Ekosistem Berkelanjutan, Strategi Ritel di Era Disrupsi

Marketing – Secara makro, perkembangan industri ritel memberi kontribusi sangat penting kepada perekonomian Indonesia, yaitu sebagai pendukung utama konsumsi masyarakat (variabel C dalam formula GDP Indonesia). Yongky Susilo, Consumer Behavior Expert, Board Expert Aprindo dan Hippindo mengungkapkan, 56% pertumbuhan perekonomian Indonesia disumbang oleh konsumsi penduduk Indonesia.

“Jadi, total pasar ritel yang bertumbuh pesat, memberikan dampak positif pada stabilitas harga, nilai tambah, dan keuntungan bagi semua stakeholder (konsumen, pedagang, dan produsen),” kata dia yang ditemui dalam talkshow bertajuk “Industri Ritel Indonesia di Era Disrupsi” di Jakarta.

 

Menyadari perannya yang sangat strategis, Yongky menekankan pentingnya membangun ekosistem ritel yang berkelanjutan, terutama untuk menghadapi perubahan lansekap industri akibat disruption teknologi digital. “Untuk itu, perlu membangun daya saing dan daya pikat terhadap persaingan dengan ritel regional dan global sehingga pada 2050 nanti Indonesia bisa menjadi negara dengan perekonomian kelima terbesar dan pemain ritel yang berkontribusi signifikan,” katanya.

Selain itu, dia juga menekankan pentingnya regulator membuat rambu-rambu untuk menciptakan ekosistem ritel yang sehat dan adil bagi seluruh pemangku kepentingan (konsumen, pedagang, dan produsen). Sehingga, setiap format ritel – yaitu hipermarket, supermarket, minimarket, toko kelontong, warung, rombong rokok, dan tidak terkecuali ritel online, dapat berevolusi dan survive pada era disruption ini.

Menariknya, model bisnis para peritel pun sangat menentukan daya adaptasi mereka untuk berevolusi menghadapi disruption. “Model bisnis ritel adalah menjual untuk mencari untung. Untuk mencari untung diperlukan kreativitas dalam menawarkan kemudahan dan pemenuhan bagi emosi dan loyalitas konsumen. Perang harga hanya akan membawa sengsara,” kata dia.

Sementara itu, Teddy Arifinanto, Head of Corporate Communications & Public Affairs JD.ID mengakui bahwa dalam 1-2 tahun terakhir ini terjadi pergeseran perilaku konsumen di mana e-commerce (ritel online) menjadi katalisatornya. “Di JD, kami menyebutnya sebagai ‘boundry-less’ retail yang berarti konsumen menginginkan pengalaman yang seamless atau tidak membedakan antara online dan offline, karena persinggungan antar platform ini pada hakikatnya adalah dilakukan untuk meningkatkan pengalaman konsumen itu sendiri saat berbelanja,” katanya.

Dia pun menekankan bahwa peran inovasi teknologi yang berorientasi pada konsumen (consumer-driven technology) menjadi salah satu kunci penting untuk menghadapi perkembangan industri ritel masa depan.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.