomendasi produk yang memang relevan dengan kebutuhan maupun kesukaan konsumen untuk mendorong engagement yang berujung pada terciptanya transaksi.

 

Ivan Mulyadi

MM.06.2019/W

 

 

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.