Harus Berani Lakukan Konvergensi

shutterstock_24018094Industri PC desktop berada di ujung tanduk. Angka penjualannya kian menurun. Produsen pun mulai beralih memasarkan produk tablet dan smartphone. Akankah PC desktop bisa bertahan?

Tidak ada yang lestari pada teknologi. Semua terus berevolusi dan berinovasi. Banyak teknologi yang dulu disanjung-sanjung kemutakhirannya, kini harus kandas diterjang oleh percepatan waktu. Hal itu pula yang kini diramalkan terjadi pada komputer berjenis PC desktop. Adapun yang dimaksud komputer di sini adalah personal computer yang masih menggunakan central processing unit (CPU) dan monitor besar. PC desktop sempat menjadi primadona dan menggeser keberadaan mesin ketik pada eranya. Terutama dari sektor B to B, demand terhadap PC desktop sangat besar.

Lambat laun, peran PC desktop mulai sedikit bergeser. Disadari atau tidak, popularitas PC desktop kian menurun. Meski tidak benar-benar menghilang dari pasar, angka penjualan produk ini terus merosot. Hal tersebut berbanding terbalik dengan besarnya pertumbuhan industri computing tiap tahunnya. Data GFK menyebutkan selama tahun 2013, penjualan total computing product meningkat sebesar 25% jika kita bandingkan dengan angka penjualan tahun 2012. Sedangkan dari sisi PC desktop, penjualannya di tahun 2013 turun sekitar 12% ketimbang tahun sebelumnya. TPP

Menurut Managing Director Consumer Choices GFK Indonesia Guntur Sanjoyo, terperosoknya penjualan PC desktop terbesar adalah dari sektor B to C. Pasalnya konsumen pada segmen ini dominan telah beralih ke PC portabel (notebook) atau tablet. Notebook dan tablet dinilai memiliki keunggulan portability dan mobility sesuai dengan gaya hidup konsumen urban. Selain itu, segmen kedua produk ini lebih luas dibanding PC desktop, yakni mulai dari anak hingga dewasa, profesional, small medium enterprise (SME) market maupun ibu rumah tangga.

“Tidak bisa dipungkiri bahwa ke depannya para konsumen akan lebih memerhatikan faktor mobility dan style sebelum melakukan pengambilan keputusan pembelian. Hal ini akan menyebabkan pasar PC desktop semakin kecil ke depannya,” tutur Guntur.

Belum lagi ditambah dengan penurunan harga notebook rata-rata 5%–10% per tahun sehingga lebih terjangkau oleh konsumen. Di awal kemunculannya tahun 1990-an, notebook merupakan barang mewah dengan banderol harga sekitar Rp45 juta. Tapi kini, hanya dengan kocek Rp4 jutaan, komputer jinjing berspesifikasi canggih sudah bisa dibawa pulang. Demikian juga halnya dengan tablet. Booming tablet yang terjadi belakangan ini menyebabkan permintaan sangat tinggi. Banyaknya pemain lokal maupun asing pun membuat konsumen memiliki beragam pilihan, mulai dari harga ratusan ribu hingga belasan juta.

Banting Setir ke Pasar TabletTPH

Peralihan tidak hanya terjadi pada konsumen, melainkan juga pada pelaku industri komputer di Tanah Air. Sebagian besar pemain lama di komponen komputer mulai beralih menggarap industri telekomunikasi berupa tablet. Sebut saja Acer dengan Iconia Tab-nya, Asus yang mengusung Memopad, Advan dengan Vandroid, atau Lenovo dengan IdeaTab-nya.

Ekspansi produk serupa juga terjadi di kategori smartphone. Keempat produsen gadget tersebut ramai-ramai merangsek masuk ke pasar ponsel pintar dengan produk unggulan masing-masing. Potensi pasar dengan segmen konsumen yang luas membuat mereka mau tidak mau ambil bagian dalam kue bisnis ini.

“Dari industri komputer, terutama desktop, belum ada perkembangan inovasi yang signifikan baik prosesor atau operasionalnya. Sementara konsumen sekarang sudah cukup puas dengan tablet yang bisa menggabungkan fungsi komputer, gaming, dan telepon,” terang Marketing Director Advan Tjandra Lianto, saat disambangi di kantornya.

Tjandra mengaku, saat ini kapasitas produksi untuk Vandroid bahkan mencapai 90%, sedangkan hardware Advan hanya 10%. Meskipun porsinya kecil, dia memastikan Advan tidak akan menghapus PC desktop dari ranah bisnisnya.
“Saat ini 70% fungsi tablet hanya sebagai hiburan sehingga komputer tidak akan 100% hilang. Intinya konsumen masih membutuhkan. Tapi, yang dinanti justru teknologi baru yang bisa menandingi keunggulan tablet dan notebook,” ujarnya.

Konvergensi Produk

Meski kian meredup, pasar PC desktop masih mempunyai harapan. Pasalnya penetrasi komputer di Indonesia secara keseluruhan belum mencapai 10%. Potensi besar ini harus disiasati para produsen dengan jeli, yakni menyadari kebutuhan pasar serta berani melakukan konvergensi. Konvergensi ini berupa penyesuaian form factor dari produk dengan permintaan serta selera konsumen. Tablet contohnya, yang merupakan hasil konvergensi antara industri telekomunikasi dan IT.

Sementara untuk PC desktop, Guntur mengungkapkan, konvergensi yang dilakukan akan mengarah pada All in One (AIO) PC, yaitu perangkat desktop minimalis touchscreen yang dilengkapi dengan beragam fitur canggih.

“Saat ini AIO PC sudah beredar di pasaran, meskipun harganya terbilang mahal. Ke depannya kemungkinan AIO PC bukan hanya menggantikan PC desktop, tapi akan bersaing dengan kompetitor beda kategori, smart TV yang juga semakin berkonvergensi,” tutup Guntur.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.