Jakarta, Peluang di Tengah Kemacetan

www.marketing.co.id – Cerita Menteri BUMN Dahlan Iskan yang marah di pintu tol membuat buzz di dalam media sosial yang cepat. Sang menteri yang turun dari mobil, membuang kursi kosong, dan mempersilakan banyak mobil melintas secara gratis, menjadi cerita yang kurang dari 24 jam, dibaca jutaan masyarakat Indonesia.

Cerita ini menarik dan terasa heroik karena memang relevan terhadap situasi yang dihadapi oleh ratusan ribu orang Jakarta setiap hari. Kejengkelan terhadap kemacetan sudah mencapai klimaks. Bagi setiap calon gubernur DKI, topik ini harus menjadi salah satu janji mereka. Mereka sadar, di saat kampanye nanti, kemacetan pasti menjadi topik yang akan banyak dibahas. Sementara masalah banjir tidak akan banyak muncul. Maklum, pilkada DKI akan jatuh di bulan Juli, atau saat musim kemarau. Mengurai kemacetan di Jakarta adalah sebuah mimpi yang diinginkan oleh warga kelas atas Jakarta.

Sudah banyak kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh kemacetan. Semua kerugian dalam bentuk moneter ini telah dihitung dan dipresentasikan oleh para ekonom. Salah satu kerugian, pastilah penurunan produktivitas rakyat Jakarta. Kerugian lain yang besar adalah kualitas hidup yang menurun. Masyarakat Jakarta menjadi mudah stres. Inilah yang merupakan sumber dari munculnya banyak penyakit. Tidak mengherankan, masalah kesehatan menjadi masalah utama keluarga. Akibatnya pula, tingkat pengeluaran masyarakat Jakarta untuk biaya pengobatan per kapita jauh lebih tinggi dibanding dengan kota-kota lain di Indonesia.

Jakarta adalah pengguna Blackberry terbesar di dunia. Demikian juga, Jakarta adalah kota yang memiliki jumlah pengguna Facebook terbesar di dunia, dan juga salah satu yang terbanyak pengguna Twitternya. Untuk sepeda motor, Jakarta adalah termasuk tiga kota di dunia yang memiliki jumlah sepeda motor terbanyak di dunia. Banyaknya penggunaan BBM juga tidak bisa dipisahkan dari kemacetan. Saat macet, yang paling banyak dilakukan oleh mereka yang berada di dalam mobil, selain tidur, mendengarkan radio, atau menelepon, adalah menggunakan BlackBerry Messenger (BBM).

Ekonomi Jakarta

Pada tahun 2011, perekonomian provinsi DKI Jakarta cukup baik, yaitu tumbuh sekitar 6,7%. Angka ini, berarti, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nasional yang mencapai 6,5 %. Tidak semua sektor mengalami pertumbuhan yang sama tentunya. Misalnya, industri pengolahan di Jakarta, hanya tumbuh 2,4 %, jauh lebih kecil daripada daerah lain, seperti Sumatera dan Kalimantan, yang tumbuh di atas 6%.

Kontribusi DKI Jakar ta terhadap ekonomi nasional bervariasi untuk setiap sektornya. Untuk masalah keuangan dan jasa perusahaan, kontribusi Jakarta adalah 50,6% di tahun 2011. Untuk sektor perdagangan dan industri hospitality, kontribusi Jakarta adalah sebesar 20%. Secara umum, untuk industri jasa, Jakarta menyerap sekitar 25% terhadap total industri jasa nasional. Jakarta memang selayaknya menjadi service city. Pabrik pengolahan harus lebih cepat direlokasi keluar dari Jakarta. Nilai propertinya sudah tidak masuk bila digunakan sebagai nilai tambah untuk industri pengolahan.

Pendapatan per kapita penduduk Jakarta masih tiga kali lipat dari rata-rata nasional. Pada akhir tahun 2011, pendapatan per kapita nasional adalah US$ 3.543, dan untuk Jakarta sudah mencapai US$ 11.616. Ini menunjukkan bahwa Jakarta memang memiliki kekuatan ekonomi yang besar. Tapi perlu dicatat, kekuatan ekonomi Jakarta cenderung menurun di masa mendatang. Sebagian bergeser ke Jawa Barat, Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

Pada akhir tahun 2011, simpanan dana pihak ketiga secara nasional 2,830 triliun, atau naik sekitar 19,3% dibandingkan nilai di tahun 2010. Untuk provinsi DKI, jumlah simpanan pihak ketiga adalah 1,320 triliun, atau sekitar 46% dari angka nasional. Yang perlu diperhatikan, angka dana pihak ketiga ini ternyata bertumbuh sekitar 10% saja dibandingkan tahun sebelumnya. Artinya, jumlah penambahan dana dari mereka yang tinggal di Jakarta mengalami penurunan. Ini bisa terjadi karena sebagian memindahkan dananya keluar Jakarta, atau ekspansi bisnis di luar Jakarta lebih diprioritaskan.

