Indonesia, Negara Asia Tenggara Paling Optimis akan Potensi Peningkatan Ekonomi

Marketing.co.idBerita Marketing | Hampir 10 bulan sejak penyebaran pandemi Covid-19 pertama kali masuk ke wilayah Asia Tenggara dan masyarakat di kawasan Asia Tenggara hingga saat ini masih merasa khawatir terhadap penularan virus Corona. Sebanyak 54% masyarakat Indonesia mengaku mereka sangat khawatir terhadap penularan virus ini, angka ini lebih tinggi 2% dibandingkan dengan hasil survei gelombang pertama di bulan Mei 2020. Sama halnya dengan masyarakat Singapura (61%) dan Malaysia (73%) yang juga masih merasa sangat khawatir terhadap penularan virus Corona. Angka ini merupakan angka rata-rata dari semua negara Asia Tenggara.

Data-data ini merupakan hasil survei terbaru yang dilakukan perusahaan market research global, Ipsos untuk memahami perkembangan opini dan perilaku konsumen selama krisis Covid-19. Survei diadakan secara online, sejak 18-22 September 2020, dengan melibatkan 500 responden dengan usia 18 tahun ke atas untuk setiap negara di Asia Tenggara; Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina.

Perkembangan Pandemi Covid-19

Mayoritas masyarakat di enam negara Asia Tenggara (81%) yakin bahwa vaksin Covid-19 akan mulai tersedia di masing-masing negara pada semester pertama tahun 2021, termasuk masyarakat Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam. Hal ini sejalan dengan siaran pers yang baru saja dilakukan di laman  Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi pada Senin tanggal 12 Oktober 2020 bahwa Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan bersama Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Duta Besar RI Djauhari Oratmangun, serta Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir telah bertemu pimpinan tiga produsen vaksin Covid-19 di Cina dan ketiga produsen menyanggupi pemenuhan kebutuhan dosis vaksin Covid-19 untuk Indonesia.

Sebagian besar (37%) masyarakat Asia Tenggara saat ini sudah beradaptasi dengan kebiasaan dan rutinitas baru serta 16% mulai melihat pembatasan-pembatasan atau larangan akan segera berakhir.

Perpanjangan periode “di rumah saja” bagaimanapun berpengaruh terhadap kesehatan fisik maupun mental sebagian besar masyarakat Asia Tenggara. Secara rata-rata, 50% responden Asia Tenggara mengaku memiliki lebih sedikit bahkan tidak melakukan aktivitas fisik karena lebih banyak di rumah saja.

Baca juga: Konten Instagram yang Menarik Saat New Normal? Wajib hukumnya!

Di Indonesia sendiri, sebanyak 35% responden mengakui lebih sedikit melakukan aktivitas fisik, berbeda dengan Malaysia (56%) dan Vietnam (43%).  Sedangkan untuk kesehatan mental, 54% responden Asia Tenggara mengatakan bahwa mereka merasa tertekan dengan situasi pandemi ini. Dibandingkan Filipina (62%), masyarakat Indonesia lebih sedikit (50%) yang merasa tertekan selama masa pandemi.

Di antara negara-negara Asia Tenggara, 1 dari 2 responden mengakui mereka sudah merasa nyaman untuk mengunjungi restoran ataupun teman di rumah dan mengggunakan transportasi umum dalam waktu dekat, termasuk Indonesia. Selebihnya, untuk menghadiri acara gathering, mengunjungi pusat kebugaran/gym, maupun melakukan perjalan baik domestik maupun internasional, masyarkat Indonesia maupun negara lain mengaku dalam waktu dekat ini belum yakin dan nyaman., atau paling tidak mulai pada bulan Maret 2021 atupun lebih.

Pengaruh Pada Ekonomi dan Pendapatan Masyarakat

Pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi perekonomian negara-negara, tak terkecuali Indonesia. Berdasarkan hasil survei terbaru Ipsos, bahwa mayoritas masyarakat di Asia Tenggara merasa situasi ekonomi di negara mereka tidak baik, bahkan sangat buruk. Hasil survei untuk Indonesia sendiri, terlihat bahwa 57% masyarakat merasa situasi perekonomian Indonesia dalam keadaan buruk, 17% merasa sangat buruk.

Dibandingkan dengan hasil survei gelombang pertama Mei 2020 (yang mana saat itu negara-negara berada di tengah-tengah penerapan larangan dan pembatasan ketat), Asia Tenggara melaporkan adanya peningkatan pendapatan masyarakat, khususnya untuk Indonesia dan Filipina yang paling menunjukkan peningkatan signifikan. Untuk Indonesia sendiri pada hasil survei gelombang pertama, 84% responden mengaku merasakan penurunan pendapatan, sedangkan pada survei gelombang kedua ini, sebanyak 74% responden merasakan penurunan pendapatan mereka, yang mana persentase ini turun 10% dibandingkan hasil survei gelombang pertama Mei lalu (84%).

Melihat 6 bulan ke depan dari sekarang, di antara negara-negara Asia Tenggara, Indonesia muncul sebagai negara paling optimis akan adanya perbaikan ekonomi pada 6 bulan ke depan dibandingkan negara lain dengan persentase 75%, disusul oleh Vietnam sebesar 54%, dan Filipina 50%. Sedangkan mayoritas masyarakat Singapura justru merasa pesimis dan hanya 28% yang berharap perekonomian dalam negeri mereka akan meningkat.

Managing Director Ipsos in Indonesia, Soeprapto Tan menyampaikan, survei gelombang kedua dilakukan, DKI Jakarta sebagai Ibu Kota dan pusat mayoritas aktivitas bisnis, sedang dalam status penerapan PSBB ketat kedua. Bila dilihat dari hasil survei yang ada, kata Soeprapto, penerapan PSBB ini tidak berpengaruh signifikan pada optimisme masyarakat terhadap situasi kondisi ekonomi di Indonesia.

