Konferensi Indonesia Bergizi 2015: Meningkatkan Gizi Anak dan Remaja

Konferensi Indonesia Bergizi 2015Beberapa waktu lalu, Japfa Foundation bersama Konsorsium Indonesia Bergizi menggelar Konferensi Indonesia Bergizi 2015; Perbaikan Gizi Anak Remaja Melalui Sinergi Kemitraan di Hotel Harris, Tebet, Jakarta.

Selain mengajak berbagai pihak yang peduli dengan gizi anak dan remaja untuk duduk bersama, saling berbagi praktek terbaik, data maupun teori ilmiah terbaru dalam suatu semangat sinergi kemitraan. Konferensi ini juga menekankan pentingnya berbagai pemangku kepentingan: Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, Swasta, dan Akademisi bersinergi bersama merumuskan dan melaksanakan berbagai rangkaian program dan kebijakan secara komprehensif, berkesinambungan dan terukur.

Andi Prasetyo, Ketua Konsorsium Indonesia Bergizi mengatakan. “Apa yang kami lakukan adalah menjalin komunikasi, jejaring dan kerja sama konkret antara Pemerintah, Publik dan Perusahaan untuk berbagi data, informasi, dan temuan ilmiah terbaru, serta saling membuka akses untuk bersama-sama menyusun program peningkatan gizi yang saling komplementer agar permasalahan gizi di Indonesia bisa mulai dihadapi secara menyeluruh. Ini sangat penting mengingat berbagai data terkini menunjukkan angka gizi buruk di Indonesia masih tinggi.”

Sementara, Akademisi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Ir. Ahmad Syafiq Msc. PhD., mengatakan, permasalahan Gizi di Indonesia memang mulai mendapat momen dan perhatian dari masyarakat, pemerintah maupun swasta. Ini terlihat dari mulai banyaknya macam-macam kegiatan semisal riset, penelitian, kebijakan, gerakan swadaya masyarakat, bahkan banyak gerakan solidaritas melalui media sosial dan sebagainya.

Namun banyak ditemui bahwa berbagai inisiatif tersebut banyak yang berjalan sendiri-sendiri, sehingga hasil program atau riset antara yang satu dengan yang lain sering tidak komprehensif, ada juga yang saling tumpang tindih sehingga banyak yang sifatnya menyelesaikan program jangka pendek. Ini cukup disayangkan karena sumber daya yang dikeluarkan sering tidak sebanding dengan usaha yang ada.

Oleh karena itu, menurut Ahmad Syafiq, apa yang dilakukan Japfa Foundation bersama Indonesia Bergizi ini sangat unik, yaitu mengajak para pihak untuk duduk bersama, menjalin jejaring, berbagi informasi, saling membuka akses, dan diskusi best-practice untuk memformulasikan tindakan nyata.

Hasilnya kemudian dipublikasikan untuk umum dan ide-ide program yang muncul dibuka seluas-luasnya untuk diimplementasikan oleh siapa saja.

Tidak berhenti di sana, Indonesia Bergizi juga terus mengajak para pihak untuk duduk bersama-sama secara berkala mendiskusikan program dan temuannya untuk menciptakan suatu siklus saling belajar menjadi Learning Organization yang memiliki dampak lebih awet dan terukur.

Konferensi ini sendiri dibuka dengan paparan umum mengenai gizi anak dan remaja, kemudian ditajamkan menjadi tiga Working Group; Kelompok Sains/Akademis, Kelompok Sosial Ekonomi dan Kelompok Kreatif.

Tiap group bertujuan memicu sekaligus memfasilitasi pihak-pihak yang peduli untuk berdiskusi mengenai masalah gizi anak dan remaja sesuai dengan sudut pandang, keahlian dan perspektif masing-masing peserta.

Diharapkan dari tiap Working Group muncul ide-ide segar yang akan diaktualisasikan dalam pembentukan prototype program yang bisa diakses serta diimplementasikan oleh khalayak umum untuk menyelesaikan masalah gizi anak dan remaja bangsa.

Amanda Katili Niode PhD, Ketua Omar Niode Foundation menekankan pentingnya mengangkat kearifan tradisional dan pangan lokal dalam meningkatkan gizi anak dan remaja.

Hal ini karena Indonesia memiliki ribuan jenis kuliner yang terbuat dari bahan alami. Masyarakat pun lebih menyukai makanan, minuman serta kudapan tradisional yang beragam, berbumbu dan bergizi.

Sejak usia dini, lanjut Amanda, anak perlu diberikan pemahaman dari mana makanan mereka berasal. Program seperti kitchen garden di sekolah tempat anak-anak mulai belajar menanam dan memelihara dan kemudian mencoba resep-resep makanan tradisional sederhana yang sehat dan bergizi merupakan nilai-nilai pendidikan yang akan bermanfaat sampai mereka remaja dan dewasa.

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang menanam sayur-mayur pasti akan menghargai dan menyantap hasilnya serta di kemudian hari menerapkan pola makan yang lebih sehat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.