Funika, Furnitur yang Total Jualan Online

Langkah Funika untuk fokus di online channel memang antimainstream. Apalagi produk yang dipasarkan adalah furnitur yang menuntut wujud fisik. Seperti apa strateginya?

funika
Foto: Lia Lilyanti

Pertumbuhan pasar online kian hari kian pesat. Dominasi pasar online di segala lini kehidupan tidak bisa dipungkiri. Kini, hampir setiap kategori barang ataupun jasa bisa dipajang di etalase online. Prospek toko online tidak hanya bisa dilihat dari statistik jumlah pengguna internet, tetapi juga fenomena sosial-budaya masyarakat saat ini. Dengan kecanggihan teknologi, segala aktivitas menjadi lebih mudah dilakukan.

Alat-alat modern telah banyak membantu masyarakat dalam berbagai persoalan, salah satunya terkait waktu. Teknologi membuat pekerjaan yang tadinya lama menjadi cepat. Hal ini mendorong masyarakat untuk memanfaatkan teknologi yang ada. Gaya hidup masyarakat pun berangsur-angsur beralih ke dunia maya. Hal ini secara tidak langsung memberikan prospek positif bagi orang-orang yang berkecimpung di dunia bisnis online, khususnya toko online, di samping beragam keuntungan yang ditawarkan channel ini.funika furnitur

Menariknya, beberapa kategori produk yang dianggap muskil dibawa ke ranah online sudah tidak terjadi lagi. Kategori produk furnitur salah satunya. Karakter konsumen di produk ini sangat konvensional. Tidak seperti gadget ataupun fashion, membeli furnitur kerap identik dengan pertemuan langsung antara konsumen dan produknya. Tapi itu dulu. Kini Funika, brand furnitur asal Singapura, berhasil mematahkan teori tersebut.

Funika merupakan brand furnitur yang mengoptimalkan kanal online sebagai saluran distribusi pemasarannya. Stephen Johanas, General Manager PT Funika Furniture Indonesia, bercerita penetrasi Funika di pasar furnitur Tanah Air terhitung sejak 2 Oktober 2013. Blueprint bisnis yang ia sasar sejak awal adalah pasar online.

“Potensinya terlalu besar. Indonesia bahkan melebihi China dalam hal pertumbuhan pasar online. Itulah sebabnya kami fokus di online. Selain itu, online channel sesuai dengan positioning kami di pasar furnitur,” ungkap Stephen.

Positioning Funika adalah furnitur minimalis, mudah dirakit dengan menyasar target market semua SES. Stephen mengaku tidak semua jenis produk furnitur cocok dengan positioning tersebut. Meski demikian, pada tahun 2013, dia sudah memiliki 30 jenis produk yang dipasarkan melalui online, semisal coffee tabel, bookcase, storage, dan shoe rack.

Semua produk didesain minimalis, simpel, long lasting model, dengan berat maksimal 49 kilogram, serta harga yang sangat terjangkau. Pada setiap produk yang dibeli, terdapat rincian keterangan mulai dari material, berat, sampai tahap-tahap merakit produk yang sangat sederhana untuk awam sekalipun.funika_02

Namun, ia menyadari, tetap tidak mudah mengubah pola perilaku belanja furnitur pada umumnya yang harus melihat, menyentuh, dan mengukur dimensi barang sebelum akhirnya memutuskan membeli. Akhinya ia hadir dengan strategi menggandeng platform toko online. Meski fokus di kanal online, Funika tidak memiliki toko online sendiri. Tiga toko perdana yang ia pilih sebagai mitra adalah Q10, Lazada, dan Rakuten. Untuk menambah angka transaksi, Stephen menyiasatinya dengan memberi free ongkos kirim.

“Kendala terbesar dalam membeli furnitur adalah ongkos kirim. Tidak mungkin kami bebankan ke konsumen karena jumlahnya sangat besar. Biasanya kami yang tanggung (bebankan pada produk) atau ecommerce sebagai partner kami. Ini sangat membantu dalam meningkatkan sales online. Kami commit di satu harga yang dibayar konsumen,” paparnya.

Selain itu, Stephen juga sangat selektif dalam memilih toko online yang ia ajak bekerja sama. Ia menghindari toko online jenis marketplace yang pengelolaannya harus dilakukan sendiri. Sebagai perusahaan yang terhitung baru, strategi kerja sama menggandeng toko online ini sangat bermanfaat dari segi awareness dan pengadaan warehouse di luar Pulau Jawa, sampai SDM untuk call center.

Agar tak terbentur kendala di pengukuran produk, Funika menaruh perhatian penting pada display dan tampilan produk pada toko online mereka. Misalnya, untuk satu coffee table, foto yang ditampilkan akan dilihat dari berbagai angle lengkap dengan dimensi pengukurannya. Tidak ketinggalan contoh display apabila produk tersebut ditempatkan di rumah.

Di luar ekspektasi, pertumbuhan sales Funika di tahun kedua (2015) sangat mencengangkan, yakni 300%. Sementara pada tahun 2016 meningkat pula sekitar 30% dari tahun sebelumnya. Ragam produk yang dipasarkan juga meningkat hingga 130 item. Pun demikian dengan ecommerce sebagai partner kerja sama, bertambah setelah Blibli, Lazada, JD.id, Elevenia, Shopee, Decoruma, Fabelio, dan Akulaku ikut bergabung. Jumlah tersebut, menurut Stephen, masih sangat kecil ketimbang kue pasar yang sangat besar.

“Indonesia memiliki jumlah pengguna internet lebih dari 130 juta orang, dan belum semuanya belanja online. Kebanyakan yang berbelanja online juga masih di Jabodetabek. Itulah sasaran kami, agar semakin banyak orang yang tahu dan beli Funika melalui online,” pungkasnya.

Angelina Merlyana Ladjar

MM.04.2017/W

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.