“Kita berharap optimisme ini bisa menjadi momentum dan referensi untuk Pemerintah pusat maupun provinsi untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di Q4 2020, tentunya dengan berbagai stimulus ekonomi yang sedang ataupun akan dijalankan sebagai upaya Pemerintah terlepas dari ancaman resesi,” tuturnya.

Dari hasil survei gelombang kedua ini, dalam 6 bulan ke depan, mayoritas masyarakat Indonesia (60%) berpendapat Pemerintah Indonesia harus tetap fokus dalam penanggulangan dan penyebaran Covid-19. Lalu ada 16% dari responden yang  berpendapat lebih penting Pemerintah untuk tetap menyediakan bantuan atau stimulus ekonomi terhadap pendapatan mereka, 13% mengaku lebih penting Pemerintah fokus dalam melindungi pekerjaan masyarakat 11% berfokus pada masalah menjaga stabilitas harga barang.

Lebih jauh, bila dibandingkan 3 bulan lalu, 48% masyarakat Indonesia tidak merasa yakin terhadap keamanan pekerjaan mereka, kerabat, ataupun orang terdekat mereka. Sehingga, apabila kasus Covid-19 kembali terjadi di masa depan, 91% masyarakat Indonesia mengaku khawatir bahkan sangat, pemerintah akan kembali menerapkan larangan ketat yang akan mempengaruhi pendapatan mereka.

Pengaruh Pada Sektor Bisnis dan Kategori Produk

Meskipun terlihat adanya prospek positif pendapatan masyarakat di Asia Tenggara, namun mayoritas responden (62%) mengaku tidak yakin untuk melakukan pembelian ataupun investasi dalam jumlah besar, seperti rumah maupun mobil. Indonesia (69%), Singapura (69%), dan Filipina (68%) merupakan negara yang paling berhati-hati untuk melakukan pembelian dalam jumlah besar. Sebaliknya dengan 51% masyarakat Vietnam dan 52% masyarakat Thailand yang berbagi sentiment ini.

Hal yang berbeda ditunjukkan oleh masyarakat Indonesia untuk industri sepeda motor, dimana sebanyak 47% masyarakat Indonesia menunjukkan minat beli terhadap sepeda motor (peringkat 3-5 dari skala 5 minat beli). Sepeda motor yang paling banyak diminati ialah Honda (81%) dan Yamaha (39%). Perilaku ini disebabkan oleh kekhawatiran masyarakat dalam menggunakan kendaraan umum selama PSBB transisi.

Untuk pengeluaran belanja dalam skala kecil, 1 dari 2 masyarakat Asia Tenggara saat ini merasa lebih nyaman mengunjungi restoran dan lebih banyak permintaan dari kategori produk bahan pokok harian, produk personal, dan produk kebersihan karena pembatasan pergerakan secara bertahap dihentikan. Dalam hal belanja secara umum, masyarakat Asia Tenggara tetap berhati-hati baik dari perspektif keuangan, kesehatan, dan keamanan.

Sebanyak 86% responden Asia Tenggara mengatakan bahwa mereka saat ini lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uang untuk berbelanja. Tujuh puluh delapan persen (78%) masyarakat mengutarakan bahwa mereka lebih jarang pergi ke toko karena adanya larangan jaga jarak. Masyarakat Filipina adalah yang paling berhati-hati dalam mengatur pengeluaran mereka (91%), Indonesia 82%, dan paling sedikit di Singapura (79%). Dalam hal pergi ke toko, sentiment ini paling tinggi terjadi di Indonesia (88%) dan paling sedikit di Singapura (63%).

Baca juga: Bingkai Pertahanan Bisnis Ritel Kecil di Kala Pandemi

Pada survei ini pula, diketahui adanya peningkatan penggunaan layanan digital, e-commerce, dan pembayaran non-tunai (cashless payment) oleh konsumen di Asia Tenggara. Lebih dari 43% responden Asia Tenggara membeli lebih banyak barang secara online, 42% lebih masyarakat menggunakan pembayanan non-tunai, dan 29% lebih masyarakat melakukan streaming lebih sering.

Di antara negara Asia Tenggara lainnya, Indonesia (51%) dan Singapura (51%) mengalami peningkatan terbesar porsi masyarakat yang terlibat dalam aktivitas e-commerce. Shopee (73%) dan Tokopedia (68%) adalah dua e-commerce paling banyak digunakan masyarakat Indonesia untuk berbelanja online selama pandemi dan akan terus digunakan walapun pandemi sudah berakhir. Yang mana peringkat ke-4 dan ke-5 diduduki oleh Lazada (42%) dan Bukalapak (34%) secara berurutan.

Lebih lanjut, 44% masyarakat Indonesia lebih sering menggunakan pembayaran non-tunai/cashless payment. OVO dan Gopay masih menjadi primadona pembayaran non-tunai yang sering digunakan masyarakat Indonesia dalam bertransaksi online, dengan masing-masing presentase OVO 71% dan Gopay 67%. Pembayaran non-tunai lainnya yang juga cukup banyak digemari masyarakat Indonesia ialah Dana (48%), ShopeePay (44%) dan Link Aja (22%).

Dalam survei ini juga diketahui bahwa 30% masyarakat Indonesia saat ini lebih banyak melakukan aktivitas streaming, seperti Netflix dibandingkan sebelum pandemi Covid-19.

Marketing.co.id: Portal Berita Marketing dan Berita Bisnis

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.