Iklan Listing-nya Laris Manis

MARKETING.co.id – Geliat properti yang marak dalam tiga tahun terakhir mulai merambah media online. Di internet kini bermunculan situs-situs properti yang berfungsi sebagai perantara antara penjual dan pembeli. Salah satunya adalah propertykita.com yang mengklaim diri sebagai situs properti papan atas yang masih dimiliki lokal.

Gelombang startup lokal (bisnis rintisan di internet) juga menerpa sektor properti. Di internet kini banyak bermunculan situs-situs yang menawarkan jasa jual-beli/sewa properti. Coba ketikkan kata-kata “jual atau beli rumah” di situs Google, maka kita dapatkan deretan situs properti, dari yang namanya sudah kita kenal sampai yang namanya masih asing di telinga kita.

Situs www.propertykita.com adalah salah satu yang mencoba peruntungan dari kerasnya pertarungan jasa jual-beli/sewa properti di dunia maya. Meski situs ini belum setenar properti123.com, pemiliknya, Ricky Conrad, mengklaim situs ini berada di jajaran tiga besar situs properti di Indonesia. Ricky membeberkan indikator di balik klaim tersebut. Unique visitor situs ini katanya mencapai 13.000 menurut Google Analytic.

Unique visitor itu tidak bisa dikatakan satu orang, karena Google menghitungnya berdasarkan IP address. Satu IP address bisa saja digunakan tiga atau empat orang, seperti satu majalah bisa saja dibaca lebih dari satu orang. Jadi, unique visitor bisa saja berjumlah tiga atau empat orang, atau bisa juga 20 orang. Jika angka 13.000 dikalikan rata-rata 4, berarti sekitar 40.000–52.000 pengunjung per hari,” katanya membeberkan.

Kinerja bisnis situs ini juga cukup mencengangkan buat ukuran usaha rintisan internet. Di saat banyak startup lokal lain masih bergelut dengan urusan permodalan atau mencari formula bisnis yang tepat, situs ini justru sudah mulai memetik keuntungan di tahun keduanya. Menurut Ricky, pertumbuhan revenue situs ini tahun 2011 lalu mencapai 600%.

“Saya confidence, saya percaya revenue kami sekarang paling tinggi di antara kompetitor properti online. Ini kalau dibanding dengan tiga pemain utama properti online. Mulai dari banner, listing, kami paling banyak. Mereka semua bayar, ada memang yang gratis, tapi jauh lebih banyak yang membayar,” ungkapnya.

Sebagai media online, situs ini sangat mengandalkan pendapatan dari iklan. Sumber iklan diperoleh dari banner dan listing. Saat ini banner masih menjadi lumbung penghasilan propertykita.com, kontribusinya mencapai 70% dan akan terus mengupayakan komposisinya lebih seimbang antara pendapatan iklan dari listing dan banner.

Wajar saja jika Ricky ngébét menggelembungkan pendapatan dari iklan listing, mengingat potensinya sangat besar. Saat ini, per bulan rata-rata propertykita.com mampu menggaet 4.000 pengiklan. Propertykita.com memungut tarif Rp 100.000 hingga Rp 200.000 untuk iklan listing berbayar. Asal tahu saja, selain iklan listing berbayar, propertykita.com juga menawarkan iklan listing gratis.

Propertykita.com dalam sebulan rata-rata memperoleh pendapatan Rp 100 juta dari iklan listing berbayar. Jika angka ini kita bagi dengan tarif iklan Rp 100.000, maka dalam sebulan ada sekitar 1.000 pengiklan berbayar. Sisanya yang 3.000 merupakan pengiklan listing gratis.

Dengan iklan listing gratis, propertykita.com ingin menarik sebanyak-banyaknya data rumah dijual di Indonesia sesuai dengan slogan mereka, “Lebih Banyak Pilihannya”. Sebagai situs lokal, propertykita.com juga menampilkan desain yang ramah dan mudah digunakan (friendly user), baik untuk pencari/pembeli properti maupun penjual properti. Keduanya merupakan stakeholder utama situs ini.

