Mark Hancock: Bagaimana Digital Marketing Meningkatkan Minat Transaksi?

Mark Hancock, Brand Planner pada Google ZOO “putting digital first” programme (UK), pada acara Digital Marketing & Social Media Conference 2014
Mark Hancock, Brand Planner pada Google ZOO “putting digital first” programme (UK), sebagai pembicara dalam Digital Marketing & Social Media Conference 2014

Digital Marketing and Social Media Conference 2014 menghadirkan para pakar di mana salah satunya adalah Mark Hancock, Brand Planner pada Google ZOO “putting digital first” programme(UK).

Dalam kesempatan tersebut Hancock menyampaikan tentang bagaimana pemanfaatan digital marketing untuk menciptakan minat beli konsumen.

Mulailah dengan data, kenalilah audiens Anda. Demikian kata kunci pertamanya. Menurut Hancock, penting bagi kita untuk mengetahui apa yang dilakukan audiens saat online maupun offline. Dengan mengetahui kebiasaan-kebiasaannya, kita bisa menyusun langkah selanjutnya.

Kemudian, jadilah solusi atas masalah-masalah yang dialami konsumen, cari tau pada momen apakah mereka menganggap sesuatu sebagai masalah. Misalnya, pada usia paruh baya perempuan cenderung mengalami kerontokan rambut. Maka seandainya Anda memasarkan produk shampoo, jangan cuma menciptakan shampoo yang membersihkan tapi yang juga menguatkan akar rambut. Hal ini akan menjadi jawaban yang dicari oleh audiens untuk permasalahannya.

Jadi, setelah mengetahui datanya, petakan perilaku konsumen, dan tawarkan apa yang bisa dilakukan merek Anda untuk mengatasi masalahnya.

Selanjutnya adalah memikirkan strategi konten. Bagaimana menyusun konten yang mengena terhadap konsumen? Tentunya kita harus mengetahui bagaimana konsumen mencari informasi dan menyikapi informasi yang diterimanya.

Sebagai contoh, orang mencari informasi di Youtube bisa digolongkan menjadi dua. Golongan pertama adalah yang semata-mata mencari jawaban atas pertanyaanya. Begitu ketemu informasi yang dicari, ya sudah hanya info itu aja yang dilihat.

Sedangan golongan kedua adalah tipe yang mencari jawaban atas pertanyaan, tapi mudah teralihkan oleh konten-konten lain yang menghibur yang turut muncul dalam pencarian. Jadi, selain mendapat jawaban atas pertanyaanya, dia juga menikmati konten-konten lain yang berhubungan maupun tidak, sepanjang itu menghibur dan menginspirasi.

Dari situlah kemudian kebijakan mengenai konten untuk marketing online bisa ditentukan, apakah konten yang semata-mata memberi informasi, ataukan konten yang menghibur dan menginspirasi di samping tetap memberi informasi.

Kedua tipe konten di atas sah-sah saja digunakan. Yang penting dipikirkan adalah bagaimana agar konsumen tetap kembali dan merasa ada ikatan dengan merek yang dipasarkan. Oleh karena itu susunlah konten yang handal dan teratur. Ada relevansi antara konten dengan keinginan audiens. Dan mintalah audiens untuk melibatkan diri misalnya dengan mengajak subscribe di kanal Youtube Anda. Biarkan konten Anda menjadi konten yang bisa di-share melalui media sosial.

Lebih lanjut diungkapkan Hancock bahwa konsumen sekarang lebih percaya pada pendapat konsumen lain daripada pada brand. Rekomendasi dari kawan akan lebih didengarkan oleh konsumen daripada oleh apa yang disampaikan oleh brand.

Apakah perusahaan yang selama ini “offline” harus masuk ke ranah online? Untuk keperluan marketing, asal strateginya disusun dengan baik, maka memang jalan tersebut sebaiknya ditempuh mengingat sekarang internet menjadi ujung tombak media promosi.

Apa saja yang kemudian menjadi tantangan yang harus dihadapi ketika menempuh online marketing? Terutama lebih pada efektifitas dan efisiensi antara budget dengan hasil yang dicapai, apakah cukup fair.

Jadi saran terbaiknya adalah dengan memperhatikan data audiens, mempelajari pola perilakunya dan kemudian mengaplikasikannya dalam konnten yang digunakan untuk marketing, sebagaimana telah disebutkan di atas. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.