Lintasarta dan Kontribusinya pada Transformasi Digital di Indonesia

Marketing.co.id – Berita Digital & Techno |Bicara transformasi digital tak melulu bicara perusahaan teknologi seperti e-commerce, fintech atau perusahan ride hailing seperti Gojek atau Grab. Bicara transformasi digital juga mesti menengok peran perusahaan penyedia solusi Information and Communication Technology (ICT) seperti Lintasarta.

Nama Lintasarta barangkali kurang dikenal luas di masyarakat, maklum saja perusahaan ini memang menyasar segmen korporat atau enterprise. Lintasarta yang pada 4 April 2021 lalu memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-33, sebesar 73% sahamnya dimiliki oleh Indosat Group dan sisanya dimiliki oleh industri perbankan. Saat ini, Lintasarta melayani lebih dari 2.400 pelanggan korporasi dan didukung oleh lebih dari 1.000 staf berpengalaman, diantaranya memiliki sertifikasi Internasional.

”Kami memiliki jaringan teresterial baik fiber optik, kabel laut, dan satelit, sehingga kita bisa meng-cover seluruh pelanggan Lintasarta di seluruh wilayah Indonesia,” tutur Arya Damar, President Director Lintasarta, saat jumpa pers virtual, Senin (5/4/21).

Lebih jauh Arya mengatakan, wilayah operasional Lintasarta mencakup di 55 kota di seluruh Indonesia dengan lini bisnis mencakup infrastruktur ICT, Cloud, Data Center, dan Security. Pengguna solusi Lintasarta berasal dari berbagai industri dan institusi seperti perbankan, manufaktur, perusahaan oil and gas, perusahaan distributor, dan pemerintahan.

“Di infrastruktur Cloud kita memiliki aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan industri, sehingga diharapkan Lintasarta bisa melayani secara end to end,” tutur Arya.

Sebagai perusahaan bergerak di ICT, Lintasarta juga haru mampu melayani pelanggan yang menginginkan solusi-solusi khusus. “Tersedia solusi khusus industri keuangan, solusi khusus untuk kesehatan, telemedicine, rumah sakit, smart city, smart campus,” imbuh Arya.

Baca juga:Jababeka Siap Kembangkan Smart Township di Koridor Timur Jakarta

Produk unggulan Lintasarta

Menginjak usia ke-33 tahun, Lintasarta berkomitmen untuk terus menyediakan beragam solusi ICT yang andal dan inovatif untuk memperkuat bisnis serta mendukung percepatan transformasi digital pelaku industri nasional.

“Beberapa perubahan seperti percepatan transformasi digital sudah banyak diadopsi pelaku bisnis guna dapat bertahan di era ini. Untuk mewujudkan hal tersebut dan dalam rangka HUT ke-33 Lintasarta, kami sudah mempersiapkan solusi-solusi baru yang diharapkan dapat membantu berbagai jenis industri dalam mencapai tujuannya,” kata Ginandjar, Lintasarta Marketing and Solution Director.

Dimulai dari Lintasarta Third Party Card Management yang merupakan solusi penerbitan kartu kredit untuk bank buku 2 dan 3 atau industri lain yang ingin memiliki kartu kredit dengan merek ekslusif  bertaraf internasional.

Jumpa pers virtual Lintasarta
Jumpa pers virtual Lintasarta

Sejak tahun 2019, Lintasarta juga sudah memiliki layanan Smart Campus untuk mendukung digitalisasi dunia pendidikan tingkat tinggi. Lintasarta Smart Campus dapat dimanfaatkan seluruh anggota sivitas akamedia sehingga proses belajar mengajar tetap dapat berjalan dengan efektif meski dari rumah masing-masing.  “Solusi Lintasarta Smart Campus meliputi Mobile Application, Enterprise Resource Planning atau ERP, e-Learning, dan Sistem Informasi Akademis atau SIAKAD,” kata Ginandjar.

