Langkah LG Menaklukkan Pasar Pendingin Udara

Marketing.co.id – Saat ini banyak sekali merek AC yang beredar di Indonesia, baik dari Jepang, Korea, Cina, hingga merek yang dibuat khusus untuk hipermarket tertentu seperti Bluesky. Beragamnya merek yang beredar saat ini tentu memberikan banyak pilihan bagi konsumen dalam memilih AC. Beberapa tahun lalu AC masih menjadi produk yang high involvement dan dianggap barang mewah. Jika ingin membeli AC, konsumen tinggal datang ke toko, kemudian membandingkan beberapa merek yang ada di sana, dan langsung beli. Tidak terlalu banyak pertimbangan yang dilakukan oleh calon konsumen. Bagi mereka, yang penting AC dingin, harga terjangkau, hemat energi, dan tahan lama.

Berdasarkan hasil survei yang baru-baru ini dilakukan, ternyata kini AC sudah menjadi grudge purchase bagi segmen menengah ke atas. Konsumen membeli AC memang karena mereka tidak punya pilihan lain. Kalau mereka tidak membelinya, rumah mereka jadi tidak nyaman karena panas. Selain itu, konsumen juga sudah mulai mencari AC yang hemat energi. Hal inilah yang memacu produsen AC untuk melakukan berbagai macam inovasi, seperti LG yang mengeluarkan AC Inverter Delux Skin Care dan Electrolux yang mengeluarkan AC Inverter Viva Grande. Selain hemat energi, produk AC ini juga memiliki added value bagi konsumen, yaitu bermanfaat bagi kesehatan.

Dalam proses pembelian AC, salah satu yang memengaruhi konsumen dalam memilih sebuah merek adalah word of mouth (WoM) dan juga past experience. Jika mereka memiliki past experience yang bagus terhadap merek AC tertentu, kemungkinan besar konsumen akan membeli merek yang sama kembali. Namun, jika mendapat past experience yang buruk, konsumen tidak akan memasukkan merek tersebut sebagai salah satu yang akan dipertimbangkan dalam pembelian berikutnya.

Merek AC yang sampai saat ini masih bertahan adalah LG, Panasonic, dan Sharp.  Ketiga merek ini sudah berhasil membangun merek sejak lama. Ketiganya saling berlomba untuk melakukan inovasi produk. Tidak dipungkiri bahwa Panasonic sebagai merek yang kuat juga memiliki kualitas yang baik. Hanya saja harga yang ditawarkan Panasonic relatif lebih tinggi dibanding dengan merek lainnya. Konsumen diberikan banyak pilihan merek AC di pasar, ada merek terkenal, kualitas bagus, dan harganya mahal. Ada juga yang mereknya lumayan terkenal, kualitas hampir sama, dan harganya terjangkau. Konsumen yang value oriented akan memilih AC yang mereknya lumayan terkenal, kualitas bagus, dan harga terjangkau.

Mari kita lihat usaha-usaha yang sudah dilakukan oleh ketiga merek tersebut. Salah satu hal yang dilakukan oleh ketiga merek ini adalah menayangkan iklan di televisi setiap kali mengeluarkan produk baru. Tema yang mereka angkat juga berbeda-beda, mulai dari isu perubahan iklim, hemat energi, hingga AC yang bisa menjaga kesehatan kulit bagi penggunanya.

Dari hasil survei Top Brand yang dilakukan oleh Frontier Consulting Group, khususnya dalam kategori AC, dapat dilihat bahwa merek yang masih bertahan dari tahun 2003 hingga 2012 masih sama, yaitu LG dan Panasonic. Pada awalnya Top Brand Index (TBI) Panasonic berada pada peringkat pertama hingga tahun 2007, kemudian pada tahun 2008 posisinya digantikan oleh LG hingga saat ini dengan gap TBI yang cukup besar. Untuk peringkat, ketiganya berbeda-beda, hingga tahun 2008 masih dipegang oleh Toshiba, namun pada tahun 2009 digantikan Sharp hingga tahun 2011. Pada tahun 2012 Sharp berhasil menggeser Panasonic menjadi peringkat kedua.

TOM (top of mind) Panasonic yang awalnya berada pada peringkat pertama mengalami penurunan terus hingga saat ini. Sebaliknya, LG yang di awal berada pada peringkat kedua di tahun 2008 terus meningkat meninggalkan Panasonic. Di tahun 2012, Sharp juga berhasil mengalahkan Panasonic dalam hal TOM. Ini menunjukkan bahwa LG sudah berhasil membangun mereknya di Indonesia dan sampai saat ini masih menjadi merek nomor 1 di kategorinya. LG menawarkan produk berkualitas, inovasi, dan juga harga yang terjangkau.

Hampir sama dengan nilai TOM-nya, ternyata LU (last usage) Panasonic juga mengalami penurunan dan posisinya digantikan oleh LG pada tahun 2008 hingga saat ini. Sharp yang tadinya berada di peringkat ketiga pun berhasil menyalip Panasonic menjadi peringkat kedua di tahun 2012. Kalau kita lihat di tahun 2005 hingga 2007, ternyata walau TOM LG tinggi, LU-nya masih kalah dengan Panasonic. Baru di tahun 2008 LG berhasil menjadi nomor satu juga. Ini menunjukkan bahwa LG berhasil me-leverage awareness menjadi pembelian yang ditandai dengan meningkatnya LU. Namun, tidak dipungkiri bahwa inovasi-inovasi yang dilakukan oleh LG maupun AC lainnya juga memengaruhi konsumen dalam memutuskan merek yang akan dipilih.

Sejalan dengan last usage-nya, ternyata FI (future intention) LG juga sama, masih rendah dibanding dengan Panasonic hingga tahun 2007. Baru pada tahun 2008 mengalami peningkatan hingga saat ini. Future intention biasanya dipengaruhi oleh past experience konsumen. Jika past experience bagus, maka future intention juga akan tinggi. Sebaliknya, jika past experience­­ buruk, maka future intention­­ akan rendah. Pada fase ini layanan purnajual juga memengaruhi, namun untuk produk AC sepertinya masih jarang konsumen yang langsung menghubungi layanan pelanggan dari produsen. Biasanya konsumen lebih suka menggunakan layanan perbaikan AC lain. Dari sini kita bisa mengambil pelajaran bahwa LG dengan gigih membangun merek dari tahun ke tahun, terus membuat produk yang berkualitas dan inovatif. Upaya inilah yang menjadikan LG berhasil meraih market leader.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.