Kepemimpinan Masa Depan

Marketing.co.id – Pada Januari 1993, RSA (Royal Society for the Encouragement of the Arts, Manufacturers and Commerce) melibatkan para senior eksekutif dari 25 top bisnis di Inggris di bawah pimpinan Sir Anthony Cleaver, Ketua IBM Inggris, mengembangkan sebuah proyek penelitian tentang “Perusahaan Masa Depan”.

Tujuan utama penelitian ini adalah merangsang kinerja kompetitif yang lebih besar dengan mendorong para pemimpin bisnis dan para pengambil keputusan untuk memeriksa kembali sumber kesuksesan bisnis mereka yang berkelanjutan di masa depan.

Setelah melalui tahap studi yang berkepanjangan, penelitian secara mendetail dan wawancara tatap muka, serta diskusi langsung dengan lebih dari 8.000 pemimpin bisnis dan pembentuk opini, laporan RSA pun diterbitkan pada tahun 1995. Penelitian ini memang dilakukan di Inggris, tapi banyak pengamat berkeyakinan bahwa hasil ini juga berlaku di negara-negara lainnya. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa:

Beberapa hambatan yang mencegah perusahaan tumbuh menjadi perusahaan global, antara lain:

  • Sikap berpuas diri dari para pemimpin dan sebagian besar anggota tim;
  • Ketidakpedulian atas standar dan selera pasar atau kosumen;
  • Terpaku pada laporan finansial dalam pengukuran kinerja.

Penelitian itu tentu saja mencengangkan sebagian besar perusahaan yang selama ini selalu menggunakan ukuran-ukuran finansial dalam mengukur keberhasilan mereka. Justru perusahaan-perusahaan yang berfokus pada pengembangan sumber daya manusia dan penciptaan budaya unggul lah yang akan menguasai persaingan di masa mendatang.

Setelah penelitian ini dipublikasikan, banyak organisasi mulai bergerak menciptakan kemitraan, hubungan yang lebih setara, kerja sama, nilai-nilai kebersamaan dengan seluruh tim kerjanya, bahkan tidak jarang tujuan organisasi pun didiskusikan dan ditentukan bersama. Para pemimpin yang sebelumnya lebih sering menyampaikan perintah dan komunikasi satu arah, kini mulai membangun hubungan kolaboratif dengan anak buah mereka.

Kondisi semacam inilah yang menciptakan banyak peluang tak terduga bagi perusahaan. Anggota tim yang di-wongke (baca: di-orang-kan) meningkat harkat dan citra dirinya.

Mereka mulai berani mengutarakan pendapat serta memberikan ide-ide, komitmen meningkat drastis, masalah kecil maupun besar sering dipecahkan oleh tim yang sangat termotivasi, peluang-peluang usaha terus membesar berkat dukungan semua anggota tim. Hal ini melahirkan sebuah revolusi dalam paradigma kepemimpinan yang efektif.

Leader Vs Manager

Sayangnya, beberapa orang yang memegang jabatan strategis di posisi struktural dalam banyak perusahaan saat ini belumlah bisa dikatakan sebagai “pemimpin yang efektif”. Mereka bisa saja menduduki posisi direktur, general manager, senior manager, dan lain sebagainya.

Tetapi, itu semua hanyalah jabatan. Sesungguhnya beberapa dari mereka belumlah benar-benar bisa “memimpin”. Di sisi lain, terdapat beberapa orang di dalam perusahaan memiliki peran kepemimpinan yang kuat walaupun mereka belum tentu menduduki jabatan strategis.

Kepemimpinan yang efektif dihormati karena tindakannya, bukan karena posisi ataupun jabatannya. Seorang pemimpin yang efektif tidak reaktif dan pasif, tetapi mengambil inisiatif dan menghasilkan tindakan nyata. Seorang pemimpin yang efektif tidak memerintahkan, “Hal ini yang harus dilakukan!”, tapi memastikan segala sesuatu terlaksana sebagaimana mestinya.

Seorang pemimpin yang efektif adalah orang yang biasa melakukan pendekatan “hati-ke-hati”. Pemimpin yang efektif selalu membangun hubungan, dan keberadaannya sangat dirasakan oleh semua anggota tim, terlebih bagi organisasi mereka.

Kebanyakan bisnis masih dikelola oleh sekelompok manajer, bukan “leader”. Organisasi yang besar adalah organisasi yang mayoritas pengelolanya adalah pemimpin yang efektif. Seorang manajer belum tentu seorang pemimpin. Oleh karena itu, penting sekali bagi seorang manajer untuk belajar menjadi pemimpin dengan mengembangkan keterampilan kepemimpinan yang efektif.

Definisi Leader dan Manager

Definisi dasar seorang pemimpin adalah “seseorang yang memiliki pengikut”. Pemimpin mendapatkan kekuatan pribadi atau karisma melalui kredibilitas. Pemimpin memiliki visi dan mengomunikasikan keyakinan mereka (misi, tujuan, dan nilai-nilai) kepada anggota tim yang mengikuti karena mereka “ingin” mengikuti, bukan karena mereka “harus” mengikuti. Memiliki integritas, kualitas, dan karakter inilah yang menarik serta memikat banyak orang di sekeliling untuk mendukung dan menciptakan loyalitas, sehingga seorang pemimpin yang efektif mendapatkan otoritas dari lingkungannya.

Seorang manajer adalah seseorang yang memiliki kekuasaan posisional dalam sebuah organisasi, dan telah direkrut atau dipromosikan karena kompetensi bisnis yang sudah terbukti atau keterampilan akademik. Orang-orang yang bekerja untuk seorang manajer biasanya melakukan tugas karena mereka diwajibkan, bukan karena mereka ingin melakukan tugas tersebut.

Kepemimpinan adalah “Peran” dan Manajemen adalah “Pekerjaan”

Sebagai anggota tim, mana yang lebih Anda sukai, “dikelola” atau “dipimpin”? Sebagian besar orang akan menjawab lebih suka dipimpin. Begitu juga dengan bawahan kita. Mengapa demikian? Karena kata “mengelola” mengandung makna mengendalikan, menangani, atau bahkan memanipulasi, sedangkan kata “memimpin” mengandung makna membimbing, memengaruhi atau menghimbau. Untuk benda atau barang tak bernyawa (sistem, proses, teknologi, sumber daya lainnya) sangat tepat untuk dikelola, akan tetapi bagi manusia jauh lebih efektif jika dipimpin.

Kunci untuk memimpin orang lain adalah memimpin diri sendiri. Setelah Anda menguasai hal ini, Anda akan menjadi jauh lebih efektif dalam berhubungan dan memimpin orang lain.

Selamat mencoba, karena hasil akhir yang berkualitas dimulai dengan implementasi yang berkualitas (QI). Semoga bermanfaat.

Kevin Wu
Managing Director
COREACTION Result Consulting

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.