Lebarkan Sayap Bisnis Keluarga

Sebagai generasi kedua, Darwin Leo berkomitmen untuk mengepakkan sayap bisnis Columbia menjadi lebih tinggi lagi, sehingga keberadaannya bisa dirasakan semua lapisan masyarakat.

columbiaMasalah terbesar yang cenderung dihadapi perusahaan keluarga adalah kemampuan untuk mempertahankan kepemimpinan yang kompeten dari generasi ke generasi. Guna menyiasati hal tersebut, banyak perusahaan keluarga yang telah mempersiapkan dan membekali generasi penerusnya dengan pendidikan terbaik untuk menjadi pemimpin bisnis perusahaan di masa mendatang.

Seperti halnya dengan Columbia—peritel dan penyedia jasa pembiayaan elektronik dan furnitur terbesar di Indonesia, yang telah mempersiapkan Darwin Leo sebagai penerus tampuk kepemimpinan perusahaan. Sebagai generasi kedua atau anak dari Leo Chandra—pendiri Columbia Group, Darwin ditempa untuk hidup mandiri dan disiplin selama merengkuh pendidikan di Aoyama Gikuin University, Jepang.

Lazimnya orang Indonesia mengeyam pendidikan ke luar negeri seperti Amerika Serikat atau Australia. Berbeda dengan Darwin yang lebih memilih kuliah di Negeri Sakura, karena sesuai dengan bisnis keluarga di bidang elektronik. Apalagi produk-produk elektronik yang beredar di Indonesia didominasi merek Jepang.

“Dengan belajar di sana diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang produk, budaya kerja, dan manajemen perusahaan-perusahaan di Jepang,” kata Darwin yang kini menjabat COO PT Citra Prima Mandiri (Columbia).

Modal pendidikan saja dirasa belumlah cukup bagi Darwin. Usai menyelesaikan studinya pada tahun 1999, ia tidak langsung bergabung dengan Columbia, tetapi mencoba mengembangkan diri dengan bekerja di salah satu perusahaan di Jepang. Kala itu ia berpikir tidak mungkin memahami budaya dan etos kerja perusahaan-perusahaan Jepang kalau tidak masuk ke dunia kerja.

“Saya bekerja di Okamura yang bergerak di bidang manufaktur dan perlengkapan kantor serta komersial selama tiga tahun. Sengaja memilih perusahaan lokal yang memiliki budaya kerja sangat tradisional Jepang, karena ingin belajar manajemen bisnis filosofi perusahaan dari negeri ini,” ujar dia.

Berbekal pengalaman tersebut, Darwin akhirnya memutuskan kembali ke Indonesia untuk membantu bisnis keluarga pada tahun 2003. Kendati mewarisi bisnis Columbia, penghobi kuliner ini memulai karier bisnisnya sebagai seorang karyawan biasa dengan mencicipi berbagai posisi terlebih dahulu sebelum menduduki salah satu kursi pimpinan perusahaan.

“Pertama bergabung saya dipercaya untuk menangani produk furnitur mulai dari proses pembelian, penawaran, dan distribusi barang, dengan jabatan assistant manager purchasing. Selang dua tahun kemudian ditugasi menangani produk elektronik dan berlanjut dimutasi ke marketing hingga operation,” ucapnya bercerita.

Bidik Korporasi dan TKI

Sebagai pionir di bisnis perkreditan, posisi Columbia telah dikepung pemain serupa. Semakin banyak peritel yang menggandeng perbankan untuk memberikan kredit. Diakui Darwin, kondisi ini membuat persaingan semakin ketat. Apalagi perilaku konsumen saat ini sudah jauh berubah, mereka sudah dipuaskan dengan keunggulan fasilitas kredit tetapi juga menginginkan nilai tambah.

Hal tersebut membuat Darwin harus mengubah strategi untuk memenangi kompetisi. Selain terus menambah lini produk, ekspansi toko dan program cicilan menarik, ia pun menyediakan layanan jemput bola yang memudahkan dan memanjakan pelanggan.  Konkretnya, Columbia memperkuat 79 cabang dan 350 outlet yang dimiliki dengan dukungan ribuan tenaga penjualan door-to-door, ditambah armada moko (mobil-toko) untuk mendatangi konsumen ke pelosok-pelosok daerah.

