Keseimbangan Konten di Media Sosial

Media sosial sekarang tak lagi hanya merupakan tempat untuk saling terhubung. Ini juga adalah tempat bermain bagi produk, merek, dan berita. Semakin banyak perusahaan menggunakan media sosial, berharap bisa membentuk persepsi dan meningkatkan awareness tentang merek atau perusahaan mereka.

konten di media sosial

Berbagai perusahaan dan merek telah lama concern untuk berinteraksi secara lebih dalam dengan segmen pasarnya. Mereka berusaha memanfaatkan berbagai teknologi dan media sosial dengan berbagai format, bahasa, dan lingkungan. Semua ini bertujuan menawarkan konten dan konteks promo merek seotentik mungkin, dengan cakupan seluas mungkin, dan tempo secepat mungkin.konten di media sosial

Dari survei yang dilakukan Deloitte, Media Consumer Survey 2016, lebih dari setengah responden yang ikut serta menyatakan bahwa persepsi mereka akan merek-merek tertentu memang meningkat, dan berbagai sentimen positif pun bisa didapatkan merek tersebut. Survei dilakukan terhadap responden yang berada di Australia dan Amerika.

Berbagai strategi dilakukan perusahaan, seperti kampanye promosi, kompetisi foto, lomba iklan-iklan fan-made. Semua ini diharapkan bisa melibatkan konsumen secara maksimal sambil menyebarkan pesan merek mereka dan membangun komunitas sosial yang hidup dan sehat.

Tetapi, begitu banyaknya volume konten yang didedikasikan untuk konsumen oleh produk-produk atau merek juga bisa bertabrakan dengan preferensi atau experience konsumen secara personal dalam berselancar di media sosial. Harus ada keseimbangan yang baik supaya keduanya bisa eksis dalam waktu bersamaan.

konten di media sosialKeseimbangan itulah yang sulit tercapai. Facebook misalnya, sudah melaporkan dalam beberapa tahun terakhir ini, volume dari konten yang diciptakan oleh pemakai (user-generated-content) telah menurun. Hal tersebut karena pemakai Facebook semakin jarang mem-posting segala informasi yang sifatnya preferensi secara personal, atau posting yang memang murni berasal dari pemakai itu sendiri.

Semakin jarangnya konten personal dari para pemakai digantikan dengan semakin banyaknya posting konten bersifat nonpersonal dari berbagai pihak yang dianggap mempunyai kepentingan tertentu. Terlalu banyak konten yang sifatnya hanya share dari konten sumber lain. Ini bisa membuat para pemakai merasa semakin kurang terhubung atau semakin kurang nyaman dalam hal experience untuk terhubung dengan berbagai komunitas di media sosial mereka.

Seiring berkurangnya kontribusi personal, semakin turun pula engagement yang ada. Jika ini terjadi, yang rugi adalah merek dan produk juga yang sama-sama akan mengalami penurunan kualitas dan kuantitas engagement konsumen.

Jika perusahaan, merek, dan berbagai provider bisa bekerja sama untuk saling menjaga keseimbangan konten dengan baik, pasti akan ada insentif tersendiri yang bisa didapat oleh merek atau perusahaan.

konten di media sosial

Lagi pula cukup banyak persentase responden survei yang menyatakan bahwa media sosial bisa membantu mereka jadi aware akan produk atau layanan tertentu, dan setuju bahwa semua ini secara positif bisa membantu mereka menentukan pilihan atau membuat keputusan untuk membeli produk yang dipromosikan perusahaan. Lebih dari setengah responden yang disurvei setuju bahwa penggunaan situs media sosial oleh perusahaan mampu meningkatkan persepsi dari perusahaan atau merek.

Sebagai konsekuensinya, para pebisnis, merek, dan provider harus bisa bekerja sama untuk meningkatkan experience dalam social engagement. Facebook misalnya, dalam tahun kemarin sudah meluncurkan teknologi chatbots dalam aplikasi messenger mereka. Layanan ini memberikan customer support yang otomatis, membantu memperlancar usaha e-commerce, serta secara interaktif menyeimbangkan konten melalui teknologi chatbots yang menganut artificial intelligence.

Pendekatan seperti ini bisa memberi peluang bisnis menarik bagi merek-merek untuk bisa terlibat secara benar dalam berbagai percakapan di media sosial. Ini tentunya memerlukan kerja sama juga dari perusahaan untuk bisa menyediakan konten yang relevan bagi segmen pasarnya, sekaligus menjaga keseimbangan interaksi sosial yang terjadi di media sosial. Penting bagi para pemilik merek dan pengiklan untuk memahami peran sosial yang sedang mereka mainkan dan segmen pelanggan mana yang relevan bagi mereka.

konten di media sosial

Media sosial sudah menjadi sumber informasi, komunikasi, sekaligus hiburan bagi kita. Responden survei menyatakan mereka menghabiskan rata-rata 20% hingga 25% waktu mereka berinteraksi di media sosial setiap harinya. Lalu, apa yang mereka lakukan dalam belantara media sosial tersebut? Entah mereka menciptakan atau menemukan konten tentunya. Mereka juga memberikan komentar, meneruskan konten, atau berinteraksi melalui chat. Mereka pun mengunggah foto atau video melalui situs photo-sharing atau video-sharing. Banyak pula yang memberikan review di aktivitas berkaitan dengan e-commerce atau blogging.

Primadona berikutnya setelah foto adalah video. Facebook telah menjadi situs berbagi video kedua terbesar setelah YouTube. Investasi yang dilakukan Facebook tak hanya untuk stand-alone video hub, tapi juga untuk keperluan live streaming serta model revenue sharing untuk konten para profesional. Ini semua untuk meningkatkan waktu menonton, serta meningkatkan kuantitas maupun kualitas stok video yang ada.

Tentu ada berbagai alasan orang menggunakan media sosial, baik untuk sekadar berhubungan dengan jaringan sosial mereka, sampai untuk urusan hiburan. Perusahaan atau merek harus menjaga keseimbangan antara segala konten dan interaksi yang terjadi. Ini penting agar experience murni kenikmatan menggunakan media sosial jangan sampai terganggu oleh konten-konten yang belum tentu relevan bagi kebanyakan orang.

Lagi pula jika semakin banyak konsumen hengkang dari berbagai media sosial, pihak-pihak yang dirugikan selain provider, justru merek atau perusahaan itu sendiri. Karena mereka kehilangan peluang begitu besar dalam menjangkau cakupan konsumen yang luas dalam suatu platform yang cepat, mudah, dan praktis. Jadi, penting untuk menjaga balance kepentingan dari berbagai pihak.

Ivan Mulyadi
Sumber: Deloitte Media Consumer Survey 2016

MM.04.2017/W

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.