Meskipun penetrasi internet terus meningkat di Indonesia, namun kanal ini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh para marketer di Indonesia. Padahal media ini merupakan sarana yang efektif untuk beriklan dan berkomunikasi dengan konsumen.
Belanja iklan online di Indonesia diperkirakan baru mencapai 40 juta dolar AS pada tahun 2010, atau hanya 1 persen dari total belanja iklan secara keseluruhan. Menurut Handi Irawan, Chairman Consulting Group, ada lima hal penyebab masih rendah belanja iklan online di Indonesia. Pemaparan Handi Irawan disampaikan dalam “Digital Marketing Conference 2011 di JW Marriott Hotel, Jakarta (10/8).
Apa saja penyebabnya? Pertama, masih sedikitnya pengguna internet yang sophisticated. Kedua, daya beli pengguna digital di Indonesia yang masih rendah. Ketiga, minimnya pengetahuan tentang digital marketing dari para CEO dan CMO. “Digital bukan hanya tentang tools, apakah brand sudah punya akun Facebook atau Twitter, tapi juga butuh mindset dan perilaku dalam organisasi bisnis”, tandas Handi.
Keempat, masih lambatnya proses digitalisasi media konvensional menuju media digital. Dan terakhir, belum adanya pengukuran yang jelas mengenai efektivitas digital marketing. “Sebenarnya bukan tidak ada, namun belum ada yang mau melakukannya. Padahal, pengukuran digital sangat mudah dibandingkan media konvensional,” jelas Handi.
Meski share belanja online nya masih kecil, Handi menegaskan tren digital marketing tidak bisa dibendung dan dalam lima tahun ke depan akan berkembang pesat di Indonesia. (Tony Burhanudin/www.marketing.co.id)
sebenarnya tren digital marketing sudah ada di Indonesia. nanum belum banyak yang melakukannya.
Poin pertama dan kelima perlu di stabilo. Selain karena belum adanya pengukuran yang jelas tentang keefektifan kampanye/iklan di era digital, ditambah dengan masih banyak yang beranggapan kalo pada prakteknya, digital marketing membutuhkan kemampuan teknis yang rumit.