Tren dan Pola Pengeluaran Wisatawan di Asia Tenggara

Tren dan pola pengeluaran wisatawan di Asia Tenggara, apa yang harus dilakukan marketers untuk menjangkau mereka?

Tren dan pola pengeluaran wisatawan di Asia Tenggara, apa yang harus dilakukan marketers untuk menjangkau mereka?

Marketing.co.id – Berita Lifestyle | Menjelang libur panjang akhir akhur tahun 2022, antusiasme masyarakat Indonesia dan Asia tenggara untuk pergi berlibur terasa semakin menghangat. Lalu, seperi apa sih tren dan pola pengeluaran wisatawan di Asia Tenggara? Apa yang harus dilakukan para pemasar untuk menjangkau mereka?

Berdasarkan survei, masyarakat Indonesia mulai banyak melakukan perjalanan setelah pandemi Covid-19, dan 61% di antaranya berencana melakukan perjalanan dalam jangka waktu 6 bulan ke depan. Angka tersebut hampir 20% lebih tinggi daripada angka rata-rata di wilayah Asia Tenggara.

Hal tersebut didorong oleh kenaikan yang hampir merata untuk perjalanan bisnis sebesar 47% dan juga liburan sebesar 44%. Sejumlah 62% masyarakat Indonesia berencana melakukan perjalanan dengan keluarga, sementara 40% lainnya mengatakan berencana mengunjungi keluarga dan teman.

Hal ini dinilai dapat menciptakan peluang bagi industri perjalanan mendapatkan pemesanan bernilai tinggi dengan paket dan promosi yang ditujukan untuk keluarga.

Kepala Divisi Marketing GrabAds Jennie Johnson kepada Marketing.co.id menjelaskan bahwa 41% orang Indonesia ingin mencoba makanan lokal saat bepergian, sementara 38% lainnya ingin melihat pemandangan yang ada. 9 dari 10 orang Indonesia juga berencana melakukan perjalanan dalam negeri pasca pandemi, peningkatan ini menandakan peluang besar bagi restoran lokal, pedagang lokal, dan penyedia atraksi hiburan untuk mendapatkan pendapatan lebih.

Sementara di wilayah Asia Tenggara, jumlah wisatawan yang mencari pengalaman lokal asli bahkan lebih tinggi lagi. Hal ini menciptakan peluang bagi bisnis-bisnis lokal untuk melayani turis yang berasal dari negara lain.

“Orang Indonesia menjadi lebih berhati-hati setelah terjadinya pandemi. Sebanyak 31% mengatakan berencana melakukan asuransi perjalanan, yang mana angka ini meningkat sebanyak 50% dibandingkan sebelum pandemi COVID-19,” ungkap Jennie.

Pola pengeluaran wisatawan di Asia Tenggara

Menurut Jennie, wisatawan di seluruh kawasan Asia Tenggara cenderung memiliki anggaran atau budget perjalanan yang telah direncanakan. Di Indonesia misalnya, sebanyak 54% wisatawan merencanakan anggaran sejak awal dan tetap berpegangan teguh pada anggaran tersebut hingga akhir perjalanan.

Sementara, 30% lainnya merencanakan anggaran sejak jauh-jauh hari tetapi tetap terbuka untuk melampaui jumlah yang ditentukan. Maka, dapat dilihat bahwa 84% wisatawan akan merencanakan anggaran kebutuhan mereka terlebih dulu sehingga penting bagi pemasar untuk menjangkau konsumen tersebut sejak awal agar mendapatkan spot atau tempat dari bagian rencana perjalanan mereka.

“Industri perjalanan dan pariwisata Indonesia juga harus menerapkan strategi yang sama ketika ingin beriklan di pasar regional karena perilaku wisatawan asing hampir sama dengan Indonesia,” ungkap Jennie.

Lebih lanjut Jennie mengatakan, perjalanan wisatawan tidak berakhir saat melakukan pemesanan. Ketika wisatawan menjelajahi destinasi lokal yang dituju, pelaku bisnis masih memiliki peluang untuk memanfaatkan pembelanjaan impulsif, terutama saat wisatawan melakukan belanja barang-barang lokal, makanan dan minuman, serta kebutuhan perjalanan lainnya.

