Kuatkan Pasar Lokal, Strategi UKM Menghadapi MEA

Diberlakukannya perjanjian MEA menimbulkan pendapat yang berbeda-beda dari para pelaku UKM. Di satu sisi senang, karena kabarnya mereka akan mudah mengekspor barang ke luar negeri. Di sisi lain, ada pula yang menyayangkan kebijakan tersebut karena pasar Indonesia sendiri sudah sangat menggiurkan.

Yukka Harlanda, CEO dan founder Brodo Footware
Yukka Harlanda, CEO dan founder Brodo Footware

Ya, tak sedikit anggapan bahwa merek asing akan diuntungkan karena bisa masuk dengan leluasa ke pasar Indonesia. Sementara pebisnis lokal, tidak banyak yang ingin mengekspor barangnya karena Indonesia sendiri pangsa pasarnya sudah sangat besar.

“Brodo tidak terlalu ingin mengekspor produk ke luar negeri, karena pasar Indonesia sendiri sudah sangat menggiurkan. Jadi kami lebih fokus ke pasar lokal, tapi kita juga nggak tahu apa yang terjadi nanti,” ungkap Yukka Harlanda, Founder sekaligus CEO Brodo Footware.

Hal senada juga diungkapkan oleh calon penerus bisnis Martabak 65A yang berlokasi di Pecenongan. Menurut Danniel Jusuf Sutikno, Martabak 65A tidak terlalu barambisi untuk berekspansi ke luar negeri.

“Tujuan kami tahun berikutnya adalah membuka kedai martabak baru dengan tempat serta tema yang lebih berkonsep. Nantinya, kami juga ingin menelurkan sebuah produk baru untuk konsumen Indonesia. Untuk ekspansi ke luar negeri, kami belum banyak berpikir ke arah sana,” terangnya.

Menghadapi Gempuran Merek Asing

Antara Brodo Footware dan Martabak 65A sama-sama belum terpikirkan untuk menyerang pasar luar negeri. Mereka mengaku masih akan fokus mengenal pasar lokal dan memperkuatnya. Inilah yang kemudian menjadi strategi mereka untuk menghadapi MEA.

Fokus menyerang hanya akan melemahkan sisi pemasaran di dalam negeri, akibatnya pertahanan pun mudah kandas. “Bila di dalam negeri sudah kuat, merek asing pun tidak akan bisa merebut pasar kita. Hingga akhirnya, kita bisa tenang melakukan ekspansi ke negara tetangga,” jelas Yukka.

“Indonesia luas, demografinya pun sangat beragam, jadi kenapa harus tergiur untuk memasarkan produk ke luar negeri? Kecuali kita sudah mampu menggarap seluruh pasar lokal, baru ekspansi ke luar. Merek luar pun saya rasa sulit melakukan penetrasi di sini,” tambahnya.

Danniel Jusuf Sutikno, pemilik Martabak 65A
Danniel Jusuf Sutikno, pemilik Martabak 65A

Intinya, fokus pada satu lini sangat diperlukan untuk para pelaku bisnis UKM. Dalam hal ini adalah lini domestik, bila sudah tak tergoyahkan, barulah kita memasuki pasar asing.

“Target kami satu-dua tahun ke depan adalah menjadi top of mind martabak yang terus berinovasi. Nggak cuma Toblerone, Nutella, Skippy, atau Ovomaltine aja. Inilah yang jadi fokus kami,” pungkas Danniel.

“Tapi jika memang berekspansi, kami akan menyasar negara yang banyak penduduk Indonesianya. Mungkin pasar Singapura, Malaysia, atau Australia. Ini akan memudahkan kita dalam melakukan penetrasi,” tutup Danniel.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.