Ini Penyebab Sering Terjadinya Kecelakaan pada Sepeda Motor

Marketing.co.id – Berita Otomotif | Mengendarai sepeda motor atau menumpang sepeda motor memang lebih fleksibel dibandingkan kendaraan roda empat. Karena tidak membutuhkan ruas jalan yang luas. Di tengah kemacetan sepeda motor bisa mencarai celah untuk tetap melaju, sehingga lebih cepat sampai tujuan. Namun, risiko terjadinya kecelakaan pada pengemudi dan penumpang sepeda motor lebih besar dibandingkan mobil.

Menurut AKBP Danang Sarifudin, Kasi Produk Dikmas Ditkamsrl Korlantas Polri ada beberapa faktor penyebab terjadinya kendaraan pada roda dua. Salah satunya sepeda motor bukanlah kendaraan yang didesain untuk angkutan jarak jauh dan angkutan penumpang.  Selain itu, mengendarai sepeda motor seluruh anggota badan kita tidak dilindungi secara optimal, berbeda dengan mobil.

Faktor penyebab lainnya disebabkan oleh perilaku pengguna, seperti masuk jalur trotoar, melawan arus, dan tidak menjaga jarak dengan kendaraan di depannya. “Menjaga jarak penting, agar ketika terjadi sesuatu hal, pengendara masih punya ruang untuk mengambil keputusan, seperti mengerem secara mendadak,” tutur Danang saat jumpa per virtual Indonesia Road Safety Award (IRSA), Selasa (30/3/21).

Perilaku lain yang sering bikin sewot pengendara lain yakni berkendara dengan zig-zag. Perilaku ini kata Dadang bukan semata untuk menyalip kendaraan lain, tapi sebagai unjuk kepiawaian si pengendara. “Kalau melakukan zig-zag mereka merasakan sensasi tersendiri,” tandasnya.

Modifikasi sepeda motor juga berpotensi menimbulkan kecelakaan. Dadang memberi contoh ada pemilik kendaraan yang sengaja mengganti lampu sen dari warna kuning menjadi warna putih, sehingga tidak terlihat oleh pengendara lainnya saat akan berbelok. “Hanya mengejar kenikmatan kendaraan yang dimodifikasi, tapi mengabaikan keselamatan berkendara,” imbuhnya.

Baca juga: Ingin Modifikasi Mobil? Jangan Lupa Konsultasi Dulu ke Pihak Asuransi!

Dadang juga mengingatkan, cara berkendara di jalan raya merupakan cermin budaya bangsa, karena di situ terlihat aspek tanggung jawab, kepedulian, dan kehatian-hatian. “Berlalu lintas juga merupakan cermin modernitas. “Ketika diterapkan tiilang elektronik ada yang protes, padahal ini akan menghapus pungli dan juga akan membangun tanggung jawab pengemudi,” kata Dadang.

Edukasi Keselamatan Berkendara dari Adira Insurance

Untuk menggaungkan pesan keselamatan jalan di jalan raya, Adira Insurance menggagas program CSR “I Wanna Get Home Safely” (IWGHS). Program ini sudah berjalan selama lebih dari 10 tahun. “Kami melihat bahwa untuk meningkatkan kesadaran berperilaku aman dan selamat, diperlukan edukasi keselamatan berkendara yang meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pengguna jalan,” tutur Wayan Pariama, Direktur Adira Insurance.

Salah satu program dalam IWGHS adalah Indonesia Road Safety Award (IRSA). IRSA merupakan penghargaan kepada Pemerintah Kota dan Kabupaten yang memiliki penerapan tata kelola keselamatan jalan terbaik di Indonesia. IRSA digagas dengan tujuan untuk menurunkan angka kecelakaan dan fatalitasnya di Indonesia dan mengajak seluruh lapisan masyarakat baik pemerintah, pihak lembaga swadaya masyarakat, pihak swasta, masyarakat dan berbagai pihak lainnya untuk peduli terhadap keselamatan jalan.

Deretan Mobil dan Sepeda Motor Baru di IIMS 2017
Deretan Mobil dan Sepeda Motor Baru di IIMS 2017

Tahun ini, menyesuaikan dengan situasi pandemi Covid-19, Adira Insurance melakukan beberapa penyesuaian dalam pelaksanaan IRSA demi mengutamakan keselamatan dan keamanan seluruh peserta, serta mendukung instruksi Pemerintah untuk mengurangi risiko penyebaran virus Covid-19. Meski demikian, hal ini tidak menyurutkan komitmen Adira Insurance untuk terus meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya berperilaku selamat saat berada di jalan.

