Koperasi Harus Melakukan Digitalisasi

Marketing.co.id – Berita UMKM | Dibandingkan BUMN dan perusahaan swasta, koperasi masih jauh tertinggal. Padahal jika dikelola dengan profesional koperasi berpotensi mensejahterakan seluruh anggotanya, karena sifat usaha ini yang gotong royong dan berdasarkan asas kekeluargaan. Perihal masih tertinggalnya koperasi, Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki sampai berujar, koperasi berjalan seperti andong dan korporasi berjalan seperti kereta cepat.

Teten mengucapkan hal itu saat webinar “Masihkah Koperasi Menjadi Andalan” yang diselenggarakan oleh Indonesian Consortium for Cooperative Innovation (ICCI) beberapa waktu. Partisipasi masyarakat Indonesia untuk berkoperasi sebesar 8,41%. Menurut Teten, angka ini masihlah sangat rendah dibandingkan persentase negara lain dalam skala global sebesar 16,31%.

Secara global pun, masih sangat kecil angka partisipasinya. Proporsi pelaku UMKM Indonesia sektor pangan sebesar 51,2%, namun kelembagaan ekonomi petani yang berbentuk koperasi masih sebanyak 13.821 unit atau 11,23% dari total koperasi aktif,” ungkapnya.

Dilihat dari jenis usahanya, koperasi di Indonesia masih didominasi oleh Koperasi Simpan Pinjam (KSP). “Karena itu kami mendorong dan concern pada koperasi sektor riil atau produksi. Koperasi harus masuk dimana kita memilki keunggulan domestik,” tandasnya.

Baca juga: Kementerian Koperasi dan UKM Luncurkan KUMKM Hub di Blibli

Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki
Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki
Foto: Humas Kemenkop dan UKM

Animo Tetap Tinggi

Meski nasib koperasi masih memprihatikan namun, animo masyarakat untuk menjadi anggota koperasi tetap tinggi. Hal ini menurut Firdaus Putra Executive Committee ICCI, karena koperasi  mampu menjangkau hingga masyarakat kelas menengah ke bawah. Sektor UMKM termasuk yang paling banyak mengakses layanan koperasi karena dapat mendukung mereka.

Di lain pihak, koperasi juga dihadapkan pada tantangan untuk memodernisasikan layanan yang menjangkau kebutuhan hulu dan hilir masyarakat, sehingga dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat lebih signifikan. Mata rantai bisnis koperasi harus berkesinambungan dari soal saving, loan, dan menyediakan marketplace yang dapat digunakan untuk anggota dalam memasarkan produk dan jasa layanan anggota.

“Era digitalisasi membawa sejumlah peluang bagi koperasi untuk meningkatkan layanan yang menjangkau kebutuhan hulu dan hilir anggota sehingga nilai tambah yang dirasakan anggota akan lebih signifikan karena koperasi tumbuh sebagai entitas bisnis yang mengusung one stop solution bagi anggotanya,” ujar dia.

Ketua KSP Sahabat Mitra Sejati Ceppy Y Mulyana menegaskan, melalui tranformasi digital, animo masyarakat untuk menjadi anggota koperasi terus meningkat. Animo masyarakat ini terutama didasarkan pada rasa memiliki anggota terhadap koperasi karena visi kegotongroyongan, dari anggota untuk anggota yang menjadi landasan berdirinya koperasi. Keunggulan tersebut perlu didiversifikasi dengan inovasi digital dalam mengembangkan layanan yang memudahkan dan membuat anggota merasa nyaman untuk memenuhi berbagai kebutuhan.

Ceppy menambahkan, modernisasi koperasi juga sangat bergantung pada kreativitas pelaku koperasi dalam memperkuat pola pengawasan manajemen koperasi. Selain pengawasan rutin yang dilakukan bersama-sama Kementerian Koperasi sebagai stakeholder utama, terbuka peluang bagi pelaku koperasi untuk bekerja sama dengan Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, Kementerian Informasi dan Teknologi dalam rangka meningkatkan transparansi dan kredibilitas koperasi.

Baca juga: Kesadaran UMKM Terhadap Hak Kekayaan Intelektual Masih Rendah

“Dengan membuka diri pada tranparansi dan siap menjadi koperasi yang kredibel, berbagai peluang kerjasama strategis dapat dilakukan untuk dapat memperbesar nilai tambah kehadiran koperasi dalam memenuhi berbagai kebutuhan anggota, “ kata dia.

Harus Berinovasi

Jika koperasi ingin bersaing dengan badan usaha lainya, maka tak jalan selain berinovasi. Hal ini sebenarnya disadari oleh penggiat koperasi seperti terlihat dari hasil survei Indonesian Consortium for Cooperatives Innovation.

“Lalu apakah orang-orang koperasi merasa inovasi sebagai hal yang penting dikerjakan ke depan? Riset menemukan bahwa 53,8 persen responden mengatakan sangat penting dan 23,8 persen merasa penting yang total keduanya adalah 77,6 persen dari 1.050 responden,” tutur Firdaus Putra, Komite Eksekutif Indonesian Consortium for Cooperatives Innovation.

Firdaus menyebut Keling Kumang Group sebagai salah satu koperasi yang berhasil. Koperasi Kredit dengan anggota 183 ribu dan aset 1,6 triluun ini sukses melakukan pemekaran dengan mendirikan beberapa koperasi dan lembaga lain, antara lain Koperasi Konsumen, Koperasi Produsen, Koperasi Jasa Laja Hotel, Yayasan Pendidikan (Sekolah SMK), Yayasan Konservasi (memiliki dan mengelola 66 hektar hutan), PT Pembibitan, dan PT Perdagangan.

Contoh lainnya MYCOOP,  aplikasi membership dan loyalty program yang mengagregasi koperasi, komunitas, UKM dan startup dalam satu ekosistem bisnis, yang memberikan benefit bagi Anggota/Penggunanya.

MYCOOP menghubungkan pengguna dengan koperasi di wilayahnya, sehingga masyarakat memiliki beragam alternatif koperasi. Tujuannya agar masyarakat lebih mudah menemukan dan mendaftarkan diri menjadi anggota koperasi yang ada. MYCOOP dikembangkan oleh konsorsium koperasi (lebih dari 40 koperasi pendiri dan investor) melalui PT. Sakti Kinerja Kolaborasindo.

Marketing.co.id: Portal Berita Marketing & Berita Bisnis

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.