Peluang Bisnis di Tengah Kemacetan

Jasa memang seharusnya sektor yang mesti dipacu oleh pemda. Selain itu, pengusaha juga perlu mengubah proses penciptaan nilai tambah untuk semakin bergeser ke bidang jasa. Nilai tambah jasa jauh lebih menjanjikan karena memiliki tingkat profitabilitas yang lebih baik.

Selama dua tahun terakhir ini, Jakarta semakin menunjukkan diri sebagai kota yang menawarkan banyak gaya hidup. Puluhan konser besar yang mendatangkan musisi kelas dunia telah memberikan warna kehidupan yang semakin meriah. Konser-konser dengan harga jutaan rupiah mampu menyedot ribuan atau bahkan puluhan ribu penonton. Ini hanya contoh salah satu sektor jasa yang menjanjikan di masa mendatang untuk para pengusaha di Jakarta.

Sehubungan dengan kemajuan sektor jasa dan kemacetan, pelaku bisnis perlu untuk meredefinisikan strategi mereka. Pada kesempatan di kolom ini, saya ingin fokus kepada masalah yang berhubungan dengan strategi distribusi. Strategi yang sangat berhubungan dengan jasa dan kemacetan di Jakarta.

Pertama, strategi go retail. Ini adalah sektor jasa yang terbukti menjanjikan di Jakarta. Pengusaha properti juga sangat menikmati booming di bidang ritel ini melalui berbagai proyek pembangunan pusat perbelanjaan atau pembangunan ruko-ruko di seluruh Jakarta. Bagi produsen dan distributor, go retail adalah salah satu upaya untuk lebih dekat dengan pelanggan dan sekaligus menyebarkan produkproduk mereka untuk dapat ter-delivery dengan baik. Kemacetan membuat banyak konsumen semakin lebih memilih tempat belanja yang dekat dengan rumah mereka. Alfamart, Indomaret, 7Eleven, Lawson, Ace Hardware, dan berbagai ritel lainnya seperti industri telekomunikasi, telah menunjukkan pertumbuhan yang cepat. Untuk tiga tahun mendatang, go retail tetap masih menjanjikan peluang yang besar. Konsep bisnis yang memang pas untuk penduduk Jakarta.

Kedua, semua bisnis yang berhubungan dengan inbound logistic maupun outbound logistic juga sangat menjanjikan. Ini adalah proses bisnis yang sebagian besar berbentuk jasa dan sekaligus menjawab kemacetan di Jakarta. Untuk para developer, konsep pergudangan menjadi bisnis yang menarik bagi banyak perusahaan yang harus mendistribusikan barangnya lebih cepat. Mereka membutuhkan sistem logistik seperti sistem dan software yang baik dan lebih cepat. Perusahaan juga akan cenderung melakukan outsourcing untuk masalah pengangkutan. Bagi para pengusaha restoran atau ritel pada umumnya, jasa delivery order akan menjadi nilai tambah yang menjanjikan, karena menambah penjualan dan meningkatkan profitabilitas.

Ketiga, proses digitalisasi akan semakin cepat di Jakarta. Konsumen Jakarta akan merespons teknologi digital jauh lebih cepat dibandingkan konsumen di daerah-daerah lainnya. Perusahaan-perusahaan di Jakarta harus segera memikirkan untuk membangun infrastruktur digital. Web ordering atau online business akan memasuki era pertumbuhan yang cepat di Jakarta ini. Sekali lagi, kemacetan yang semakin hebat di Jakarta membuat jutaan penduduk Jakarta cepat beralih ke pembelian lewat internet. Bagi para pelaku bisnis, semua yang berhubungan dengan digital akan menjadi bisnis yang menjanjikan. Sebuah bisnis jasa yang jelas akan memberikan nilai tambah yang cepat dimengerti oleh pelaku bisnis lainnya.

Kemacetan akan menjadi menu sehari-hari masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Sebuah masalah besar yang sulit dicari solusinya, kecuali bila wilayah ini dipimpin oleh mereka yang visioner. Pemimpin yang berani walau banyak pihak  tidak setuju dengan tindakannya. Bagi kita para pelaku bisnis, sambil menunggu datangnya pemimpin idaman, kita perlu mengisi semua permasalahan ini menjadi solusi. Ini adalah mindset yang penting bagi pengusaha untuk dapat melihat peluang di tengah-tengah adanya masalah.(Handi Irawan D.)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.