KTA Sudah Jadi Komoditas

shutterstock_69124525_addmediaKredit tanpa agunan (KTA) sudah dianggap seperti produk komoditas. Hanya bank yang melakukan perbaikan proses, promosi terpadu, dan peningkatan layanan akan keluar menjadi pemenang.

Berdasarkan survei perbankan yang dirilis Bank Indonesia, pertumbuhan kredit pada tahun 2013 diperkirakan hanya mencapai 20,8% atau lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 22,3%, karena dipengaruhi perlambatan pertumbuhan ekonomi di Tanah Air.

Perlambatan ini diperkirakan akan berlanjut di tahun 2014, mengingat suku bunga sekarang mulai tinggi lagi serta suhu politik yang semakin memanas dengan digelarnya Pemilu legislatif dan presiden.

Guna menyiasati perlambatan pertumbuhan kredit, saat ini sejumlah bank lebih menggenjot kredit konsumer, khususnya untuk produk KTA atau personal loan.

KTA dipilih lantaran produk kredit ini memiliki keunggulan, keuntungan, dan kemudahan dibandingkan produk kredit konsumtif lainnya, seperti kartu kredit, kredit multiguna, kredit kepemilikan rumah, dan kredit kendaraan bermotor. Apalagi saat ini ada banyak aturan Bank Indonesia terkait penyaluran kredit produk tersebut.

GM Wealth Management, Priority, International Banking and Country Marketing Head of Standard Chartered Bank Indonesia Lanny Hendra mengatakan, Standard Chartered masih mengandalkan KTA dari bisnis personal loan untuk menopang pertumbuhan kredit konsumer. KTA jadi alternatif bank dan nasabah yang ingin mendapatkan dana cepat dan mudah.

“Tahun 2013, produk KTA bertumbuh cukup menggembirakan dari tahun sebelumnya dengan angka double digit, kontribusinya pun cukup signifikan terhadap pendapatan perseroan,” tambah Lanny.

Bank Indonesia mencatat outstanding kredit Standard Chartered mencapai Rp 33,29 triliun per Oktober 2013, atau tumbuh 4,2% dibanding Rp 31,94 triliun pada Oktober 2012.

Standard Chartered memang salah satu pemain kawakan di bisnis KTA. Eksistensi perbankan asal Inggris ini selama delapan tahun menjadikannya sebagai pemimpin pasar.

Namun, saat ini mereka tidak melenggang bebas karena hampir semua bank sudah memiliki produk KTA, bahkan beberapa diantaranya memberikan suku bunga dan biaya provisi yang benar-benar bisa membuat para nasabah dihadapkan pada beberapa pilihan yang baik.

Persaingan pun semakin sengit dengan promo-promo yang menawarkan potongan dan cash back bagi para pencari produk pinjaman tanpa agunan ini.

“KTA bak sebuah produk komoditas, karena setiap bank mengeluarkan produk yang sama. Tetapi, satu hal yang membedakan adalah proses kredit yang diberikan kepada nasabah,” sebut Lanny.

Strategi Standard Chartered dalam menarik nasabah termasuk cerdik. Mereka memberikan jaminan terhadap proses aplikasi KTA yang diterima secara lengkap dan telah memenuhi syarat untuk disetujui oleh bank, dalam waktu tiga hari kerja untuk profesi karyawan atau lima hari kerja untuk profesi wiraswasta dan profesional, dihitung sejak bank menerima secara lengkap aplikasi tersebut.

“Apabila ada keterlambatan proses sehingga persetujuan aplikasi KTA melebihi tiga atau lima hari kerja, maka bank akan memberikan kompensasi, bisa berupa voucher ataupun uang tunai sebesar Rp 150.000 untuk aplikasi yang disetujui. Tentu nasabah harus memenuhi beberapa kriteria yang disyaratkan,” terang dia.

Hal senada disampaikan Director Retail Banking PT Bank QNB Kesawan Tbk Windiartono Tabingin, bahwa persaingan pasar saat ini semakin ketat. Hampir setiap retail banking menawarkan produk pembiayaan KTA, pembedanya terletak pada mutu serta layanan bagi nasabah.

Dalam hal ini, Bank QNB Kesawan terus mengupayakan pendekatan serta edukasi kepada nasabah dan calon nasabah.

Tak hanya itu, bank yang saham mayoritasnya dimiliki oleh QNB Qatar ini tak henti-hentinya meningkatkan layanan dan kemudahan untuk memberikan kenyamanan kepada nasabah.

Konkretnya, KTA Bank QNB Kesawan (Q Personal Loan) memberikan layanan yang cepat serta kemudahan proses, paling lambat tiga hari kerja terhitung dari data lengkap diterima oleh bank.

Dengan perbaikan disektor proses dan pengelolaan perkreditan, pada triwulan III 2013 Bank QNB Kesawan mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp 6,164 triliun, atau mengalami kenaikan sebesar 95% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 3,169 triliun. Komposisi kredit terdiri dari 76% komersial dan 24% konsumer.

“Di tahun 2013, produk KTA bertumbuh cukup baik dan bersama KPM mampu kontribusi sekitar 6,4% terhadap kinerja bank secara keseluruhan,” ungkap Windiartono.

Rasanya bukan hanya Standard Chartered dan Bank QNB Kesawan yang semakin rajin menyalurkan KTA.CIMB Niaga melalui produknya yang bernama X-Tra Dana juga sangat jor-joran mengucurkan KTA kepada nasabah. Tercatat, pada Juni 2013 saja sudah mencapai Rp 1,3 triliun dan tumbuh 71% dibandingkan periode yang sama tahun 2012, sebesar Rp 762 miliar.

