Era Komunikasi dengan Realitas Tertambah

www.marketing.co.id – Banyak perusahaan telah menggunakan augmented reality untuk mengomunikasikan merek. Meski berbiaya tinggi, peminatnya semakin meningkat.

Demam augmented reality mulai melanda Indonesia. Walaupun gaungnya belum benar-benar dikenal masyarakat luas, di kalangan periklanan dan pemilik merek hal ini sudah menjadi wacana yang cukup sering dibicarakan. Namun, sebelumnya perlu diketahui terlebih dahulu, apa itu augmented reality (AR)?

Menurut Wikipedia, augmented reality—atau bila diterjemahkan secara bebas dalam bahasa Indonesia—realitas tertambah, adalah teknologi yang menggabungkan benda maya dua dimensi dan ataupun tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata tiga dimensi, lalu memproyeksikan benda-benda maya tersebut dalam waktu nyata.

Contoh paling gampang yang mungkin bisa menggambarkan bentuk AR ada pada kaca kokpit di pesawat-pesawat tempur canggih. Pada kaca kokpit tersebut bisa ditampilkan informasi yang diperlukan oleh pilot, misalnya tampilan kontur dataran yang sedang dilewati pesawat tersebut. Selain di kaca kokpit, informasi pun bisa dimunculkan di kaca helm yang digunakan para pilot.

Penggunaan AR juga sudah mulai merambah ke dunia periklanan. Bahkan, bisa dikatakan AR adalah masa depan dari dunia periklanan, sebab teknologi ini bisa mendatangkan pengalaman yang berbeda bagi para konsumen dibanding media iklan lainnya.

“Teknologi augmented reality adalah sesuatu yang dibutuhkan dan akan menjadi bagian dari masyarakat di masa depan. Ini bisa dilihat melalui respons yang memuaskan dari klien serta animo orang yang menggunakannya. Tak hanya menghibur, tapi juga mampu membuat takjub,” kata Peter Shearer, Managing Director Augmented Reality & Co, sebuah perusahaan yang memasarkan teknologi ini di Indonesia.

Keberadaan teknologi AR telah membangun sebuah relasi baru antara konsumen dengan produk, antara pembeli dengan produsen. Terlebih, dalam cara penyampaian informasi dari produsen ke konsumen yang lebih interaktif dan kuat unsur fun-nya.

“Tujuan awalnya adalah ketika kami melihat media konvensional tidak lagi menarik bagi orang, sedangkan informasi yang terdapat di dalamnya sebenarnya bermanfaat bagi mereka. Atas alasan tersebut, kami merasa perlu adanya suatu inovasi berupa teknologi yang dapat mendorong minat orang untuk berinteraksi,” imbuh Peter.

Pengguna dari AR pun melebar dari merek-merek di berbagai industri. Mulai dari makanan minuman, media cetak, rokok, hingga telekomunikasi. Beberapa merek yang sudah menggunakan AR adalah Kompas, Nutrisari, Momogi, SGM, Djarum, Telkom, dan lainnya.

Menurut Virginia Jonathan, Manager Marketing Communication PT Brother International Sales Indonesia, augmented reality akan menjadi teknologi yang akan sering digunakan di masa mendatang, khususnya dalam media periklanan. Sehingga, Brother pun tak mau ketinggalan untuk menggunakan AR sebagai salah satu media komunikasi dengan konsumen.

Komunikasi yang ditonjolkan tentu saja punya keterkaitan dengan produk. Dengan begitu, konsumen bisa melihat langsung bentuk printer Brother dalam bentuk 3D dan fitur-fitur yang terdapat dalam seri printer tersebut. “Sejatinya, konsep augmented reality secara emosional dapat menciptakan ketertarikan atas suatu produk yang dikampanyekan, karena media tersebut bisa membawa konsumen untuk mengetahui detail suatu produk, tanpa harus membaca spesifikasi produk tersebut di brosur atau media lainnya,” tutur Virginia.

Kehebatan dari AR juga mampu menampilkan adegan kejatuhan sesosok  malaikat dari langit. Melalui teknologi augmented reality yang ditempatkan di antara kerumunan massa, terlihat seolah-olah sesosok bidadari jatuh dari langit dan berinteraksi dengan masyarakat. Masyarakat yang melakukan interaksi tersebut bisa melihat keberadaan bidadari melalui big screen yang dipasang tepat di depan spot bidadari jatuh. Demikianlah yang terjadi di Cilandak Town Square, Jakarta, September lalu.