Ginandjar menambahkan, selain solusi industri, Lintasarta juga mempersiapkan solusi infrastruktur yang beberapa dari solusi ini sudah membantu pelanggan Lintasarta dari berbagai jenis industri selama lebih dari tiga dekade.  Solusi infrastruktur ini adalah Cloud, Managed Security, IT Outsourcing atau Lintasarta Enterprise on Advance Professional Services (LEAPS), Internet Dedicated, Metro Ethernet dan Leased Line. Unit bisnis milik Lintasarta, Owlexa juga memperkenalkan kembali solusi Administration Service Only (ASO) yang diberi nama Owlexa Corporate Health Administration.

Owlexa Corporate Health Administration diperuntukan bagi perusahaan yang ingin memiliki metode penjaminan nontunai dan dapat disesuaikan dengan kebijakan perusahaan. Bekerja sama dengan lebih dari 3.500 rumah sakit dan penyedia jasa kesehatan di Indonesia, Owlexa Corporate Health Administration dapat dijadikan alternatif manajemen kesehatan karyawan perusahaan.

“Kami sedang mempersiapkan kejutan untuk para pelanggan dan pelaku bisnis di Indonesia yang siap dirilis setelah lebaran nanti. Tentunya gebrakan baru ini diharapkan dapat menjadikan dunia perteknologian di Indonesia semakin maju dan siap berkompetisi dengan pemain asing, khususnya kami mengedepankan solusi-solusi dari anak bangsa,” kata Ginandjar.

Mengenai potensi pasar industri IT Ginandjar mengungkapkan, masih sangat besar mengingat pertumbuhannya mencapai rata-rata 20% tiap tahunnya. “Jadi  ‘kuenya’ sangat besar sekali. Masih banyak peluang yang bisa Lintasarta garap di tahun ini dan tahun – tahun mendatang. Ini perlu kita seriusi untuk kita garap,” katanya.

Seperti banyak menerpa perusahaan lain, Lintasarta juga terdampak pandemi Covid-19. Pelanggan Lintasarta terdiri dari sektor, yakni pemerintah dan swasta. Di sektor pemerintahan, Lintasarta sangat terbantu dengan adanya program PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional). Tahun 2020 lalu, Lintasarta masih mampu mencetak laba sebesar Rp 130 miliar. “Tahun ini diharapkan bisa memperoleh pendapatan Rp 3,03 triliun dengan laba Rp 160 miliar,” tutur Alfi Asman, Commerce Director Lintasarta.

Program CSR Digi School

Lintasarta tidak hanya fokus membantu perusahaan – perusahaan yang melakukan transformasi digital, namun juga ikut melahirkan talenta – talenta muda di bidang teknologi digital. Bekerja sama dengan Dicoding, Lintasarta menggelar program CSR (Corporate Social Responsibility) bernama Digi School. Melalui program ini kedua belah pihak memberikan pelatihan programming kepada siswa-siswi SMK.

Baca juga: 75 Ribu Siswa SMK Terima Program Sertifikasi TOEIC

Terkait Digi School Arya menjelaskan, program tersebut sejalan dengan bisnis Lintasarta dan kondisi pandemi yang menuntut untuk melakukan digitalitasi di berbagai bidang. “Kita harus mempersiapkan anak-anak muda untuk bersaingan dengan anak-anak muda seluruh dunia. Kita harapkan solusi-solusi digital ke depan bisa datang dari anak-anak muda Indonesia,” kata Arya.

Narendra Wicaksono, Pendiri & CEO Dicoding mengatakan, tahun lalu peserta program Digi School sebesar 76% berasal dari siswa-siswi SMK yang masih aktif. “Sekitar 1% dari peserta Digi School tahun lalu sudah bekerja, bahkan sebelum mereka lulus, dan seluruh peserta program Digi School yang sudah lulus SMK sudah bekerja,” ungkap Narendra.

Menurut Narendra, tiap tahun Indonesia berpotensi melahirkan 600 tenaga programmer. Namun untuk mewujudkannya Indonesia dihadapkan pada sejumlah tantangan, antara lain kurikulum yang tidak link and match dengan kebutuhan dunia industri dan kekurangan tenaga mentor atau pengajar.

Marketing.co.id: Portal Berita Marketing & Berita Bisnis

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.