Fee Based Income Pilihan Perbankan Raih Laba

bank mandiri Editorial credit A Dharma Prasetya Shutterstock com
Sign of Mandiri Bank. One of the biggest banks in Indonesia. (Editorial credit: A Dharma Prasetya/Shutterstock.com).

Marketing.co.id – Berita Financial Services | Melambatnya pertumbuhan kredit akibat menurunnya permintaan kredit, ditambah semakin meningkatnya kredit macet (non performing loan/NPL) terjadi di masa pandemi Covid-19. Hal ini membuat perbankan berpikir keras untuk mengatasi penurunan pendapatannya, dimana sebelumnya sebagian besar perbankan mengharapkan porsi pendapatan bunga dari pinjaman.

Berita-berita terjadinya penurunan transaksi di perbankan secara langsung, hal ini mengakibatkan bank-bank berpikir keras untuk meningkat performanya, menekan biaya operasional serta strategi yang tepat menghadapi disruption yang serba tidak terduga. Perubahan yang tidak terduga di masa pandemi membuat perusahaan jasa perbankan harus mampu beradaptasi dan bertahan. Nobody can see that coming! Semua orang tidak membayangkan terjadinya corona virus yang memasuki tahun ke-2 sejak November 2019 di Indonesia.

Dikutip dari kontan.co.id, di tengah pandemi Covid-19, Bank Mandiri akan mendorong fee based income dari transaksi treasury dengan adanya volatilitas nilai tukar. Kemudian, mendorong fee based income yang bersifat berulang, yang berasal dari transaksi nasabah seperti pembayaran, cash management, atau transaksi e-channel. Diperkirakan, fee based income dari dua sumber tersebut masih dapat tumbuh cukup baik, mengingat kebutuhan transaksi nontunai atau transaksi yang tidak memerlukan layanan cabang semakin meningkat seiring adanya pembatasan sosial yang ditetapkan pemerintah.

Dikutip dari medcom.co.id, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mencatat pertumbuhan fee based income sebesar 47% dari divisi Wealth Management per Agustus 2021 secara year on year (yoy). Total aset yang dikelola perseroan terus meningkat selama satu dekade. “BRI terus mendorong penerimaan fee based income yang lebih besar di sektor investasi dan bancassurance. Salah satunya mengembangkan berbagai inovasi produk perbankan dan menambah jumlah outlet layanan BRI Prioritas,” ujar Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto, dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 27 Agustus 2021.

Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang sangat terdampak. Peristiwa pandemi memperberat masalah bagi jasa perbankan, layanan keuangan harus melakukan langkah strategis untuk bertahan dan meningkatkan portofolionya. Perbankan saat ini tengah gencar-gencarnya mencari pendapatan di luar pendapatan bunga. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan potensi transaksi dan digital banking, yang bertujuan mengantisipasi penurunan margin akibat adanya proyeksi suku bunga pada beberapa periode ke depan. Peningkatan pelayanan berbasis elektronik serta penerapan fee based income menjadi pilihan perbankan meraih laba sebagai strategi perusahaan yang realistis menyikapi situasi pandemi saat ini dan ke depan, yaitu dengan berburu pendapatan nonbunga dari fee based income.

Pelanggan bank (nasabah) di era teknologi informasi revolusi industri 4.0 melalui bank 4.0 saat ini semakin beragam dan memiliki karakteristik unik; penerapan kualitas layanan berbasis elektronik sangat penting disediakan oleh setiap bank. Bank harus dapat mempertahankan kinerja yang baik dan memperbaiki kekurangan dalam peringkat pelanggan yang diharapkan untuk menggunakan layanan mereka di masa depan (Harahap & Amanah, 2019). Bank dapat mengetahui sejauh mana kualitas layanan yang telah diberikan kepada pelanggan, sehingga dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang perlu dipertahankan atau ditingkatkan sehubungan dengan layanan bank kepada pelanggan di masa mendatang (Harahap, Hurriyati, Gaffar, & Amanah, 2019).

Perubahan paradigma orientasi meraih laba yang berasal dari pendapatan bunga pinjaman menjadi suatu strategi yang realistis mengacu situasi dan keadaan ekonomi yang terjadi seperti di Indonesia. Semua bisnis mengalami dampak akibat pandemi; keadaan yang tidak terduga, usaha-usaha banyak berjatuhan, bahkan tutup. Pelaku bisnis tidak sanggup lagi memenuhi kewajiban utangnya di bank, sehingga menyebabkan kredit macet hampir di semua bank. Sebagai antisipasi perbankan banyak melakukan restrukturisasi kredit untuk menurunkan tingkat NPL. Dengan menggenjot fee based income diiringi dengan meningkatkan kualitas pelayanan berbasis elektronik (e-service quality) perbankan diharapkan lebih inovatif dan lebih kompetitif, menghindari window dressing dan mulai membiasakan dalam meraih laba melalui fee based income.

 

Dedy Ansari Harahap
e-Mail: deanhar@yahoo.com
Dosen Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Bandung

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.