Manisnya Bisnis Cookies

Setelah modifikasi sana-sini, akhirnya Dedi Hidayat menemukan format yang pas untuk bisnisnya. Ketangguhannya membuahkan hasil sampai ke Singapura.

Kata para motivator bisnis dalam seminar-seminar, kunci emas bisnis itu terletak pada tiga kemampuan yaitu kemampuan mengamati, meniru dan memodifikasi.

Tiga kunci itulah yang dipegang oleh Dedi Hidayat pemilik usaha kue kering bernama J&C Cookies. Sepintas usahanya nampak biasa saja, tidak ada yang menarik dengan usaha kue kering, karena selain banyak pesaing, rasanya pun kebanyakan hampir sama semua.

Namun pendapat itu rasanya akan terbalik bila sudah mendengar penuturan dari pria berkumis ini. Ditangannya, meski hanya bisnis kue kering, keuntungan yang diraup bisa setara dengan omzet perusahaan kelas menengah, bahkan ekspansinya sampai menyebrang ke negeri singa yakni Singapura.

Kendati enggan menyebutkan angkanya, namun Ia mengaku dalam setahun bisa memproduksi kue kering hingga ratusan lusin toples. Selain itu jumlah karyawannya pun yang sebelumnya hanya dua orang (dia dan isterinya) kini sudah menjadi 300 orang karyawan.

Untuk permintaan jangan ditanya, Dedi mengaku per tahunnya kapasitas produksi selalu Ia naikkan minimal 35%. “Sudah sebesar itu pun masih sering tidak cukup alias selalu overload,” kata dia.

Karena itu mulai tahun depan Ia berencana akan membuat sistem kerja shift bagi karyawannya terutama pada saat menjelang lebaran dan natal. Pasalnya di kedua moment tersebut jumlah permintaan biasanya meningkat hingga 100% lebih, dibandingkan bulan-bulan biasa yang hanya mencapai 5%.

Dedi menyatakan keunggulan kue kering J&C terletak pada kekhasan rasa dan inovasi divarian. Namun yang utama adalah rasa. “Karena bentuk bisa ditiru, namun rasa tidak akan bisa menipu,” tegas dia.

Sesuai dengan tag line usahanya yang berbunyi “Sekali Coba Pasti Suka” maka kualitas rasa adalah hal mutlak yang harus dipertahankan hingga kapan pun. Setengah berpromosi, Dedi juga mengatakan bila di pasaran kue yang berkualitas rasa seperti J&C mungkin harga jualnya sudah mencapai Rp 80 ribu lebih. “Namun di J&C kami hanya mematok harga Rp 50-60 ribu per toplesnya, ini sesuai dengan positioning kami yang memosisikan diri sebagai kue berharga kelas menengah, namun kualitas kelas atas,” urai dia.

Menurut Dedi bila mau berhasil di bisnis makanan harus pandai berinovasi. Karena itu setiap tahun pihaknya selalu melahirkan minimal 5 varian kue baru. Saat ini J&C sudah memiliki 60 varian kue dari berbagai jenis bentuk dan rasa.

Lanjut katanya, khusus kue kering inovasi tidak terhenti pada sebatas varian saja, pada packaging (kemasan) pun bisa dikreasikan. Untuk itu pihaknya pun sudah menyiapkan packaging khusus berbentuk masjid, rumah gadang, kotak unik dan bentuk lainnya yang akan dirilis natal tahun ini.

Ini adalah inovasi baru yang menggabungkan karya seni dengan makanan. Paket barunya tersebut dinamakannya kue kering isi ulang. Disebut seperti itu karena pelanggan bisa mengisi ulang kuenya kapan saja mereka mau dan memilih bentuk packaging nya sesuka hati mereka, karena memang packaging tersebut berstatus dipinjamkan kepada pelanggan bukan dijual.

Jadi pelanggan cukup menaruh jaminan uang yang besarnya sesuai kesepakatan dan jenis packaging. Setelah kuenya habis maka pelanggan bisa datang kembali ke outlet J&C untuk meminta jaminan uang yang diberikan. Selain itu mereka juga busa tetap menaruhnya bila ingin memakai packaging itu kembali atau menggantinya dengan yang lain.

