Integrated Brand

www.marketing.co.id – Pariwisata adalah sektor yang tetap menggeliat di tengah pelambatan ekonomi global. Wisatawan lokal mulai diperhitungkan di tengah membaiknya pendapatan masyarakat dan tren gaya hidup berwisata. Bagaimana Panorama mengantisipasi hal tersebut? Untuk membahasnya, wartawan Majalah MARKETING Tony Burhanudin dan fotografer Asep Tony K. mewawancarai Royanto Handaya, President Director Panorama Tours Indonesia. Berikut petikannya.

Anda sudah banyak makan asam garam bisnis travel and leisure, sebenarnya apa yang paling menarik dari bisnis ini?

Bisnis pariwisata adalah bisnis yang tangguh. Sekalipun berbagai ancaman dari krisis ekonomi global, bom, perang atau fluktuasi harga minyak dunia, bisnis pariwisata tetap saja berkibar. Saat ini, perjalanan bukan lagi dirasakan sebagai sebuah kemewahan yang mahal, melainkan sudah menjelma menjadi gaya hidup masyarakat yang menuntut kehidupan yang seimbang antara kerja dan keluarga.

Di samping itu, bagi negara merupakan penyumbang devisa besar. Selama beberapa tahun terakhir data menunjukkan sektor pariwisata masuk dalam lima besar penyumbang pemasukan negara. Dan bisnis ini sedang berkembang sangat pesat di Indonesia, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang terbilang bagus, yang ditandai dengan status Indonesia yang meningkat menjadi investment grade, pendapatan per kapita­­ tahun 2010 mencapai US$3.500 per orang. Terjadi pertumbuhan jumlah masyarakat kelas menengah ke atas yang pesat, disertai distribusi pendapatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi di luar Jakarta atau Pulau Jawa.

Anda diangkat menjadi Presdir PT Panorama Tours sejak Januari 2011, terobosan apa yang Anda lakukan?

Sebagai industri kreatif, bisnis pariwisata tergolong sebagai bisnis yang sangat dinamis. Di tengah-tengah perubahan lingkungan di dalam maupun luar perusahaan yang sangat cepat, disertai pengaruh langsung dari regionalisasi dan globalisasi.

Berbagai inovasi begitu dibuat begitu cepat menjadi nampak usang, karena dengan mudah ditiru tanpa malu-malu oleh banyak pesaing yang lebih senang menjadi follower, sehingga perlu terus dilakukan inovasi yang lebih baru. Inilah tantangan yang sungguh menarik, berkejaran dengan waktu dan teknologi, dan di saat yang sama harus terus bertumbuh, baik secara organik maupun anorganik.

Oleh sebab itu, sejumlah terobosan perlu diselenggarakan secara berkesinambungan, termasuk di antaranya pengembangan organisasi dan sumber daya manusia yang merupakan dasar buat melahirkan sejumlah inovasi teknologi dan perbaikan koordinasi kerja.

Bagaimana hasilnya sampai saat ini?

Jika kita mau objektif, pengakuan hasil yang absah bukan datang dari internal, melainkan apabila datang dari pihak luar. Secara kebetulan, di dalam negeri Panorama Tours terpilih meraih penghargaan Rekor Bisnis 2012 untuk kategori Biro Perjalanan Paling Inovatif dalam inovasi pengembangan produk dan layanan. Di luar negeri, Panorama Tours terpilih oleh Malaysia Tourism Award 2010/2011, Special Jury Award sebagai Innovative Foreign Tour Operator.

Panorama sepertinya menerapkan strategi integrated brand (semua lini usaha pakai merek Panorama). Apakah ini menjadi kekuatan utama dalam bersaing dengan kompetitor?

Memang strategi ini sudah menjelma menjadi kekuatan utama bagi Panorama Group, yang berdampak kepada seluruh anak perusahaan di bawahnya, baik bidang tourism, transportation, hospitality and related businesses, termasuk di antaranya Panorama Tours, sebagai differential advantage yang memampukan perusahaan dalam bersaing dengan kompetitor.

Bagaimana sebenarnya persaingan di bisnis travel and leisure?

Secara luas ada beberapa segmen bidang usaha yang tercakup dalam bisnis travel and leisure, di antaranya adalah inbound (wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia), outbound (wisatawan Indonesia yang berkunjung ke mancanegara), domestik (wisatawan Nusantara), MICE (meeting, incentive, convention, and exhibition), dan special interest (minat khusus).

Dengan adanya tidak kurang dari 7.000 biro perjalanan wisata yang terdaftar sebagai anggota ASITA (Association of Indonesian Travel Agencies), 50 perusahaan penerbangan dalam dan luar negeri, ribuan hotel yang tersebar luas seantero Indonesia, dan situs bisnis online yang pesat menjamur, tentu sudah dapat digambarkan bagaimana ketatnya persaingan dalam bisnis ini.

Masyarakat awam tahu kegiatan marketing perusahaan travel and leisure biasanya hanya promosi wisata di hotel atau mal. Apakah cuma sebatas itu?