Sebagai bagian dari komitmen ini, Adira Insurance melakukan studi pemetaan profil keselamatan jalan di 15 kota yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia melalui Road Safety Behavior Research. Berbeda dari program IRSA sebelumnya, riset tahun ini berfokus pada perilaku berkendara masyarakat Indonesia yang mencakup tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap, dan perilaku.

Tahun ini berfokus pada aspek berbeda yaitu perilaku masyarakat itu sendiri. Riset ini dilakukan dalam periode 3 bulan sejak Oktober 2020. Riset dilakukan berdasarkan 1.500 responden yang tersebar di 15 Kota besar di Indonesia, yaitu; DKI Jakarta, Tangerang, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Denpasar, Medan, Padang, Palembang, Banjarmasin, Balikpapan, Samarinda, dan Makassar.

Hasil riset menunjukkan, bahwa rata-rata indeks keselamatan berkendara di Indonesia mencapai 76%. Nilai tersebut didapat dari aspek pengetahuan/knowledge mencapai 87%, aspek sikap/attitude mencapai 83% serta aspek perilaku/behavior memiliki indeks terendah yaitu 58%.

“Kami berharap riset ini dapat membantu mendefinisikan indeks keselamatan berkendara dari pemetaan profil berkendara masyarakat Indonesia dan mengukur risiko dari perilaku masyarakat Indonesia di jalan. Risiko dalam temuan ini tentunya harus dikelola untuk dapat mewujudkan keselamatan jalan. Kami juga berharap riset ini dapat menjadi inspirasi maupun referensi bagi Pemerintah, komunitas, lembaga swadaya masyarakat, pihak swasta lainnya dan masyarakat untuk menerapkan sistem tata kelola keselamatan jalan yang lebih baik di Indonesia,” tambah Wayan.

Sementara itu, Ki Darmaningtyas, Ketua Instran (Institut Kendaraan) juga menyoroti perilaku pengendara sepeda motor. Dia mengatakan, pengemudi sepeda motor didominasi anak-anak muda berusia 30 tahun ke bawah, dan berpendidikan SLTA ke bawah. “Mereka tahu peraturan lalu lintas, tapi secara mental mereka belum matang,” tutur Darmaningtyas.

Untuk membangun disiplin berkendara kata kuncinya kata Darmaningtyas, yakni peduli pada sesama dan tanamkan suatu sikap bahwa jalan raya adalah milik bersama. “Banyak pengendara sepeda motor yang tidak menyadari hal ini, sehingga mereka seenakanya masuk trotoar,” lanjutnya.

Berbeda dengan pengemudi mobil yang perilakunya relatif lebih baik dari pengendara sepeda motor. “Karena mayoritas mereka berpendidikan tinggi, usia lebih tua daripada pengemudi sepeda motor, dan pendapatannya di atas Rp5 juta,” tegas Darmaningtyas.

Baca juga: NIU Ramaikan Pasar Sepeda Motor Listrik Indonesia

Pembatasan aktivitas akibat pandemi Covid-19 berdampak pada penurunan yang signifikan pada volume kendaraan di jalan dan jumlah penumpang pada berbagai moda transportasi umum. Hal ini yang juga menyebabkan turunnya angka kasus kecelakaan lalu lintas di jalan raya sepanjang 2020.

Menurut Polda Metro Jaya Bidang Lalu Lintas, pada masa pandemi Covid-19, jumlah kasus kecelakaan lalu lintas (lakalantas) pada sepanjang 2020 menurun hingga 7.565 kasus. Meskipun angka ini turun dari angka sebelum pandemi, namun masih relatif tinggi jika dibandingkan dengan penurunan volume kendaraan di jalan raya dan kasus kecelakaan yang hanya turun 15% atau 8.877 kasus dibandingkan tahun 2019..

Data tersebut menunjukkan bahwa risiko kecelakaan lalu lintas tidak hanya bergantung pada situasi lalu lintas. Menurut data Kepolisian yang dihimpun oleh Kominfo (2017), rata-rata 3 orang meninggal setiap jam akibat kecelakaan jalan di Indonesia. Data yang sama menyatakan 3 penyebab utama kecelakaan lalu lintas antara lain; faktor manusia (61%), yang berkaitan dengan kemampuan serta karakter pengemudi, faktor prasarana dan lingkungan (30%), dan  faktor kendaraan (9%).

Marketing.co.id: Portal Berita Marketing & Berita Bisnis

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.