Alhasil, angka pertumbuhan KTA tersebut menjadi salah satu yang tertinggi diantara bisnis emiten dengan kode BNGA ini pada semester I tahun 2013.

Membaiknya kinerja tak terlepas dari proses persetujuan yang relatif cepat, sekitar tiga hari kerja. Bahkan CIMB Niaga mengembangkan pilot project untuk proses persetujuan satu hari kerja di beberapa kantor cabangnya.

Profesional dan Pekerja Masih Jadi Target Utama

Bagi bank, bermain di bisnis KTA bukanlah tanpa risiko tinggi. Seperti diketahui, non-performing loan (NPL) KTA cenderung terus meningkat karena sebenarnya pihak bank sulit melacak penggunaannya oleh nasabah.

Di sinilah dibutuhkan kejelian bank dalam menjaring nasabah untuk lebih selektif dalam menilai kemampuan mereka agar dapat memenuhi kewajiban kepada bank.

Selektivitas juga menjadi pakem CIMB Niaga dalam mencari nasabah yang potensial untuk menyalurkan KTA. Bank ini membidik pasar pekerja dengan usia 35–40 tahun sebagai pasar utama, termasuk pengguna internet dengan aktivitas rata-rata 45–60 jam penggunaan per bulan.

Sudah pasti nasabah eksis dan loyal menjadi bidikan pertama karena mereka telah memahami produk serta layanan CIMB Niaga, dan rekam jejaknya sudah jelas.

Soal besar pinjaman KTA yang dapat diterima nasabah, CIMB Niaga mematok pinjaman hingga maksimal Rp 200 juta dengan jangka waktu 60 bulan.

Penetrasi KTA-nya sendiri ke kota-kota besar seperti area Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Semarang, dan Yogyakarta. Saat ini, Jabodetabek masih memberikan kontribusi terbesar terhadap penyaluran KTA CIMB Niaga sebesar 60%.

Sama seperti CIMB Niaga, Bank QNB Kesawan pun menyalurkan dana KTA kepada seluruh masyarakat Indonesia dengan status pegawai tetap, mempunyai pekerjaan dengan pengalaman kerja minimal yang telah ditetapkan, mempunyai kemampuan membayar sesuai dengan DBR & DSCR yang telah ditetapkan.

“Target market diutamakan kepada para pengurus dan pegawai perusahaan yang telah menjadi nasabah kami dengan batas maksimal pinjaman Rp200 juta,” sebut Windiartono.

Sedangkan Standard Chartered membidik segmen pekerja profesional dan nonprofesional dengan dana pinjaman maksimal sampai Rp 200 juta dengan penetrasi kota-kota besar seperti Jabodetabek, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, dan Makassar.

“Dalam 5–7 tahun terakhir lebih banyak dibidik profesional dan pekerja. Tapi, saat ini kami melihat banyak orang ingin berwiraswasta, jadi KTA juga menjadi produk yang sangat bagus bagi mereka,” kata Lanny.

Digital Jadi Kanal Pemasaran Baru

Maraknya pesan pendek atau SMS penawaran KTA mulai dua tahun lalu dirasa sangat mengganggu konsumen. Sebagai bentuk perlindungan konsumen karena seringnya pengaduan masyarakat, BI berinisiatif menertibkan promosi KTA melalui pesan SMS dan berjanji akan memberikan sanksi yang tegas bagi bank yang terbukti menawarkan KTA lewat cara ini.

Kondisi ini tentu memaksa pihak perbankan untuk mengubah arah strategi promosi mereka. Seperti diklaim Lanny, Standard Chartered sudah menyetop cara-cara penawaran KTA lewat pesan SMS sejak dua tahun lalu, serta melakukan tindakan preventif agar tenaga pemasarnya mematuhi kebijakan tersebut.

“Kami sudah berkomitmen terhadap BI tidak melakukan hal tersebut, tetapi lebih memanfaatkan kanal-kanal marketing yang tidak masuk ke ranah privasi nasabah. Penggunaan SMS dan telepon lebih diprioritaskan untuk informasi karena sejatinya memang ada nasabah yang membutuhkan pengetahuan tentang produk KTA,” imbuh dia.

Selain media konvensional, Standard Chartered juga sudah melakukan promosi dan pemasaran secara digital melalui aplikasi online dengan plafon pinjaman hingga Rp 200 juta dan kisaran bunga dari 0,99% sampai 1,8%.

Ini ternyata cukup diminati,terbukti sudah berkontribusi hampir 10%, hasil KTA didapatkan dari transaksi online. Angka ini terbilang cukup signifikan karena penyedia jasa KTA tidak semuanya bermain di ranah online.

Tren penawaran online juga dilakukan Bank QNB Kesawan untuk mengenalkan produk layanan KTA, seperti promosi di website korporat dan kanal online lainnya sesuai dengan target market.

Namun, komposisi penawaran masih lebih banyak melalui direct marketing baik dengan agency ataupun tenaga outsourcing. Kegiatan aktivasi lebih diutamakan mengingat promosi dapat langsung ditujukan kepada nasabah atau calon nasabah yang membutuhkan produk tersebut.

“Teknologi digital membantu kegiatan promosi produk, namun direct marketing masih memberikan dampak lebih signifikan lantaran calon nasabah ataupun nasabah dapat langsung berkomunikasi dengan pihak bank untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap. Kami akan fokus mengembangkan teknologi informasi yang mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat (financial inclusion),” jelas  Windiartono.

(Moh. Agus Mahribi)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.