Kegiatan marketing dalam bentuk promosi wisata di hotel atau mal yang banyak dikenal luas sebagai kegiatan travel fair biasanya merupakan salah satu metode yang dipergunakan biro perjalanan wisata yang mengincar segmen pasar bisnis outbound yang sifatnya memang business to consumers. Maka membutuhkan eksposur karena target segmen pasarnya adalah masyarakat luas yang ingin melakukan perjalanan ke luar negeri. Biasanya juga disertai sejumlah kegiatan advertisement and promotion lainnya yang dapat menjangkau pasar konsumen ini seluas-luasnya, termasuk penggunaan media sosial.

Jika targetnya adalah segmen pasar lainnya, maka sudah pasti dibutuhkan kegiatan marketing yang berbeda pula. Misalnya bisnis inbound yang sifatnya lebih ke arah business to business melalui berbagai kegiatan seperti travel mart, tour catalogue, courtesy call, dan lain-lain.

Seperti kita tahu, Eropa dan AS tengah dilanda krisis. Apakah krisis di Eropa dan AS berdampak pada kinerja bisnis Panorama?

Yang kini terjadi adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara Amerika Utara dan Eropa Barat, disertai perlambatan di Cina dan India, mitra dagang utama mereka—karena permintaan berkurang dan menyebabkan harga menurun. Tapi pada saat yang sama, ternyata sejumlah kawasan lain seperti Asia Pasifik, Amerika Selatan, Afrika, dan Australia, justru yang terjadi kebalikannya, pertumbuhan ekonomi yang pesat atau moderat, bahkan rendah seperti di Jepang.

Di sinilah letak ketangguhan (resilient) dunia pariwisata. Wisatawan mancanegara dari Eropa boleh saja menurun, tapi digantikan oleh pertumbuhan wisatawan dari negara lain, sehingga Indonesia tetap mengalami pertumbuhan wisatawan mancanegara yang positif. Dari sini sudah dapat kita pahami bahwa krisis Amerika Utara dan Eropa Barat tidak berdampak langsung kepada kinerja bisnis Panorama.

Bagaimana dengan turis Nusantara, apakah cukup signifikan menopang krisis di Eropa dan AS?

Adalah benar, pepatah budaya Indonesia yang menyatakan ,“Tidak ada akar, rotan pun berguna”. Sebab dengan adanya 230 juta perjalanan domestik yang terjadi di tahun 2011, tidak lagi dapat dipungkiri bahwa potensi wisatawan Nusantara tidak kurang menariknya untuk digarap.

Tentu harus digunakan pendekatan pemasaran yang berbeda, disesuaikan dengan karakteristik pasar domestik yang berbeda dari segmen lainnya. Saat ini, segmen domestik belum menjadi primadona bagi banyak biro perjalanan wisata, tetapi ke depannya sektor ini yang akan lebih pesat berkembang.

Bagaimana strategi menarik wisatawan lokal?

Perlu diingat, ada empat faktor utama yang mesti ada untuk mengembangkan pariwisata, di samping dua faktor yang memang mutlak—pengembangan destinasi dan objek wisata. Keempat faktor itu adalah: (1) ada waktu untuk berlibur; (2) punya keinginan kuat untuk melakukan perjalanan; (3) mampu membiayai perjalanan; (4) good travel infrastructure (road, airport, public transportation).

Faktor yang pertama, kedua, ketiga telah tersedia ketika perjalanan sudah menjelma menjadi gaya hidup dan pertumbuhan ekonomi tengah membaik. Oleh sebab itu, yang saat ini perlu dikembangkan terus ada dalam wilayah otoritas pemerintah pusat dan pemerintah daerah, yaitu faktor yang keempat.

Bagaimana visi Anda ke depan mengenai bisnis Panorama Tours Indonesia?

Panorama Tours Indonesia terus berupaya untuk memahami dan memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggan melalui penyediaan sejumlah pilihan produk yang bervariasi, sesuai dengan segmen pasarnya. Sebagai contoh, beberapa kategori produk yang sudah disiapkan, misalnya “Tur EZ” buat pelanggan yang mengutamakan value for money; “Exotic” buat pelanggan yang menghendaki kualitas produk dan layanan; kategori tur berstandar bintang empat yang menjadi produk unggulan. Sementara itu, produk pada low season bertajuk “Shocking Offer” senantiasa menawarkan paket promosi menarik dengan harga yang sangat terjangkau.

Sebagai salah satu perintis wisata dari inbound, kehadiran Panorama di industri pariwisata nasional tentu turut memberi warna. Tapi, inovasi-inovasi untuk memenuhi wants dan needs konsumen harus terus dilakukan untuk memperbesar pasar. Kalau Panorama bisa terus mempertahankan posisi dinamis ini, tentu baik juga buat Indonesia dan perkembangan pariwisata Indonesia, karena pariwisata bukan hanya bisnis yang mencakup Nusantara, tapi global.

Siapa tokoh yang menjadi panutan Anda dalam mengelola perusahaan?

Pendiri Panorama Group, Adhi Tirtawisata, sampai sekarang di usia yang sudah 80 tahun masih hadir di kantor setiap hari. Sosoknya sudah menjadi ikon buat Panoramanian—sebutan untuk seluruh insan yang berkarya di Panorama. Hampir tiap hari kami bisa berkomunikasi dengan beliau, kecuali jika beliau melakukan perjalanan, dia lebih sering melakukan perjalanan dibandingkan kita-kita.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.