Luhut: 78% Emisi Karbon Dunia Disumbang dari Anggota G20

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Republik Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan. Foto: Istimewa/Instagram @luhut.pandjaitan.

Marketing.co.id – Berita Marketing | Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam acara Kadin Net Zero Hub beberapa waktu lalu menekankan pentingnya peran dan tanggung jawab pemerintah dalam membuat kebijakan yang tepat dalam menghadapi perubahan iklim.

“Sekitar 78% emisi karbon dunia disumbang dari anggota G20. Untuk itu menjadi penting bagi kita mengambil Langkah strategis untuk meminimalisir dampak tersebut. Jadi, semua kebijakan yang kita buat harus betul-betul kita hitung dengan cermat. Pemerintah memiliki tanggung jawab besar terhadap generasi berikutnya, sehingga kebijakan yang diambil harus tepat,” jelas Luhut.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Kadin Arsjad Rasjid juga menekankan pentingnya peran swasta. Menurutnya, kredibilitas perusahaan menjadi sangat krusial dengan tuntutan konsumen global terhadap tanggung jawab operasi bisnis perusahaan yang tentunya mengubah cara dalam menjalankan bisnis.

“Perubahan tidak akan terjadi tanpa regulasi terukur yang memungkinkan energi terbarukan untuk dapat diakses oleh seluruh industry agar perusahaan dapat menerapkan strategi yang berkelanjutan,” ujarnya.

Dalama cara tersebut Direktur PT Nestle Indonesia mendapat kesempatan untuk memberikan pandangan seputar keberlanjutan serta bagaimana peran seluruh industri untuk mendukung upaya pemerintah dalam melawan polusi plastic serta target menuju titik nol emisi.

Direktur Sustainability PT Nestle Indonesia Prawitya Soemadijo dalam paparannya di acara ‘Beating Plastic Pollution from Source to Sea’, menekankan komitmen perusahaan dalam melakukan strategi kemasan yang keberlanjutan. “Sebagai perusahaan makanan dan minuman, kami berkomitmen memastikan 100% kemasan yang kami gunakan dapat didaur ulang atau digunakan kembali, serta mengurangi ⅓ penggunaan resin plastik baru,” jelas Prawitya.

Untuk mencapai hal tersebut, Prawitya mengatakan Nestle memiliki 3 strategi yang sekaligus mendukung pemerintah dalam Peta Jalan Pengurangan Sampah, yaitu dengan mengurangi kemasan (less packaging), membuat kemasan yang lebih baik (better packaging), dan meningkatkan sistem yang ada (better system) melalui 5 pilar untuk mengurangi (reduce), mendesain ulang (redesign), mengisi ulang dan menggunakan kembali (refill and reuse), mendaur ulang (recycle), serta mengubah perilaku (rethink behavior), di mana implementasinya membutuhkan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan.

Sementara itu, Presiden Direktur Nestle Indonesia Ganesan Ampalavanar menekankan komitmen perusahaan untuk mencapai tujuan Net Zero Emissions 2050. “Kami membuat roadmap dan milestone yang terukur dalam upaya pengurangan emisi untuk mencapai Net Zero. Kami melakukannya secara bertahap, dimulai dengan target penurunan emisi karbon sebanyak 20% di tahun 2025, 50% di tahun 2030 dan mencapai net zero emissions di tahun 2050. Target Net Zero kami ditentukan menggunakan kriteria yang ketat dari Science Based Target initiative (SBTi),” katanya.

Upaya pengurangan emisi tersebut menurutnya dilakukan sepanjang mata rantai usaha, dimulai dari pengadaan bahan baku, proses manufaktur, kemasan yang digunakan hingga pasca konsumsi. Namun, Nestle tidak mampu melakukannya sendiri, diperlukan upaya Bersama dari banyak pihak dalam prinsip gotong royong maupun kolaborasi untuk mencapai satu tujuan, yakni mengatasi perubahan iklim.

Selama lebih dari 50 tahun beroperasi di Indonesia, Nestle terus berinvestasi dan menciptakan nilai bersama di seluruh kegiatan operasional, serta berupaya untuk terus berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi di Indonesia agar semakin maju dan inklusif dengan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan. Berbagai investasi ini termasuk dengan melakukan ekspansi pabrik baru, perluasan lini produksi di pabrik yang telah beroperasi, serta menjalin kemitraan dengan UMKM untuk mendapatkan bahan baku lokal.

Neslte juga berkomitmen untuk menginisiasi energi terbarukan dengan membangun Boiler Biomassa salah satunya yang telah beroperasi di pabrik Karawang, dan pembangunan PLTS. Sejak tahun 1975, Nestlé Indonesia juga telah melakukan kemitraan dengan lebih dari 26.000 peternak sapi perah di Jawa Timur, serta lebih dari 20.000 petani kopi di Lampung.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.