Industri Ritel Modern ASEAN: Konsumsi Makanan Alami Pergeseran  

Marketing.co.idSebagian besar pemerintah di kawasan ini mendorong warganya untuk tetap tinggal di rumah demi menekan angka penyebaran COVID-19, mengimplementasikan kebijakan pembatasan sosial, yang berlaku sejak pertengahan Maret. Peraturan ini menyebabkan pergeseran konsumsi makanan di rumah untuk Kawasan ASEAN dan ini merupakan hal positif bagi pemain supermarket di lingkup ritel modern. Berdasarkan pengamatan, umumnya penjualan di pasar swalayan dan ritel modern yang menjual bahan pokok mengalami peningkatan sementara penjualan barang-barang non esensial dan umum mengalami penurunan.

Industri Ritel Modern ASEAN
COVID-19 memicu pergeseran konsumsi makanan di rumah. Permintaan terhadap penjualan bahan makanan dan kebutuhan pokok di kawasan ini akan melonjak karena anjuran pemerintah agar masyarakat tetap tinggal di rumah.

Pergeseran dalam konsumsi makanan di  Asia Tenggara terutama didorong oleh konsumen yang tetap tinggal di rumah. Di Singapura dan Malaysia, penjualan supermarket diperkirakan akan meningkat dengan mengorbankan layanan makanan dan minuman serta penutupan pasar tradisional. Di Thailand, supermarket dan hipermarket seharusnya diuntungkan karena konsumen mengurangi barang-barang non esensial. Supermarket dan minimarket di Indonesia juga diperkirakan akan mengalami permintaan lebih tinggi karena penutupan pasar tradisional.

Upaya berkepanjangan dalam mengatasi COVID-19 akan memberikan dampak positif terhadap supermarket selama penerapan pembatasan sosial terus berjalan. Jika langkah-langkah dari berbagai pemerintah saat ini terbukti tidak efektif untuk meraih keberhasilan dalam upaya menekan penyebaran pandemi, kebijakan yang membuat konsumen untuk tetap tinggal di rumah, akan menguntungkan peritel yang menjual kebutuhan pokok seperti supermarket.

Indonesia

Pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk tidak memberlakukan penutupan menyeluruh (lockdown) pada saat ini dan lebih menekankan pada physical/social distancing, termasuk menutup sekolah, pusat perbelanjaan, kegiatan keagamaan dan kantor-kantor. Di Jakarta, Gubernur telah memberlakukan PSBB selama 14 hari sejak 10 April 2020 untuk memperlambat penyebaran COVID-19 setelah ibukota menjadi pusat penyebaran wabah di negara ini. Banyak daerah telah meminta status PSBB karena Indonesia mengalami lompatan besar dalam jumlah infeksi. Pada 12 April 2020, Indonesia mencatat peningkatan kasus COVID-19 tertinggi dalam satu hari dengan 399 kasus baru, membuat penghitungan nasional menjadi 4.241 kasus yang dikonfirmasi.

Di tengah wabah COVID-19, pemerintah Indonesia meminta masyarakat untuk tetap tinggal di rumah sebanyak mungkin dan keluar hanya saat diperlukan untuk membeli makanan atau bahan makanan. Sebagian besar toko barang-barang non esensial, seperti, pusat perbelanjaan atau restoran, tutup, dan hanya supermarketminimarket, dan apotek yang diperkenankan beroperasi. Dengan demikian, ini merupakan hal positif bagi supermarket dan minimarket. Kami memperkirakan kenaikan jumlah orang-orang ke toko-toko ini untuk membeli kebutuhan pokok.

Berdasarkan atas survei ritel oleh Bank Sentral, indeks penjualan ritel mencatat kontraksi sebesar 0,8% secara tahunan (y-o-y) pada Februari 2020. Perlambatan indeks disebabkan oleh pertumbuhan lebih lambat di Pakaian (-40,4% y-o-y), Barang terkait Budaya dan Rekreasi (-16,8% y-o-y), Bahan Bakar Otomotif (-4,6% y-o-y), dan Peralatan Komunikasi dan Informasi (-4% y-o-y). Sementara itu, segmen Makanan, Minuman, dan Tembakau serta Peralatan Rumah Tangga Lain mencatatkan pertumbuhan positif, masing-masing sebesar 3,2% dan 3,7% y-o-y. Pada bulan Maret 2020, Bank Sentral memperkirakan indeks penjualan ritel akan turun 5,4% y-o-y. Selama situasi COVID-19 ini, orang-orang mengubah pola konsumsi mereka ke produk-produk pokok seperti makanan, dari barang-barang non esensial seperti pakaian. Selain itu, karena orang-orang diperkirakan menghabiskan sebagian besar waktu mereka di rumah, kita mungkin akan menyaksikan kenaikan penjualan peralatan rumah tangga.

Di Indonesia, kebanyakan orang masih menyukai berbelanja bahan makanan di toko-toko tradisional seperti pasar tradisional dibandingkan dengan supermarket dan minimarket. Pada 2019, sekitar 70% dari total bahan makanan Indonesia masih didominasi oleh toko-toko tradisional, diikuti oleh minimarket(~23%) dan supermarket (~7%). Dalam beberapa tahun terakhir, kita melihat bahwa minimarket telah bertumbuh lebih cepat dibandingkan dengan toko-toko tradisional dan supermarket karena kenyamanan dan kemudahan akses mereka (sebagian besar minimarket beroperasi 24 jam di lokasi bagus). Sementara itu, toko bahan makanan berbasis daring masih sangat kecil di Indonesia, namun kebanyakan supermarket dan minimarket telah memperkenalkan aplikasi daring mereka, yang menawarkan pengalaman berbelanja secara daring.

Dengan situasi COVID-19, banyak pasar tradisional tutup, sementara ritel modern seperti supermarket dan minimarket tetap buka. Ini mungkin menguntungkan bagi supermarket dan minimarket, karena orang-orang yang biasanya pergi ke pasar tradisional untuk berbelanja produk segar, seperti, daging, sayuran dan buah-buahan, akan beralih menjadi pelanggan supermarket dan minimarket. Lebih lanjut, supermarket memiliki keunggulan dibandingkan dengan minimarket karena mereka menawarkan produk segar dengan jumlah lebih banyak.

Platform toko daring juga dapat mengambil manfaat dalam situasi ini karena beberapa orang takut keluar rumah karena takut terinfeksi. Bagaimanapun, mengingat bahwa banyak orang Indonesia belajar/bekerja dari rumah ketimbang di sekolah/kantor, orang beralih dari makan di luar menjadi memasak di rumah, membawa pulang makanan atau memilih layanan pengiriman. Dengan demikian, makanan kemasan, seperti, mie instan, camilan, dan makanan beku, mungkin mengalami peningkatan penjualan selama situasi COVID-19 ini.

Ke depan, toko-toko tradisional akan mendominasi sektor bahan makanan Indonesia, tetapi pertumbuhan lebih tinggi akan dicatat oleh minimarket dan platform bahan makanan daring. Bahwa beberapa pemain supermarket akan mengurangi karyawan akibat persaingan dengan minimarket karena orang Indonesia lebih memilih mengunjungi minimarket untuk membeli produk-produk pokok, dan membeli produk segar dari pasar tradisional.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.