Di sinilah pentingnya superapp seperti GrabAds. Jennie menjelaskan bahwa beriklan di superapp seperti GrabAds menawarkan berbagai keuntungan unik kepada para pemasar untuk memengaruhi wisatawan saat berandai-andai, merencanakan, memesan, dan melakukan perjalanan ke destinasi yang diinginkan.

Oleh karena itu, penting bagi para pemasar untuk memanfaatkan superapp GrabAds untuk menjangkau mereka. “Konsumen di seluruh wilayah Asia Tenggara mengandalkan superapp setiap hari untuk membeli makan, berbelanja, berkendara, membayar, dan memenuhi kebutuhan lainnya. Selain itu, karena Grab bersifat regional, pengiklan perjalanan di Indonesia juga dapat terhubung dengan wisatawan di seluruh Asia Tenggara termasuk 39% yang sudah merencanakan perjalanan internasional,” lanjut Jennie.

Untuk membantu mitra perjalanan berinteraksi dengan pengguna secara lebih baik, Jennie menguraikan lima poin penting dari GrabAds. Yang pertama, para pengiklan harus bisa menginspirasi dan menjawab “hasrat berpetualang” para wisatawan. Meskipun munculnya peluang perjalanan domestik terjadi di Indonesia, namun jangan mengabaikan turis Asia Tenggara lainnya. Sebanyak 39% orang Asia Tenggara juga berencana bepergian ke luar negeri.

Poin kedua, pastikan mitra perjalanan memenuhi permintaan perjalanan keluarga dan kelompok. Perjalanan dengan keluarga atau kelompok menjadi prioritas utama bagi orang Indonesia, yang terbagi menjadi tiga jenis perjalanan yaitu liburan pribadi, musim liburan (tahun baru atau ramadan), dan ketika ingin pergi bersama teman-teman.

Untuk itu, gunakanlah pesan yang berorientasi kepada keluarga dan pastikan menyediakan paket serta promosi wisata untuk kelompok. Hal ini karena wisatawan-wisatawan jenis inilah yang cenderung akan membutuhkan kamar yang lebih besar serta memesan tiket perjalanan dan makanan lebih banyak.

Poin ketiga, perjalanan tidak akan berakhir setelah wisatawan memesan tiket perjalanannya sehingga pemasar harus menyoroti peluang untuk konsumen agar dapat merasakan budaya, makanan, dan pemandangan lokal serta menjangkau masyarakat ke manapun mereka pergi.

Poin keempat, karena begitu banyak wisatawan yang berhati-hati dalam merencanakan biaya, sebaiknya libatkan mereka sejak dini dalam merencanakan perjalanannya. Hal ini agar merchant tetap menjadi perhatian utama konsumen. Poin kelima, gunakanlah pesan kreatif yang membahas mengenai masalah keamanan perjalanan dalam kampanye iklan. Karena, hampir 1 dari 3 wisatawan Indonesia akan membeli asuransi perjalanan, karena kekhawatiran akan kecelakaan pribadi, biaya pengobatan, dan bagasi yang hilang/rusak.

“Melalui GrabAds, fokusnya adalah membantu bisnis berinteraksi dengan para wisatawan di seluruh lingkup perjalanan, mulai dari memimpikan liburan dambaan, membuat perencanaan, memesan tiket perjalanan, hingga menjalankan liburan tersebut,” pungkas Jennie.

Berdasarkan survei yang dilakukan, ditemukan bahwa 4 dari 5 pengguna Grab merencanakan pengeluaran perjalanan sejak awal, sehingga membuka peluang bagi pelaku industri pariwisata untuk bersaing dan memengaruhi mereka saat berandai-andai, merencanakan dan memesan perjalanannya di masa mendatang.

Selain itu, Grab dapat membantu mitra bisnis untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama berkunjung ke destinasi yang diinginkan. Hal ini dikarenakan masyarakat sudah mulai bergantung pada layanan superapp ketika bepergian, mulai dari menggunakan layanan ride-hailing, menemukan makanan dan menggunakan layanan pesan-antar, serta membantu masyarakat mengakses berbagai kebutuhan seperti produk perawatan pribadi, snack, dan kebutuhan harian lainnya setibanya di tempat tujuan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.