Finmas Dorong Ekonomi Digital yang Inklusif

Marketing – Sebagai bentuk komitmen dalam menciptakan dampak dan nilai sosial-ekonomi yang berkesinambungan, Finmas menyelenggarakan forum diskusi bartajuk “Membangun Ekonomi Digital yang Inklusif” untuk berbagi wawasan mengenai sinergi ekonomi digital di Indonesia yang lebih infklusif. Dimana, forum diskusi ini sekaligus menjadi signature event dari Finmas.

Selain itu, forum diskusi yang digelar di SMDV D-Lab, Jakarta, ini diharapkan dapat menciptakan sinergi dalam mendorong ekonomi digital Indonesia yang lebih inklusif dan mendorong dampak dan nilai sosial ekonomi yang berkesinambungan. Forum Diskusi menghadirkan Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika Bidang Ekonomi Digital Lis Sutjiati, Presiden Direktur Finmas Peter Lydian, Presiden Direktur Danamas Dani Liharja, Managing Partner SMDV Roderick Purwana, serta VP Strategic Planning and IR Bizzy Felix Aliwarga.

Seperti diketahui Finmas yang berada dalam naungan PT Oriente Mas Sejahtera, merupakan perusahaan jasa keuangan dan teknologi rintisan nasional yang memiliki misi untuk mempercepat inklusi keuangan di Indonesia dengan membangun infrastruktur digital pertama yang membuka akses keuangan, kebebasan, dan peluang bagi semua orang melalui aplikasi mobile. Ya, jika bicara digitalisasi, pada tahun 2015 kebanyakan masyarakat tidak mengetahui seperti apa start-up. Tapi kini, masyarakat dapat memaksimalkan digitalisasi sebagai cara untuk meningkatkan kesejahteraan dan mewujudkan ekonomi inklusif.

Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika Bidang Ekonomi Digital Lis Sutjiati mengatakan, ketidaksetaraan ekonomi adalah bagian isu global yang dialami oleh semua negara, yang ditunjukkan oleh Gini Ratio yang cukup tinggi. Menariknya, kini dengan digitalisasi, para start-up yang disebut sebagai disrupsi ini ternyata dapat menyelesaikan permasalahan ini.

“Dari tiga bisnis model ekonomi digital, yakni Sharing Economy, Workforce Digitalisation dan Financial Inclusion, dapat membuka pintu dan menyediakan akses ke peluang pekerjaan dan layanan keuangan kepada masyarakat, semua harus merasakan benefit ini. Pada model financial Inclusion dapat memberikan akses keuangan kepada masyarakat yang unbaked yang berkisar 35 juta orang,” kata dia.

Untuk itu, kehadiran fintech ini bisa jadi salah satu solusinya. Strategi yang bisa diterapkan fintech, salah satunya adalah dengan bekerja sama dengan perbankan. Bank itu tidak bisa mengkualifikasi orang yang tidak punya track record. Dengan fintech, masyarakat bisa membangun track record.

Saat ini, fintech sudah banyak diadopsi di Indonesia. Sampai April 2018, terdapat total 199.539 jumlah pemberi pinjaman P2P Lending yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Terdapat 2.389 jumlah pemberi pinjaman yang berasal dari luar negeri. Sementara jumlah peminjamnya mencapai 1,8 juta.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.