Kamu Dipecat…!

www.marketing.co.id – Kalimat tersebut mungkin paling ditakuti kebanyakan karyawan. Tetapi sebagai pimpinan, betapa buruknya pun seorang karyawan, sebaiknya kita tidak buru-buru mengucapkan kalimat “sakti” tersebut, karena memecat seseorang bukanlah perkara mudah. Dengan memecat seseorang, kita juga turut bertanggung jawab atas segala macam konsekuensi yang mungkin terjadi pada orang yang dipecat, pada pekerjaan yang ditinggalkannya, dan juga pada perusahaan sendiri.

Memang terkadang cara termudah untuk melepaskan beban perusahaan adalah dengan “merumahkan” satu atau beberapa orang karyawan. Tetapi, coba pikirkan kembali, apakah itu murni kesalahan si karyawan, atau mungkin itu adalah kesalahan Anda sendiri? Lagi pula, mengapa Anda bisa menerima karyawan tersebut pada mulanya? Jika Anda tahu performa karyawan tersebut buruk, mengapa Anda merekrutnya? Mungkin Anda sendiri yang belum jeli dalam menilai seseorang, atau mungkin bagian rekrutmen di perusahaan Anda yang perlu dibenahi?

Memisahkan berlian dari tumpukan pasir memang tidak mudah. Perlu seorang pemimpin yang sangat berpengalaman untuk dapat melihat mana berlian dan mana pasir. Karyawan yang ingin Anda pecat itu bisa jadi adalah berlian yang belum terasah, atau mungkin dia memang hanya pasir yang tak berguna. Bagaimana membedakan berlian dengan pasir? Beberapa tips berikut mungkin bisa membantu Anda.

Benahi Gerbang Terdepan

Perusahaan yang hebat tentu tak lepas dari performa para pemimpin juga karyawannya. Karyawan dan pemimpin yang hebat bisa didapat jika perusahaan jeli dalam melihat bakat dan potensi dalam diri setiap orang yang melamar ke perusahaan tersebut.

Perekrutan sering kali terlewatkan oleh perusahaan, padahal proses ini adalah gerbang depan perusahaan. Jika proses perekrutan buruk, bukannya tak mungkin perusahaan akan mendapatkan orang-orang buruk juga. Pastikan departemen HRD dan bagian perekrutan Anda terdiri dari orang-orang yang benar-benar dipilih secara selektif, serta memiliki sense of belonging dan loyalitas yang tinggi pada perusahaan.

Kebanggaan atau Keangkuhan

Tak peduli seberapa pun hebatnya seorang lulusan baru, kebanyakan dari mereka minim pengalaman dan sering kali berbuat kesalahan dalam bekerja. Lebih mengkhawatirkan lagi adalah mereka yang “tidak sadar” bahwa pengalaman mereka sebenarnya masih di bawah rata-rata, tetapi tetap keras kepala dan merasa yakin bahwa mereka lebih baik daripada yang lain.

Kebanggaan dan keangkuhan sangatlah berbeda, walaupun terkadang terlihat sangat mirip di luarnya. Orang yang mempunyai kebanggaan adalah mereka yang menjaga harga dirinya tetapi mau belajar dari orang lain, dan tetap bersikap terbuka terhadap masukan dari orang lain. Orang yang angkuh adalah orang yang harga dirinya lebih tinggi daripada kemauan belajarnya. Jangan buru-buru memecat orang yang bangga akan dirinya walaupun mereka belum memberikan kinerja yang baik.

Orang Salah di Tempat Salah

Tak semua orang cocok di semua bagian. Itu sebabnya banyak konflik antara orang marketing, sales, dan keuangan. Jika Anda mempunyai karyawan yang performanya buruk, coba pindahkan ke bagian lain untuk dijajal kemampuannya. Setiap bagian memerlukan persyaratan keahlian dan karakter yang berbeda dari setiap orang.

Setiap perusahaan juga mempunyai budaya sendiri-sendiri. Seorang karyawan yang tidak mampu beradaptasi dengan budaya tersebut pastilah akan terhambat performa kerjanya. Coba tempatkan seseorang di tempat yang paling sesuai dengan karakter dan kemampuannya.