“Sebagai praktisi brand kami harus melihat pada konsumen kami, yaitu dengan memberikan apa yang mereka butuhkan dengan cara yang fun dan sesuai dengan apa yang mereka mau. Jadi, bisa dilihat salah satu alasan wujud aspirasi kami dalam bentuk augmented reality adalah untuk mendukung fantasi tersebut menjadi reality sekaligus memberi kesempatan kepada konsumen kami untuk berinteraksi secara virtual dengan si bidadari,” kata Alexander Winata, Brand Manager Axe.

Dari sisi konsumen, teknologi yang tergolong baru dalam industri periklanan cukup menarik minat. Terbukti, gelaran campaign bidadari jatuh yang dilakukan di Citos mampu membuat mereka tergelitik untuk mencoba karena dirasa unik.

Di sisi lain, teknologi augmented reality yang masih tergolong baru di Indonesia mengakibatkan penggunaan yang masih jarang dan berdampak pada cost yang tinggi. Kemudian, kendala terbesar dari pengembangan AR adalah infrastruktur dan jaringan internet yang belum merata.

Meski begitu, pengembangan aplikasi dari teknologi AR pun mulai beragam. Salah satunya adalah aplikasi iButterfly yang dikembangkan oleh PT Cherrypicks Indonesia dan Digital Division of PT Dentsu Media Group Indonesia.

“iButterfly Indonesia didesain secara unik dan memiliki konten yang menarik, di samping memungkinkan pengguna untuk mendapatkan promo merchant yang bisa langsung ditukarkan,” ujar Ibnu Fajar, Senior Marketing Manager PT Cherrypicks Indonesia.

Menurut Harris Thajeb, Presiden Direktur Dentsu Group Indonesia, iButterfly merupakan suatu tren baru. Hanya saja, dia menegaskan, meskipun tergolong baru tapi tak sulit untuk dilakukan karena hanya metodenya saja yang berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya. Misalnya, mengumpulkan dan menukarkan voucer dari merchant.

Sedangkan dari sisi benefit marketing—selain meningkatkan awareness, yang bisa didapatkan oleh brand yang menggunakan iButterfly adalah keberanian untuk mencoba suatu media periklanan yang kreatif, inovatif, dan menarik. Bahkan, aplikasi ini bisa menjadi alternatif media channel baru untuk beriklan bagi suatu brand.

Tantangan AR

Sepertinya semua memiliki kesepahaman bahwa AR akan semakin digemari di masa depan. Pasarnya pun akan semakin bertumbuh seiring makin banyaknya perusahaan dan merek yang tertarik menggunakan AR sebagai media komunikasi. AR&Co. sudah membuktikan manisnya bisnis ini. Pertumbuhan bisnis mereka di tahun lalu mencapai 175% dibandingkan sebelumnya.

Namun begitu, berbagai kendala masih mengikuti di belakang. Mulai dari ketersediaan akses internet berkecepatan tinggi hingga biaya yang besar. Perlu keberanian dan kenekatan menggunakan AR sebagai salah satu cara membangun image merek Anda.

Menurut PR Rouli Sijabat, Manajer PT Toyota Astra Motor, AR saat ini belum dapat diaplikasikan terlalu masif, masih terbatas oleh banyak hal, seperti persiapan hardware dan lain-lain, variasi games yang lebih banyak dan lebih menarik, juga kualitas dalam pengembangan permainan ini. Edukasi pasar dalam pengaplikasian produk ini juga perlu ditingkatkan lagi dalam meningkatkan efektivitas dalam penyampaian pesan. Di masa mendatang mungkin akan menjadi salah satu media informasi yang lebih efektif dan lebih luas.

Augmented reality bisa saja menjadi tren yang booming. Pasar dan timing yang tepat tentunya akan membuat penggunaan media iklan ini menjadi tren di mata masyarakat, ditambah dengan kualitas pengembangan games yang meningkat,” katanya. (Ign. Eko Adiwaluyo, Liputan: Fisamawati, Andri Darmawan, Moh. Agus Mahribi, dan Angelina Merlyana Ladjar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.