M-Commerce: Cepat, Aman, Nyaman

M-CommerceSeiring berkembangnya teknologi mobile, The Ericsson ConsumerLab merilis laporan tentang bagaimana penyebaran atau penggunaan mobile commerce (m-commerce), terutama di Benua Asia yang juga sedang berkembang pesat. Bagaimana tingkat awareness, penggunaan, dan ketertarikan dalam menggunakan jasa m-commerce?

Laporan ini memandang dan menganggap teknologi mobile sebagai sarana untuk mengelola kebutuhan keuangan. Penggunaan dan adopsi ponsel dianggap sudah memiliki penetrasi yang dalam dan penyebaran yang luas. Ponsel bahkan sudah menjadi kebutuhan pokok bagi kebanyakan orang.

Dalam melihat layanan finansial secara mobile, Ericsson memantau dan fokus pada kebutuhan bagaimana untuk menabung/menyimpan uang, kemampuan untuk membayar tagihan/berbelanja, serta kebutuhan untuk mengirim atau menerima uang.

Secara kuantitatif, sasaran grup responden untuk studi ini adalah para pengguna ponsel di daerah perkotaan maupun pinggiran kota, yang mempunyai rentang usia 15 sampai 59 tahun. Sekitar 6.000 konsumen dan 900 pedagang dipilih untuk mewakili populasi sebanyak 6 juta orang di Bangladesh, 24 juta orang di Indonesia, dan 12 juta orang di Vietnam.

Secara kualitatif dan secara mendalam, wawancara di rumah dengan total 30 konsumen dan 15 pedagang di Bangladesh, Indonesia, dan Vietnam dilakukan. Sampel responden mencakup konsumen yang akrab dengan bank dan yang belum, plus mereka yang sudah menggunakan atau belum menggunakan m-commerce. Wawancara dilakukan oleh para ahli yang memahami peraturan, service provider, dan sektor perbankan.

Ketiga negara yang disebutkan di atas bisa dianggap sebagai negara di mana uang cash masih mendominasi untuk digunakan dalam aktivitas hidup sehari-hari. Hampir semua pedagang di pasar di ketiga negara tersebut menerima uang cash sebagai pembayaran. Bahkan mayoritas pedagang masih belum bisa memberikan alternatif lain sebagai sarana pembayaran.

Walau demikian, banyak juga pedagang yang mulai mempertimbangkan untuk menggunakan fasilitas pembayaran secara mobile atau layanan uang secara digital, yang dianggap lebih praktis dan menguntungkan. Itu karena mereka tidak perlu menangani uang kontan yang begitu banyak, dan juga terhindar dari maraknya peredaran uang palsu.

Dari ketiga negara tersebut, sebenarnya ada budaya menabung yang cukup kuat. Di Bangladesh, 80% respondennya menabung secara teratur. Di Indonesia bahkan mencapai angka 92%, dan Vietnam sekitar 75%. Meski demikian, tabungan kerap kali masih disimpan di rumah dalam bentuk brankas sampai celengan. Seperti yang bisa dilihat pada grafis yang ada, sekitar 50% responden di Vietnam masih menyimpan uang di rumah mereka. Di Indonesia, angkanya mencapai sekitar 35% dan di Bangladesh sekitar 40%.

Untungnya masih lebih banyak yang memilih untuk menggunakan jasa perbankan daripada menyimpan uang di rumah karena dianggap tidak aman. Kemampuan menggunakan mobile gadget untuk melakukan aktivitas menabung atau menarik uang masih dianggap lebih aman daripada menangani uang tunai yang banyak.

Jika melihat kondisi pasar di tiga negara tersebut, aktivitas berbelanja sering kali juga menjadi aktivitas sosial. Di Indonesia dan Vietnam misalnya, berbelanja secara online melalui berbagai situs media sosial sudah dianggap biasa. Hubungan yang terjalin antara konsumen dan pedagang terjadi secara informal. Dengan demikian faktor kepercayaan antar individu menjadi sangat penting dalam setiap transaksi yang terjadi.

Dalam aktivitas berbelanja, konsumen menganggap tidak aman jika harus membawa banyak uang tunai. Hal ini juga sama dalam hal pengiriman dan penerimaan uang (transfer). Risiko mengirim atau menerima uang tunai dalam jumlah besar sangatlah tinggi. Banyak responden menganggap di daerah atau lokasi tertentu di negara mereka mempunyai potensi ancaman yang cukup besar jika dilewati sambil mengirim uang tunai dalam jumlah besar. Di Bangladesh, membawa uang dalam jumlah besar di bus atau lokasi publik dianggap berbahaya. Bahkan di Indonesia pun, orang masih merasa bahaya menerima uang lewat ATM dalam jumlah besar.

Faktor kenyamanan adalah isu lain yang menjadi pertimbangan. Orang menganggap tidak nyaman jika harus pergi ke lokasi tertentu untuk melakukan pembayaran pada jam-jam tertentu. Faktor lainnya yang menjadi pertimbangan adalah faktor kecepatan. Dalam kasus-kasus urgen, masalah keluarga, tagihan, dan masalah lainnya, faktor kecepatan dalam pengiriman dana bisa jadi adalah faktor yang paling diandalkan.

Para responden dalam survei ini menyatakan tertarik untuk berpindah menggunakan jasa mobile dalam mengelola finansialnya jika mereka bisa merasakan kenyamanan, keamanan, dan kecepatan. Baik untuk urusan membayar tagihan sampai urusan berbelanja, mereka menyatakan ketertarikannya untuk memanfaatkan m-commerce. Layanan finansial mobile dianggap bisa mengatasi semua masalah yang timbul pada transaksi menggunakan uang tunai dalam jumlah besar, sekaligus membawa masyarakat ke era “cashless” baru.

Dengan segala tantangan yang ada, m-commerce akan menjadi sarana alternatif bagi masyarakat untuk mengelola finansial dalam kehidupan sehari-hari. Pembayaran dan transfer secara mobile semakin menjadi populer karena penetrasi yang tinggi dari ponsel, serta struktur jaringan yang semakin dibenahi.

Kini kebanyakan konsumen dan responden masih mempunyai pengetahuan yang terbatas mengenai pembayaran mobile. Di kalangan berpendapatan rendah, sudah menjadi hal biasa jika orang tidak atau belum paham akan layanan perbankan pada umumnya, apalagi mengenai pemanfaatan m-commerce.

Dari grafis yang ada juga bisa dilihat bagaimana responden umumnya belajar atau bisa mengetahui tentang pemanfaatan teknologi m-commerce dengan cara-cara yang berbeda. Semisal di Bangladesh, masyarakatnya mengetahui dan aware tentang m-commerce mayoritas lewat televisi. Sementara di Indonesia dan Vietnam, masyarakat mengetahui dan belajar dari mulut ke mulut (word-of-mouth), dan dari ngobrol-ngobrol dengan teman, saudara, atau rekan kerja yang bisa dipercaya. Kebanyakan responden mengandalkan televisi, jaringan sosial mereka, dan situs-situs media sosial.

Ivan Mulyadi/Sumber: ConsumerLab Ericsson Consumer Insight Summary Report 2014

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.