Empat Hal yang Membuat Orang Enggan Ikut Asuransi

Marketing.co.id – Berita Financial Service | Indonesia dengan jumlah penduduk usia produktif (15 – 64 tahun) mencapai  66,07 juta jiwa, sebenarnya pasar menggiurkan bagi produk asuransi. Namun faktanya penetrasi asuransi di Indonesia terbilang minim. Menurut OJK, tahun 2019 lalu penetrasi asuransi di Indonesia cuma 5%. Untuk asuransi jiwa angkanya lebih kecil lagi, yakni 1,3%, menurut data AAJI tahun 2018. Indonesia merupakan salah satu negera di negara Asia Tenggara yang penetrasi asuransi jiwa terendah. Apa yang membuat sebagian masyarakat Indonesia enggan membeli polis asuransi, berikut ini beberapa penyebabnya:

Tidak punya uang

Ini alasan yang sering kita dengar orang enggan membeli polis asuransi. Mereka beralasan penghasilan mereka hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sementara asuransi menuntut nasabahnya untuk tertib membayar premi dalam periode waktu tertentu dan hitungan tahun. Misalnya membayar premi per bulan Rp 700 ribu selama 10 tahun. Bukan mereka tak paham asuransi, namun kendala penghasilan membuat mereka “takut” membeli polis asuransi.

Baca juga: Tiga Kata Kunci Mengelola Keuangan Bagi Gen Z

Asuransi MSIG Indonesia

Kendala nilai-nilai atau “Ideologis”

Prinsip asuransi sebenarnya menabung plus proteksi. Menabung dalam pengertian kita menyisihkan sebagian penghasilan untuk dipetik manfaatnya di masa mendatang.  Manfaat menabung diperkuat dengan proteksi. Misalnya, jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, kita bisa mengambil manfaat sesuai yang dijanjikan perusahaan asuransi, tanpa harus menunggu masa kontrak polis berakhir (jangka waktu pertanggungan). Mereka menolak argumen ini dengan alasan semua rejeki sudah “diatur dan dijamin” oleh Yang Maha Kuasa, jadi tidak perlu takut mengalami kesulitan keuangan di masa depan. Bahkan, ada jargon di kalangan mereka yang menolak asuransi, yakni “lebih baik berasuransi dengan Tuhan”.

Tidak/kurang paham asuransi  

Tidak perlu heran jika di era informasi ini masih banyak orang yang belum paham asuransi. Boro-boro asuransi, rekening tabungan di bank saja mereka belum tentu punya. Belum lagi istilah – istilah asuransi yang rumit penjelasannya, bahkan untuk segmen terdidik menengah atas, seperti istilah Uang Pertanggungan, Lapse,  unit link, cash value, aktuaria, dan biaya akuisisi.

Baca juga: Pendapatan Premi Industri Asuransi Jiwa Melambat Akibat Pandemi

Cerita buruk asuransi

Orang enggan mengikuti program asuransi mungkin saja pernah mengalami atau mendengar cerita yang kurang mengenakan tentang asuransi. Sebagai misal cerita tentang agen asuransi yang kelewat agresif atau prosedur yang berbelit-belit saat mau klaim. Bayangkan sudah membayar premi bertahun-tahun, tapi begitu mau klaim prosesnya ribet. Di era informasi, berita cepat sekali menyebar, dan berita buruk lebih cepat menyebar serta diingat dibandingkan berita baik.

Marketing.co.id: Portal Berita Marketing & Berita Bisnis

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.