Perubahan lain yang dilakukan Darwin adalah memanfaatkan kekuatan jaringannya yang tersebar luas di seluruh Nusantara. Ia mengoptimalkan outlet-oulet yang dimiliki Columbia. Bila sebelumnya hanya melayani pembelian konsumen akhir (end user), kini outlet tersebut mulai merambah ke pasar korporasi.

Nestle dan Unilever tercatat pernah menjadi konsumen Columbia. Biasanya mereka membeli produk furnitur untuk dikirim ke kantor-kantor cabang atau membeli produk elektronik sebagai hadiah untuk karyawan ataupun pelanggan mereka. Selain itu, Columbia juga bekerja sama dengan beberapa perusahaan FMCG dan perbankan untuk melayani kredit khusus karyawan perusahaan tersebut.

Keuntungan perusahaan bekerja sama dengan Columbia, mereka bisa membeli di satu tempat dengan harga yang sama, tetapi dapat dikirim ke seluruh Indonesia. Sementara bagi karyawan yang bekerja di perusahaan yang bermitra dengan Columbia, mereka mendapatkan bunga lebih rendah dibandingkan pembelian ritel.

Selain merambah pasar korporasi, di saat bersamaan Columbia juga mulai melebarkan sayap ke pasar mancanegara dengan membidik para tenaga kerja Indonesia (TKI) melalui representative office yang berada di Taiwan, Hong Kong, dan Singapura. Para TKI bisa membeli di sana dan barangnya dapat dikirimkan kepada keluarganya di Tanah Air.

Darwin mengklaim semua strategi yang diterapkannya cukup ampuh dalam meningkatkan penjualan Columbia, meski dia enggan memaparkan angkanya secara detail. Gambarannya dalam kondisi ekonomi lesu dan penjualan barang elektronik nasional menurun, Columbia masih mengalami pertumbuhan positif di kisaran angka 10%.

“Kontribusi penjualan saat ini sekitar 60% berasal dari produk elektronik, furnitur sekitar 20%, IT dan gadget sekitar 20%. Kami optimistis akan terus tumbuh karena tidak semua peritel memiliki jaringan seluas Columbia. Sekarang hanya perlu menjaga customer base agar tidak lari ke kompetitor,” sebutnya.

Manfaatkan Media Darling

Dalam menggenjot kinerja perusahaan, Darwin juga memanfaatkan media darling yang sedang digandrungi kalangan muda. Ia melakukan inovasi layanan yang mampu mengakomodir kebutuhan dan keinginan segmen muda yang notabene dekat dengan dunia internet melalui aplikasi Shoot Your Dream.

Aplikasi kredit mobile besutan Columbia ini memang diciptakan untuk membantu konsumen mendapatkan dan membeli secara kredit apa yang mereka impikan, baik berupa produk elektronik, perabotan rumah tangga, gadget, produk fashion, produk custom, barang-barang hobi, seperti sepeda ataupun motor, hingga hewan peliharaan seperti kucing ataupun anjing.

Columbia menawarkan belanja online secara kredit dengan biaya cicilan ringan dan kompetitif. Bedanya dengan e-commerce lain, mereka menyiapkan dan menawarkan produk yang sudah ada dan mau dijual kepada konsumen. Shoot Your Dream mengembalikan kepada konsumen produk apa yang mereka inginkan, dan menyediakan keinginannya, termasuk barang-barang tertentu dari luar negeri.

“Kontribusi online tidak lebih dari 10%, tapi kanal ini memperlebar segmentasi yang dibidik. Jadi kalau pelanggan di Columbia secara konvensional berumur di atas 30 tahun, Shoot Your Dream menggaet pelanggan usia 20 tahun. Permintaan produknya pun sangat berbeda, sekitar 85% permintaan adalah gadget,” beber Darwin.

Di ranah online, Darwin juga memberikan pilihan baru melalui Kukuruyuk.com yang menyediakan barang elektronik refurbish, yakni barang yang dikembalikan konsumen, namun telah melalui proses pengecekan dan perbaikan (jika diperlukan) agar kembali sedekat mungkin dengan kondisi semula.

Diperkirakan barang elektronik bekas berkontribusi sekitar 30% dari total pasar elektronik nasional. Sayangnya, barang elektronik yang beredar masih belum terjamin kualitasnya. “Kehadiran Kukuruyuk.com dapat menjadi solusi karena hampir semua barang refurbish hadir dengan garansi,” pungkasnya. 

Moh. Agus Mahribi

MM072016/W 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.