Empat Jenis Netpreneur yang Bisa Sukses

Sebelum memulai bisnis di dunia maya, sebaiknya seseorang harus terlebih dulu memutuskan mau jadi netpreneur yang seperti apa. Hal ini bisa membantunya untuk mengambil strategi penjualan di kemudian hari. Ada empat jenis netpreneur yang bisa diketahui.

Reseller

Seseorang yang membeli produk dengan jumlah cukup banyak dan menjualkan kembali produk tersebut disebut dengan reseller. Harga yang didapatkan dari supplier untuk reseller berbeda dengan harga untuk pembeli. Biasanya lebih murah.

Reseller kemudian bisa menaikkan harga jual untuk memperoleh keuntungan. Namun, ada juga supplier yang tak membolehkan mark up atau menaikkan harga. Supplier jenis ini biasanya akan memberikan komisi kepada reseller-nya.

Biasanya, reseller mengambil barang atau produk di penjual (supplier) yang sudah besar atau penjual yang memiliki volume produksi yang besar, seperti grosiran.

Dropshipper

Istilah dropship memang baru marak akhir-akhir ini. Fenomena ini pun tergolong cukup menarik. Dropship bisa dikatakan mirip dengan reseller. Perbedaannya terletak pada penyimpanan produk. Reseller harus menyiapkan ruangan untuk menyimpan produk alias stock. Sedangkan, dropshipper tidak.

Jadi, dropshipper memasang katalog produk pada situs bisnis online-nya. Katalog ini berasal dari supplier. Kemudian, orang yang tertarik untuk membeli produk tersebut menghubungi dan melakukan pembayaran dengan dropshipper.

Lalu, dropshipper menghubungi supplier untuk memberi tahu bahwa ada pesanan dan mengirimkan uang pembayaran sesuai harga dropship. Selanjutnya, supplier akan mengirimkan barang pesanan tersebut atas nama dropshipper. Sehingga, pembeli tidak mengetahui jika produk tersebut dikirimkan oleh supplier.

On Marketplace

Penjual yang menjajakan barangnya di toko jual-beli online atau e-commerce juga dikategorikan sebagai salah satu jenis netpreneur. Ia membuat akun di sejumlah e-commerce lalu mengunggah foto produknya.

Salah satu keuntungan berjualan di marketplace adalah penjual tak perlu membuat situs atau toko online pribadi. Hanya perlu menyediakan foto produk dan mengunggahnya ke e-commerce tersebut. Kemudian, jika ada pembeli yang membeli produk tersebut, si penjual akan diberi notifikasi oleh sistem dari e-commerce yang ia gunakan.

Supporting Offline

Seseorang yang membuat toko online tapi sebenarnya memiliki toko secara offline atau di dunia nyata termasuk pada kategori berikut ini. Sebenarnya, ia sudah memiliki potential customer di toko riilnya. Namun, ia ingin mengembangkan pasar dari konsumennya dengan hadir di dunia maya.

Dengan adanya toko online, ia bisa menyasar pada customer-customer yang tak bisa ia jangkau secara offline. ***(psr)

Supported By: 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.