Indonesia dan Pemasaran Lewat Ponsel

Indonesia adalah negara yang berpotensi menjadi digital powerhouse di Asia Tenggara. Dengan lebih dari 100 juta pengguna internet, Indonesia diproyeksikan menjadi negara dengan pengguna internet terbesar keempat di dunia pada tahun 2020 menurut studi Google-Temasek. Selanjutnya, penetrasi ponsel pintar telah meningkat tiga kali lipat—dari 14% menjadi 46%—antara tahun 2013 dan 2016. Entah membaca berita sambil menunggu kendaraan umum datang atau menonton video online sambil menunggu waktu buka puasa, ponsel pintar kini semakin menjadi bagian tak terpisahkan di kehidupan banyak orang Indonesia.

PEMASARAN LEWAT PONSEL

Studi Google dan IPSOS mendapati ponsel berperan penting dalam pembelian online dan offline. Sebanyak 98% pengguna ponsel pintar di Indonesia telah meneliti merek dan produk melalui ponsel mereka, dan hal ini memengaruhi keputusan mereka apakah akhirnya membeli atau tidak. Selain itu, 80% orang Indonesia berubah pikiran perihal pembelian setelah mengecek ponsel pintar mereka.

PEMASARAN LEWAT PONSEL

 

Selain memengaruhi pembelian, ponsel pintar juga telah mengubah cara orang Indonesia melakukan pembelian: 59% konsumen melakukan pembelian online setiap minggu dan 39% melakukannya setidaknya setiap bulan, sementara hanya 2% yang mengatakan bahwa mereka tidak pernah melakukan pembelian secara online.

Lonjakan penggunaan ponsel pintar di seluruh Indonesia serta perubahan cara pembelian yang semakin mengarah online tak pelak memberikan kesempatan besar bagi para pemasar. Berikut tiga poin penting bagi para pemasar yang ingin memanfaatkan tren ini guna menjangkau (lebih banyak) konsumen melalui pemasaran digital.

Maksud pencarian lebih penting dari demografi

Studi Google dan IPSOS menunjukkan bahwa ketika orang Indonesia siap berbelanja, hal yang mereka inginkan saat itu lebih penting daripada identitas mereka—baik dari segi usia maupun jenis kelamin. Hal ini merupakan informasi penting bagi para pemasar yang umumnya terbiasa menciptakan pesan/iklan berbeda bagi setiap kelompok demografi.

Tercatat 92% orang Indonesia mengatakan bahwa mereka cenderung membeli produk jika pesan merek relevan dengan mereka. Oleh karena itu, memahami maksud pencarian pelanggan saat mereka online sangatlah penting. Para pemasar juga hendaknya memerhatikan perilaku konsumen online—termasuk kata kunci populer—untuk memahami mengapa mereka menggunakan ponsel pintar mereka untuk mencari. Apa yang mereka cari? Kapan? Dan apa yang mereka butuhkan pada momen tersebut?

Konsumen yang aktif online umumnya sering menonton YouTube

Studi Google dan IPSOS menunjukkan korelasi positif antara frekuensi menonton video online dan ikatan merek (brand engagement). Video online berpengaruh kuat pada perilaku berbelanja konsumen. Sebanyak 45% pengguna ponsel pintar di Indonesia menemukan merek baru melalui video online, dan 79% mengatakan bahwa mereka bersedia membeli dari perusahaan yang menyediakan konten video instruksional.

PEMASARAN LEWAT PONSEL

Penayangan YouTube juga terkait dengan keefektifan pemasaran digital. Studi Google dan IPSOS mendapati bahwa mereka yang menonton YouTube setiap hari atau mingguan cenderung membeli (94%) daripada mereka yang menonton YouTube setiap bulan atau kurang (76%). Hal ini berlaku sekali untuk kategori produk tertentu seperti kecantikan, travel, dan ponsel pintar dan tablet. Mengingat 92% pemilik ponsel pintar di Indonesia menonton YouTube setidaknya seminggu sekali, para pemasar tidak dapat mengesampingkan dampak video online dalam mendukung brand awareness dan engagement.

Pengguna ponsel pintar sangat beragam

Studi Google dan IPSOS menemukan pengguna ponsel pintar di Indonesia menunjukkan perbedaan yang relatif kecil tetapi berarti dalam konteks perilaku online mereka serta strategi pemasaran lewat ponsel. Secara umum, setiap pengguna ponsel pintar di Indonesia termasuk dalam salah 1 dari 4 kelompok berikut.

Kelompok pertama, “Cepat” (33% dari total pengguna ponsel pintar). Kelompok ini sangat nyaman menggunakan ponsel pintar mereka, termasuk dalam hal berbelanja online. Sebanyak 100% pengguna melakukan transaksi online setiap minggu.

Kedua, kelompok “Tradisional” (25% dari total pengguna ponsel pintar). Mereka gemar melakukan riset online, tetapi cenderung jarang berbelanja online—umumnya tidak lebih dari satu kali per bulan.

Ketiga, kelompok “Penjajak” (22% dari total pengguna ponsel pintar). Kelompok Penjajak gemar melakukan riset secara detail dalam hal pembelian, tetapi umumnya tidak terpengaruh pada pemasaran online. Mereka cenderung menjajaki sendiri pilihan mereka tanpa terpengaruh hal dari luar. Namun demikian, mereka umumnya berbelanja online setiap minggu minimal satu kali.

Keempat, kelompok “Tidak Aktif” dan “Tidak Tertarik” (20% dari total pengguna ponsel pintar). Kelompok ini terdiri dari pengguna yang tidak terlalu aktif (13%) menggunakan ponsel mereka dalam hal belanja online, dan tidak tertarik (7%) dengan pemasaran lewat ponsel.

Memahami perilaku dan perbedaan konsumen di era digital sangatlah penting untuk mengembangkan strategi pemasaran online yang efektif. Para pemasar harus dapat beradaptasi dengan tren perilaku konsumen dan selalu menawarkan konten yang relevan dan bermanfaat kepada konsumen lewat jalur yang tepat.

Jason Tedjasukmana, ‎Head of Corporate Communications at Google Indonesia

MM.07.2017/W

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.