Konkritnya seperti ini: contoh harga asli paket kue dengan packaging masjid adalah Rp 400 ribu, namun pelanggan harus membayar Rp 500 ribu. Karena seratus ribunya sebagai jaminan yang akan dikembalikan bila pelanggan sudah menyerahkan packaging nya ke pihak J&C. “Harga dari packaging yang disewakan bervariasi mulai dari Rp 200 ribu hingga Rp 1 juta ke atas,” ujar dia.

Dedi mengungkapkan bukan tanpa sebab dirinya membuat kreasi semacam itu, katanya ini dilakukan guna menjaga grafik omzet agar tidak terlalu jatuh di bulan-bulan biasa. “Saya berharap dengan paket baru ini, omzet kue J&C bisa naik menjadi 40% dari 50% sebelumnya di bulan selain hari raya,” imbuh dia.

Sekadar berkisah, J&C bisa berdiri dimulai dari kejenuhan dirinya yang bekerja sebagai pegawai kantoran. Ceritanya sekitar pertengahan tahun 1990-an, Dedi berniat untuk berhenti bekerja dan mencoba untuk berwirswasta. Secara kebetulan Ia mendapat ajakan dari kakaknya untuk bersama-sama untuk mengusahakan bisnis jahe gajah. Namun selang dua tahun kemudian usaha itu akhirnya bangkrut.

Dengan kondisi ekonomi yang terbilang payah, saat itu kebetulan Dedi menemukan ide untuk mengembangkan usaha roti dan kue kering. Karena waktu  Ia sering melihat isterinya hobi membuat kedua makanan itu. Tepatnya pada tahun 1996, Dedi bersama isteri akhirnya memberanikan diri untuk membuka usaha roti dan kue kering dengan merek Joyc, yang berasal dari nama kedua anak mereka, yaitu Jody dan Cindy.

Tahun pertama dijalaninya begitu manis, namun ketika krisis menghantam di tahun 1997 praktis usahanya pun ikut-ikutan oleng terutama untuk bisnis rotinya karena harga bahan baku melambung tinggi waktu itu.

Singkat cerita, Dedi beserta isterinya pun memutuskan untuk fokus pada usaha kue kering saja. Karena dirasakan waktu itu, meski tertimpa krisis, usaha kue keringnya masih tetap berjalan. “Ini karena fenomena tradisi lebaran dan perilaku konsumen Indonesia yang kebal krisis bila sudah menjelang hari raya,” ujar dia sambil terkekeh.

Namun sayangnya kerikil tajam harus Ia hadapi kembali ketika hendak mendaftarkan merek usahanya di tahun 2003, karena ternyata merek yang diusungnya sudah dipakai orang. Akhirnya dia pun memutuskan untuk merubah merek yang Joyc menjadi J&C.

Kini bersama dengan isterinya, Dedi berniat untuk terus berupaya mengguritakan J&C hingga ke luar negeri. Kemungkinan dua tahun lagi J&C sudah bisa membuka outlet minimal di Malaysia dan Singapura. Di Singapura, sebenarnya kue J&C sudah ada namun bukan atas nama J&C, melainkan merek lain.

Karena yang di Singapura, masih sebatas pesanan orang yang kebetulan memiliki outlet kue di sana. “Jadi mereka ambil kue dari kami, tapi dijual dengan merek mereka. Lagipula kue yang diambil juga cuma satu jenis, sisanya adalah kue mereka sendiri,” tutur Dedi.

Sedangkan di dalam negeri Ia mengaku melalui 1000 agen dan 10 distributor, ditambah dengan 6 outlet miliknya kini kue kering J&C sudah menyebar hingga ke seluruh Indonesia. “Outlet J&C sendiri paling banyak berda di Bandung dan Jakarta,” tambah dia

Untuk promosinya, Ia mengungkapkan selama ini pihaknya selalu mengandalkan strategi komunikasi lewat mulut ke mulut dan pameran-pameran baik dalam dan luar negeri, selain dengan media tentunya. “Hingga sekarang strategi ini masih dirasa ampuh, buktinya pelanggan J&C kini sudah sampai ke tingkat pejabat RI satu,” tutur Dedi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.