Layanan Data Berkualitas, ‘Amunisi’ Di Era Disruptif

Terjangan gelombang digital ‘memaksa’ bisnis untuk terus melakukan perubahan dalam hal produk, jasa, bahkan budaya perusahaan. Industri telco (telecomunication) termasuk salah satu dari sekian banyak industri yang merasakan langsung imbas dari gelombang digital.

Indonesia sebagai negara di mana jumlah pengguna koneksi teknologi mobile lebih banyak, yaitu 326 juta dibanding populasi penduduknya, 255 juta jiwa (berdasarkan data US Census Bureau: APJII, Facebook, GSMA Intelligence), menjadi peluang prospektif sekaligus tantangan bagi para penyedia jasa telekomunikasi, khususnya layanan data internet, di tengah terjangan gelombang digital dalam tahun mendatang.

Pandangan senada dilontarkan pula oleh pengamat dan penggiat telekomunikasi Onno W Purbo, “Masih banyak yang butuh jasa operator. Saat ini baru 22% bangsa ini yang menikmati akses internet dengan baik, masih lebarlah rezeki industri telco.”

Perubahan gaya hidup

Masifnya penggunaan perangkat mobile dalam kehidupan sehari-hari membawa perubahan dalam gaya hidup konsumen. Jika beberapa dekade lalu layanan SMS menjadi jasa andalan bisnis telco, kini layanan tersebut tak lagi dalam masa kejayaan. Sekarang, semua aktivitas sehari-hari mulai dari berkirim pesan, berbelanja, bahkan memesan makanan terhubung dengan mobile internet. Kini, kebutuhan pokok tak hanya sandang, pangan, dan papan tapi juga ‘koneksi internet’.

Hal ini tercermin dari peningkatan jumlah penggunaan layanan data dan smartphone, “Bisnis layanan Data juga menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan yang tertinggi di industri, dengan komposisi pendapatan layanan data mencapai 71% dan pengguna smartphone mencapai 70%, yang merupakan tertinggi di industri saat ini,” jelas David Arcelus Oses, Chief Marketing Officer XL Axiata.

Tentunya kondisi ini menuntut perusahaan telco untuk mampu memenuhi perubahan gaya hidup konsumen jika ingin survive di industri ini. Belum lagi, persaingan dari sesama penyedia jasa telekomunikasi yang menawarkan produk dan jasa yang tak kalah inovatif, bahkan tak menutup kemungkinan persaingan dari industri yang berseberagan.

Manfaatkan momentum, raup peluang

Industri telco merupakan industri yang amat dinamis. Tahun 2017, menjadi tahun momentum bagi perusahaan telco untuk meraup pangsa pasar sebanyak-banyaknya di tengah perubahan gaya hidup masyarakat yang signifikan. Tak sedikit perusahaan telco yang ujung-ujungnya harus jeli melihat peluang, mengubah model bisnisnya bahkan kulturnya untuk bisa bersaing.

“Peluang untuk tumbuh dan berkembang masih cukup besar namun harus disertai dengan perubahan orientasi atau model bisnis ke layanan digital , namun tetap memperhitungkan dan memberikan layanan dengan kualitas yang baik untuk jasa suara dan data kecepatan rendah,” ungkap Sutrisman, direktur eksekutif dari Asosiasi Peyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI).

XL Axiata sebagai salah satu raksasa penyedia jasa telekomunikasi menyadari peningkatan penggunaan layanan data dengan terus membangun infrastruktur jaringan internet kecepatan tinggi 4G LTE dan memperluas cakupan layananan.

“Tantangan kami di tahun 2017 dan ke depannya di antaranya adalah perubahan perilaku pelanggan jasa layanan telekomunikasi yang semakin membutuhkan data berkecepatan tinggi,” jelas David.

Kondisi ini disadari pula oleh Telkomsel, sebagai BUMN di industri ini dengan mentransformasi perusahaannya menjadi telco digital yang menitikberatkan pada inovasi. “Inovasi kami tekankan agar dalam memberikan layanan, pelanggan dapat merasakan kualitas layanan terbaik dan teknologi seluler terkini,” papar Ririek Adriansyah, CEO Telkomsel.

Sambut dunia digital tanpa batas

Menjawab tantangan tersebut, perusahaan telco berlomba-lomba untuk terus memberikan pengalaman digital yang memuaskan dengan membangun jaringan, memperkuat cakupan broadband (3G dan 4G). XL Axiata misalnya, kini memiliki jumlah BTS 98.005 (termasuk 15.711 BTS 4G dan 44.462 BTS 3G), begitu pula dengan Telkomsel yang hingga kuartal ketiga 2017 menggelar lebih dari 101.000 BTS broadband atau sekitar 70% dari total 152.000 BTS.

Selama gelombang digital menyapu, perilaku konsumen pun akan terus berubah hingga pada satu titik mendorong bisnis untuk bersaing dengan industri yang berbeda. Pada akhirnya, mau tak mau perusahaan telco harus mampu menawarkan layanan digital yang sesuai kebutuhan pelanggan, terlebih di era digital yang serba disruptif.

Nantinya, perusahaan telco tak hanya bersaing dengan sesama tetapi juga kemungkinan bersaing dengan industri lain seperti OTT, fintech dan startup yang jeli melihat peluang dan memanfaatkan teknologi untuk memberikan pengalaman digital yang memudahkan dan mengefisiensikan hidup konsumen. (CP/PSP)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.