Invasi Budaya Negeri Jiran

Produk asal Malaysia makin getol menggarap pasar Indonesia. Di bidang animasi, Malaysia punya “Upin & Ipin” yang digemari anak-anak Indonesia. Kini, si kembar plontos itu pun merambah pasta gigi.

Kita beberapa kali dibuat kesal oleh negara tetangga yang satu ini. Beberapa kali Malaysia mengklaim budaya yang sebenarnya milik Indonesia. Yang sempat ramai diperbincangkan di media antara lain klaim Malaysia atas batik, reog Ponorogo, lagu Rasa Sayange, tari Pendet, dan keris.

Kita boleh saja geregetan pada Malaysia, namun ada satu hal yang patut ditiru dari mereka, yakni gairah merawat warisan budaya. Malaysia rupanya sadar di era globalisasi, kebudayaan bisa menjadi senjata bersaing dengan bangsa lain. Bukan itu saja, budaya juga bisa dikomersialkan sehingga mendatangkan keuntungan finansial bagi negara.

Salah satu medium untuk mentransfer kebudayaan adalah film. Film menjadi sarana yang efektif untuk mempromosikan nilai-nilai budaya suatu bangsa kepada bangsa lain. Dikatakan efektif karena film bersifat menghibur, sehingga muatan nilai-nilai dalam film mudah masuk ke alam bawah sadar. Ketika sedang menonton film Hollywood atau drama Korea, sesungguhnya kita tanpa sadar sedang menyerap nilai-nilai budaya bangsa Amerika dan Korea.

Begitupun yang terjadi pada film animasi Upin&Ipin. Film ini mewakili slogan Malaysia “Truly Asia,” lewat karakter Upin&Ipin yang mewakili bangsa Melayu, Jarjit yang mewakili keturunan India, dan Mei Mei mewakili keturunan Tionghoa. Film Upin&Ipin ditayangkan setiap hari di MNC TV.

Film Upin&Ipin diproduksi oleh Les’ Copaque Productions Sdn. Bhd, Malaysia. Film ini pertama dirilis tahun 2007. Les’ Copaque didirikan oleh Mohd Nizam bin Abd Razak, Mohd Safwan Abdul Karim, dan Usamah Zaid. Ketiganya lulusan dari Fakultas Multimedia Universitas Malaysia.

Nizam meyakini, kebudayaan Malaysia dengan latar belakang kampung sederhana bisa diterima pasar internasional. Seperti kartun animasi Doraemon asal Jepang yang sukses di pasar internasional meski hanya berlatar budaya lokal Jepang, bukan budaya internasional. Selain di Indonesia, film ini juga ditayangkan di Turki melalui Hilal TV.

Upin&Ipin sangat aman ditonton oleh anak-anak karena menyuguhkan nilai-nilai positif seperti kebersamaan, persahabatan, dan menghormati orang tua. Menonton Upin&Ipin kita seperti menonton produksi film Indonesia. Ini bukan perkara kita serumpun dengan Malaysia, tapi produsernya memiliki kepekaan untuk menampilkan karya animasi yang dekat dengan keseharian masyarakat Indonesia.

Produser Upin&Ipin juga cerdik membangun kedekatan dengan pemirsa di Indonesia. Dalam beberapa episode kerap ditampilkan karakter Susanti yang dikisahkan berasal dari Indonesia. Selain itu, Les’ Copaque juga memilih lagu Sahabat Selamanya yang dinyanyikan Fadly sebagai original soundtrack serial Upin&Ipin.

Terkadang produsernya juga menyelipkan pesan nasionalisme ekonomi melalui tampilan visual produk-produk Malaysia, serta ajakan mencintai dan membeli produk-produk Malaysia karena kualitasnya. Bandingkan dengan Indonesia yang masih memilih cara sloganistik untuk mencintai produk Indonesia dengan menampilkan tokoh politik.

Cerita yang sederhana, membumi, tampilan animasi yang nyaris sempurna, dan karakter para tokoh yang sesuai dengan dunia anak-anak membuat film ini digemari anak-anak Indonesia. Tidak heran jika film ini berhasil mendongkrak karakter Upin&Ipin. Entah mendapat izin dari Les’ Copaque, beberapa produk yang beredar di pasaran ditempeli dengan karakter Upin&Ipin, seperti kaus, sandal, gelas, dan tas anak-anak. VCD bajakan Upin&Ipin juga banyak dijual di pasar-pasar tradisional.

Rambah Pasta Gigi

EndyKepopuleran Upin&Ipin pula yang membuat PT Mega Pharmaniaga berani memboyong pasta gigi merek Upin&Ipin ke pasar Indonesia. Pasta gigi Upin&Ipin ditujukan untuk anak-anak. Peluncurannya berlangsung sederhana di Carrefour, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

Berdasarkan rilis yang kami terima, pasta gigi Upin&Ipin memiliki tujuh keistimewaan, yakni 100% berbahan alami, tidak mengandung bahan hewani, tanpa fluoride, bebas alkohol, halal, mengandung xylitol, dan bebas dari zat berbahaya.

Endy Wihartono, Head of Sales Marketing PT Mega Pharmaniaga, yang diwawancarai usai peluncuran mengatakan, ada tiga alasan selain faktor awareness Upin&Ipin yang membuat dia optimistis terhadap produk tersebut. Ketiganya adalah penduduk Indonesia yang mayoritas muslim, produk alami, dan tanpa fluoride.

“Hampir semua pasta gigi ada fluoride-nya. Fluoride jika dikonsumsi dalam jangka panjang bahaya, ancaman paling ringan gigi menjadi keropos dan merusak email gigi,” jelasnya. Untuk menggantikan fluoride pihaknya menggunakan xylitol. Xylitol merupakan zat karbohidrat yang sedikit tersedia pada buah sayuran. Jumlahnya yang sedikit membuat xylitol dijuluki sebagai “gula langka”.

Menyinggung kehalalan produk tidak melulu terkait dengan komunitas muslim, namun untuk semua komunitas. Halal juga katanya menyangkut hal-hal yang tidak membahayakan kesehatan tubuh. Karena itu pasta gigi Upin&Ipin bebas alkohol dan tidak mengandung gliserin yang diekstrak dari minyak hewan—tapi dari kelapa sawit. “Kami sudah melakukan survei pasar dan hasilnya 40%–50% responden aware dan ingin adanya pasta gigi yang aman di pasaran, terutama untuk anak-anak,” katanya.

Pasta gigi ini menyasar segmen anak-anak, mulai saat tumbuh gigi pertama hingga usia 12 tahun. Dengan harga Rp11.000 untuk ukuran 50 gram, pasta gigi ini cukup nyaman untuk kantong segmen menengah. Pada tahap awal Upin&Ipin baru tersedia di jaringan Carrefour di seluruh Indonesia.

Sebagai pemain baru pihaknya tidak ingin jor-joran beriklan. Apalagi yang bakal dihadapi merek besar yang sudah lama menancapkan kukunya di Indonesia. Untuk memperkenalkan pasta gigi ini pihaknya tengah menyusun rencana melakukan aktivasi merek di sekolah-sekolah dengan target para orang tua dan anak-anak. “Target market share kami sekitar 10%–15%,” ungkapnya.

Masuknya Upin&Ipin menambah daftar produk Malaysia yang merambah pasar Indonesia. Seperti diketahui, perusahaan Malaysia masuk ke Indonesia lewat sektor perbankan (CIMB Group, Maybank), penerbangan murah (AirAsia), dan telekomunikasi seluler (Axiata).

Foto: Istimewa

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.