Masih Suka dengan Merek Asing

Penggunaan merek berbahasa asing (Inggris) di pasar springbed tidak karena sekadar ingin tampil keren. Beberapa pelaku industri memilih merek berbahasa asing karena memang memperoleh lisensi.

Dalam teori marketing, pemberian merek pada suatu produk sangat berguna untuk membedakan sebuah produk dengan produk lainnya yang sejenis. Konsumen akan lebih mudah mencari produk yang telah lebih dikenal melalui merek. Di pasar swalayan misalnya, di mana produk dipajang di rak secara bersama-sama, merek akan sangat menolong dalam hal pemilihan atas suatu produk. Di samping itu juga memberi pengaruh secara psikologis, oleh karena merek dapat memberikan citra tertentu atas produk.

Pada prinsipnya, suatu merek dapat memberikan tanda bagi konsumen mengenai sumber dari sebuah produk. Merek pun dapat memberikan perlindungan bagi konsumen ataupun produsen dari para pesaing yang berusaha memberikan produk-produk yang tampak identik.

Tanpa kita sadari, banyak produsen springbed yang menggunakan merek asing untuk produk-produk yang ditawarkan. Sebut saja merek Elite, Lady Americana, dan Royal Foam yang ditawarkan PT Royal Abadi Sejahtera. Begitu pun dengan perusahaan Massindo Group, yang menawarkan merek Spring Air, My Side, Therapedic, Comforta, dan Protect A Bed.

Bagi perusahaan-perusahaan tersebut, keputusan pemberian merek produk dihadapkan pada keputusan apakah menggunakan bahasa lokal atau bahasa asing sebagai nama mereknya.

Menurut Alvin Abednego, Sales & Marketing Director PT Royal Abadi Sejahtera, ada beberapa hal yang menjadikan pihaknya lebih memilih merek dengan bahasa asing (Inggris). Lady Americana misalnya, merek ini merupakan brand USA yang diperoleh lisensinya, dan katalog yang dipergunakan adalah standar dari Amerika, sehingga memang harus menggunakan bahasa Inggris.

Namun pada prinsipnya, sambung dia, dengan standarisasi tersebut, produk yang dihasilkan oleh pabrik memiliki kualitas yang sama baiknya di setiap batch. Penggunaan teknologi yang dipunyai perusahaan menjadikan produk yang dikeluarkan oleh PT Royal Abadi Sejahtera berbeda dengan produk lainnya. Merek Esteema misalnya, dapat menahan beban 76 orang berdiri dalam springbed ukuran 180x200cm, dengan berat 4.092kg, dan pegasnya dapat kembali ke ketinggian semula (34cm) dalam waktu kurang dari 10 detik. “Ini adalah salah satu keunggulan dari teknologi Ultraflex Spring® yang kami pergunakan,” katanya berpromosi.

Ia pun mengungkapkan, penggunaan merek asing juga menjadi bagian dari strategi marketing. Walau diakuinya, setiap produk tentu memiliki segmen masing-masing. Semisal Lady Americana, diperuntukkan bagi mereka yang menginginkan springbed sebagai investasi kesehatan, kenyamanan, dan kemewahan tidur. Elite mengedepankan kualitas pegas, kenyamanan, juga durabilitas dalam setiap produknya. Sedangkan Royal Foam diposisikan sebagai brand berkualitas dan tahan lama untuk polyurethane foam. “Jadi, setiap brand punya strategi pemasaran tersendiri,” jelas Alvin.

Ditambahkan, bahasa asing (Inggris) saat ini bukan lagi merupakan sesuatu yang eksklusif. Banyak dari masyarakat Indonesia saat ini cukup fasih dengan bahasa Inggris. Selain itu, lanjutnya, sering kali penggunaan bahasa asing lebih simpel, praktis, dan langsung dapat dimengerti artinya oleh konsumen. Misalnya, merek produk terbaru dari Elite springbed, yakni Estima, diambil dari kata esteem yang berarti penghargaan.

“Citra yang ditimbulkan dengan penggunaan bahasa asing dalam merek akan membawa produk yang ditawarkan lebih prestigious,” imbuhnya.

Sementara itu, dalam hal positioning, menurut Alvin, penggunaan bahasa asing juga memengaruhi bagaimana brand yang ditawarkan diasosiasikan oleh konsumen. Alvin mencontohkan merek Elite. Merek ini sendiri sudah berbicara, bahwa Elite springbed itu elite, bukan merek biasa, dan merupakan sebuah brand yang berkelas internasional.

Ditambahkan, tipikal orang Indonesia suka dengan produk yang berasal dari luar negeri, branded, dan berbahasa asing. Sehingga penggunaan bahasa asing dalam sebuah merek adalah sah-sah saja, dan menjadi bagian dari strategi marketing perusahaan, serta bisa mengangkat sebuah brand menjadi lebih prestise.

Hal ini pun dilakukan oleh Massindo Group yang beberapa produknya, seperti Spring Air, My Side, Therapedic, dan Protect A Bed merupakan merek dari Amerika Serikat. Namun demikian, ada juga merek yang diciptakan sendiri oleh Massindo Group, yaitu Comforta dan Super Fit, tapi tetap menggunakan nama dan juga teknologi dari luar.

Teknologi yang dimaksud misalnya Innergetic Latex, merupakan teknologi lateks dengan kualitas terbaik, karena bisa mengembalikan tenaga pada saat tidur secara lebih cepat. Teknologi ini digunakan pada merek Spring Air. Adapula teknologi Couple Comfort, merupakan teknologi rangkaian pegas yang diciptakan dan hanya dipakai oleh Comforta. Adapun teknologi Gel, merupakan salah satu teknologi terkini di dalam dunia bedding.

Massindo Group lah yang pertama kali menjadikannya sebagai salah satu comfort feature untuk merek Therapedic. Sedangkan teknologi Bed Match merupakan sebuah sistem analisis untuk pemilihan matras yang paling cocok untuk setiap konsumen. “Bed Match ini menganalisis tubuh manusia dengan menggunakan 1.000 sensor dan 18 statistik pengukuran tubuh yang berbeda,” jelas Jeffri Massie, President Director Massindo Group.

Ia juga mengakui, merek berbahasa asing (Inggris) yang digunakan merupakan merek yang sudah established di dunia. Sehingga penggunaan nama dengan bahasa asing pun tidak menjadi masalah bagi target market yang dibidik maupun masyarakat luas. “Dengan bertumbuhnya terus ekonomi Indonesia, khususnya sektor properti, maka selalu bertambah pula market kami. Misalnya saja Comforta, yang sudah menguasai market share di segmen menengah. Kami selalu tumbuh rata-rata 30% setiap tahunnya,” tutur Jeffry.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.