Teori Ayah dan Anak

Istilah “like father like son” sering kali terbukti benar. Tak hanya dalam keluarga, dalam karier dan perusahaan pun demikian. Karyawan yang buruk sering kali merupakan cerminan dari pemimpin yang juga buruk. Jika Anda mempunyai karyawan buruk, mungkin Anda sebagai pemimpin juga harus turut bercermin atau meneliti diri sendiri.

Apa mungkin si pemimpin terlalu “menekan” bawahan, atau malah terlalu “longgar” terhadap bawahan? Semua orang bisa menduduki jabatan pemimpin, tetapi tidak setiap orang bisa memimpin. Sering kali untuk bisa membenahi sekelompok karyawan yang berkinerja buruk, kita perlu membenahi dulu pemimpinnya.

Tidak ada Penghargaan

Orang bekerja untuk meraih banyak hal, tetapi dua hal yang paling utama hanyalah uang dan penghargaan untuk pengakuan diri. Jika diri seseorang tidak diakui dan tidak dihargai kerja kerasnya, secara perlahan tapi pasti, performa kerjanya akan menurun. Karyawan yang performanya kurang atau buruk sering kali adalah mereka yang merasa bahwa kerja keras dan prestasinya tak pernah dilihat atau dihargai.

Banyak karyawan tidak akan berterus terang kepada Anda bahwa hal yang mereka lihat dalam suatu perusahaan adalah jumlah gaji yang didapat, dan seberapa tinggi mereka bisa mengembangkan diri agar diakui keberadaannya. Tetapi, kenyataannya hanya itulah yang terutama dicari setiap karyawan.

Salah Asuhan

Judul buku tersebut mungkin sering kita dengar sewaktu sekolah. Secara tak sadar judul itu juga berperan dalam dunia kerja. Karyawan yang kinerjanya buruk sering kali disebabkan karena minimnya program training yang disediakan perusahaan. Jika perusahaan tidak pernah mengembangkan kemampuan para karyawan dan hanya ingin “memeras” tenaganya saja, sering kali kinerja karyawan tidak akan berkembang.

Lebih parah lagi, apabila pelatihan atau “asuhan” perusahaan ternyata mengajarkan hal-hal yang negatif kepada para karyawan. Tak jarang training malah menjadi ajang gosip dan arisan yang hanya menimbulkan efek negatif pada karyawan. Jangan biarkan setiap pertemuan malah menjadi ajang perdebatan yang tak kunjung berakhir, hanya untuk saling menyalahkan dan mencari kambing hitam atas suatu masalah.

Kebodohan Bukanlah Kejahatan

Selain untuk meraup profit setinggi mungkin, suatu perusahaan juga mempunyai kewajiban untuk mengembangkan setiap karyawannya. Perusahaan wajib meningkatkan kualitas dan loyalitas setiap karyawan, dengan membuat yang bodoh menjadi pintar, yang tidak ahli menjadi ahli, membantu orang menggali bakat terbaiknya, serta membantu orang untuk mencapai sukses dalam karier. Hanya dengan cara itulah perusahaan bisa berkembang.

Di lain pihak, Anda jangan menyamakan karyawan yang “bodoh” dengan yang “jahat”. Bukanlah tugas perusahaan untuk membuat seorang karyawan menjadi “baik”. Karyawan yang “jahat” tidak mendapat tempat di perusahaan mana pun. Kejahatan yang dimaksud di sini adalah pencurian, sabotase, manipulasi, dan segala tindak kejahatan lainnya. Jika Anda mendapat karyawan yang jahat, Anda harus mengirimnya ke sekolah atau penjara karena tugas merekalah untuk mendidik orang agar bisa menjadi baik.

Sering kali kesalahan bukan sepenuhnya ada pada karyawan, tetapi juga pada pemimpinnya. Tidak semua karyawan yang berkinerja buruk harus dipecat.

“Jangan sampai Anda membuang berlian yang belum terasah.” (Ivan Mulyadi-Dari Berbagai Sumber)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.