Hadir dalam IDE Conference 2021, Amar Bank Perkuat Posisi sebagai Bank Digital

Marketing.co.id – Berita Financial | Amar Bank berpartisipasi sebagai pembicara dalam gelaran Katadata – Indonesia Data and Economic (IDE) Conference 2021. Dalam diskusi yang bertemakan Digital Banking Revolution, Amar Bank menyampaikan bahwa teknologi memiliki peran penting untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Amar Bank

Presiden Direktur Amar Bank, Vishal Tulsian memperkuat posisi Amar Bank sebagai Bank Digital yang menghadirkan inovasi untuk memajukan kehidupan masyarakat Indonesia. Pada Agustus tahun lalu, Amar Bank meluncurkan produk digital banking, Senyumku (mobile-only digital banking) untuk membantu masyarakat membangun kebiasaan menabung setelah kesuksesan Tunaiku, pionir digital lending di Indonesia yang diluncurkan pada 2014 untuk memperluas akses kredit kepada masyarakat yang belum atau kurang terlayani oleh lembaga keuangan formal.

“Perbedaan antara bank digital dan bank konvensional, dengan 3 lini poin. Pertama, Perbedaan Fungsi. Kedua, Perbedaan pengalaman atau experience. Ketiga, Perbedaan Pendekatan yaitu mindset dimana bank konvensional membuka cabang dan mengharapkan ‘nasabah datang ke Bank’, sedangkan Bank Digital ‘mendatangi nasabah’,” ujar dia.

Hadirnya digital bank diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Perekonomian Indonesia sempat mengalami kontraksi tahun lalu sebesar -2.07% dan berada di bawah Cina, Turki, dan Korea Selatan. Airlangga Hartanto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian membuka konferensi IDE KATADATA 2021 dengan optimisme akan pemulihan ekonomi yang berlangsung seiring dengan distribusi vaksin dan terkendalinya pandemi Covid-19, “Pemerintah optimis bahwa ekonomi Indonesia diperkirakan akan kembali pulih di kisaran antara 4-5.5% di tahun ini di tahun 2021. Terlebih lagi, Indonesia juga merupakan kontributor terbesar ekonomi digital di Asia Tenggara.”

Baca juga: Upaya Amar Bank Ringankan Beban Pengusaha Mikro

Menurut data Google, saat ini, pangsa ekonomi digital Indonesia mencapai US$ 40 miliar. Pada 2025, potensi ekonomi digital Indonesia diperkirakan naik menjadi US$ 133 miliar, menduduki peringkat pertama diatas Thailand, Vietnam, Singapura, Malaysia, dan Filipina. Untuk mendukung peningkatan potensi ekonomi digital, pemerintah pun terus mendorong pembangunan awan data (cloud) ke Indonesia.

Pada sesi pertama konferensi IDE KATADATA, Wakil Presiden Republik Indonesia Prof. Dr. K.H. Ma’ruf Amin juga menyampaikan bahwa pemerintah mendukung perkembangan digitalisasi di semua sektor. Mendukung hal tersebut, terkait digitalisasi di ranah perbankan, Ketua Dewan Komisioner OJK Bapak Prof. Wimboh Santoso, Ph.D menyampaikan, “Dengan adanya 120 juta rakyat Indonesia kelas menengah harapan, 83 juta penduduk Indonesia tergolong unbanked dan penggunaan internet sebesar 67% di Indonesia yang dikategorikan cukup besar dan juga penetrasi smartphone sebesar 60%. Ini menjadikan Indonesia memiliki potensi yang besar untuk industri keuangan digital.”

Perjalanan transformasi digital Amar Bank dimulai tahun 2014 dengan adanya Tunaiku, produk fintech digital lending pertama di Indonesia yang memanfaatkan teknologi big data analytics untuk melayani segmen masyarakat yang belum dan kurang terlayani oleh perbankan melalui website dan aplikasi. Seiring berkembangnya produk Tunaiku, pemegang saham Tunaiku kemudian mengakuisisi Amin Bank dan kemudian berganti nama menjadi Amar Bank. Amar Bank kemudian fokus untuk bertransformasi menjadi bank digital yang mengedepankan teknologi untuk memajukan kehidupan masyarakat Indonesia.

Baca juga: Ini Dampak Positif Jika Bank Menggunakan Teknologi AI

Menurut Vishal, keunggulan Amar Bank sebagai bank digital adalah pengembangan bank digital menggunakan infrastruktur cloud (teknologi awan) yang bekerjasama dengan Google. Selain infrastruktur, Amar Bank juga memiliki budaya layaknya start-up yang mendukung agility atau kelincahan yang harus dimiliki oleh bank digital untuk selalu terdepan dalam menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang semakin dinamis.

“Mendatang, bank digital harus mampu menyediakan layanan yang bersifat hyper-personalization. Dimana, bank digital yang mengakomodasi kebutuhan beragam profil nasabah sesuai dengan personanya. Kami mengharapkan dukungan dari pemerintah dan OJK dalam sentralisasi informasi nasabah yang dapat dicapai dengan teknologi blockchain, misalnya, sehingga informasi tersebut dapat diakses oleh Bank dan tidak menutup kemungkinan juga oleh perusahaan e-commerce, fintech, digital wallet dan lainnya sehingga ekosistem digital di Indonesia dapat terus berkembang dan dapat memberikan pelayanan yang lebih kepada masyarakat.” tutupnya.

Marketing.co.id | Portal Berita Marketing dan Berita Bisnis

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.