“Penjual rumah bisa langsung pasang iklan gratis. Prosesnya mudah, cuma perlu register dan memasukkan data rumah, dalam satu menit iklan langsung online,” katanya.

Situs ini menampilkan halaman muka (home) yang minimalis, hanya menampilkan tiga menu utama, yakni “Rumah Dijual”, “Cari Properti”, dan “Pasang Iklan”, serta fasilitas pencarian search by location. Namun begitu, ketika mengklik menu Rumah Dijual atau Cari Properti, kita akan disuguhi berbagai kanal sesuai kebutuhan pengunjung.

Perumahan (residensial), Apartemen, dan Komersial merupakan tiga kanal utama di situs ini. “Yang paling sering diklik kanal Rumah. Mengapa? Karena ketersediaan rumah lebih banyak dan habit pengunjung lebih banyak mencari informasi tentang rumah,” jelasnya lagi.

Enaknya menjalankan bisnis online, pebisnis dapat mengetahui dengan tepat siapa sebenarnya segmen pengunjung situs miliknya. Begitu pun dengan propertykita.com. Dari data yang masuk, ternyata pengunjung situs ini sebagian besar mencari rumah berharga Rp 300 juta hingga Rp1 miliar. Persentasenya mencapai 70%. Dari sini disimpulkan pengunjung situs ini umumnya kelas menengah.

“Laki-laki atau perempuan, kita lihat di Facebook. Fanpage Facebook kita tertinggi di industri ini, kami punya 34.000. Nah, dari situ bisa dilihat lebih banyak laki-laki daripada perempuan, dan sebagian besar berusia 25–40 tahun,” bebernya.

Keberhasilan Ricky mengelola situsnya merupakan buah dari keseriusan dalam menjalankan strategi online marketing. Ricky memanfaatkan semua internet marketing tool, mulai dari SEM, SEO, media sosial, dan email marketing.

“Coba ketik ‘rumah dijual di Kelapa Gading’ di Google, pasti kami nomor satu. Kami juga diperkuat dengan tim marketing untuk media sosial, untuk event komunitas baru, ataupun untuk agent dengan kegiatan seperti meet the broker agent,” kata pria yang juga menggeluti usaha konstruksi dan advertising agency ini.

Ricky menegaskan, situs propertykita.com merupakan situs yang segmented. Jadi, dia tidak terlalu silau dengan jumlah kunjungan atau hits. Lagi pula dia meyakini, jumlah kunjungan tidak selalu berkorelasi positif dengan penghasilan yang diperoleh.

“Mungkin propertykita.com pengunjungnya tidak sebanyak yang lain, tapi yang jelas orang yang datang ke sini adalah orang yang mau beli. Mengapa saya yakin begitu, karena banyaknya pemasang iklan yang repeat ke situs ini. Kita sampai kesulitan tempat untuk banner karena demand-nya tinggi. Suplai kita cuma 10 space, mau buat 11 susah. Di saat yang lain menurunkan harga, justru kita menaikkan. Jadi, pertanyaannya, buat apa saya jual,” katanya dengan nada retoris.

Ricky dengan tegas menyatakan bahwa situsnya “not for sale”. Maklum saja, akhir-akhir ini banyak investor asing yang memburu startup lokal karena melihat besarnya potensi bisnis internet di Indonesia. Ricky tidak menampik dirinya pernah didekati investor asing dan menyatakan niat membeli situsnya. Tapi, dia menolak karena optimistis dengan masa depan bisnis ini.

Namun, ketika didesak apakah dia tetap menolak jika ada investor yang menawar dengan harga tinggi, “Kalau nanti ada investor yang mau masuk silakan, tapi saya tetap pegang kendali. Ke depan bisnis ini luar biasa,” tutupnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.