Evolusi Digital dalam SDM dan Proses Perekrutan

Deloitte 2017 Global Human Capital Trends Report mengutip peringkat kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya akan perkembangan teknologi sebagai katalisator kunci yang memaksa para pemimpin Sumber Daya Manusia (SDM) untuk berperan lebih besar dalam menjalankan organisasi untuk “menjadi digital”, tidak hanya “melakukan cara digital”.

Evolusi Digital dalam SDM Dalam survei mereka terhadap 10.000 bisnis dan pemimpin SDM dari 140 negara, Deloitte menemukan bahwa 56% dari perusahaan yang disurvei sedang mendesain ulang program SDM organisasi mereka untuk memanfaatkan peralatan digital dan telepon genggam. Sedangkan 51% perusahaan yang disurvei berada dalam proses mendesain ulang organisasi mereka untuk model bisnis digital. 
 
Sekitar 33% dari tim SDM yang disurvei ditemukan menggunakan beberapa bentuk dari kepandaian buatan (Al) untuk memberikan solusi SDM, dengan 41% secara aktif menciptakan aplikasi telepon genggam untuk pelayanan SDM.

Semua ini mendukung kesimpulan Deloitte bahwa dalam menjadikannya lebih digital, organisasi-organisasi sedang menghadapi sebuah perintah yang meningkat untuk mendesain ulang dirinya sendiri untuk bergerak lebih cepat, beradaptasi lebih cepat, belajar lebih cepat, dan memenuhi permintaan karir yang dinamis.   
 
Bagaimana dengan kita yang berada di bagian lain yang berbeda? Bagaimanakah kebiasaan pencarian kerja kita dipengaruhi oleh transformasi digital yang sedang kita alami? 
 
Dalam suatu studi terbaru tentang  Tren Perekrutan di Asia Tenggara oleh JobStreet.com dan JobsDB, lebih dari 8000 kandidat dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam diminta untuk memilih 3 saluran pencarian kerja pilihan mereka. 
 
Platform online menjadi favorit para responden dari semua negara melebihi saluran-saluran konvensional seperti referral, pameran pekerjaan, surat kabar, perekrutan kampus, dan acara-acara industri. 
 
Kandidat di Indonesia, Singapura dan Vietnam memilih bursa pekerjaan online sebagai pilihan pertama mereka diikuti dengan referral sebagai pilihan kedua saluran pencarian pekerjaan mereka.

Responden di Malaysia, Filipina, dan Thailand akan tetapi memilih melamar melalui  suatu situs halaman karir perusahaan terlebih dahulu, dan bursa pekerjaan online sebagi pilhan kedua.

Dengan platform online yang jelas merupakan favorit pelamar pekerjaan di manapun, bahkan terdapat tekanan lebih pada organisasi untuk menciptakan sebuah merek ketenagakerjaan digital (digital employment brand) yang atraktif dan dapat mengubah perekrutan menjadi suatu pengalaman digital yang positif yang menyediakan kenyamanan telepon genggam untuk para pelamar yang diharapkan bisa didapatkan dan dipertahankan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.