Economic Outlook 2023: Begini Konsumen Merespon Inflasi

resesi blobal 2023 Economic Outlook 2023: Begini Konsumen Dunia Merespon Inflasi Mastercard Economics Institute: Economic Outlook 2023 mengeksplorasi empat tema yang akan terus membentuk lingkungan ekonomi global di negara-negara dan kota-kota di seluruh dunia, termasuk Indonesia – suku bunga yang tinggi dan perumahan, pengurangan harga dan pencarian barang yang tepat, harga dan preferensi, serta guncangan dan omnichannel.

Marketing.co.id – Berita Financial Services | Mastercard Economics Institute merilis proyeksi tahunan mereka “Economic Outlook 2023” yang menunjukkan bagaimana ekonomi global “multi-kecepatan” baru akan berdampak pada pertumbuhan dan perilaku belanja konsumen.

“Economic Outlook 2023 mengacu pada kumpulan data publik dan eksklusif, serta model yang bertujuan memproyeksikan aktivitas ekonomi. Laporan ini mengeksplorasi empat tema yang akan terus membentuk lingkungan ekonomi global di negara-negara dan kota-kota di seluruh dunia, termasuk Indonesia dan wilayah Asia Pasifik yakni suku bunga yang tinggi dan perumahan, pengurangan harga dan pencarian barang yang tepat, harga dan preferensi, serta guncangan dan omnichannel.

Suku bunga tinggi dan perumahan

Setelah bertahun-tahun booming perumahan, suku bunga yang lebih tinggi diperkirakan akan menekan anggaran biaya hidup serta semakin mengubah cara konsumen berbelanja.

Di negara-negara maju, Mastercard Economics Institute memperkirakan pengeluaran terkait perumahan akan mengalami penurunan sekitar 4,5% selama tahun 2023, di bawah level sebelum pandemi. Di Thailand, pengeluaran terkait perumahan turun sebesar 1,5 poin persentase pada tahun 2022 dibanding tahun 2019.

Pengurangan harga dan pencarian barang yang tepat

Walaupun terjadi inflasi, pengeluaran konsumen secara keseluruhan akan tetap bertahan dengan cara konsumen akan memilih brand-brand yang terjangkau dan mencari nilai terbaik.

Secara global, jumlah kunjungan konsumen yang membeli bahan makanan di toko fisik meningkat sebesar 31% tahun 2022 dibanding tahun 2019. Namun,pengeluaran rata-rata per kunjungan berkurang sekitar 9%.

Selain untuk mengatur pengeluaran, hal tersebut juga dikarenakan konsumen ingin mengurangi jumlah bahan makanan yang terbuang. Hingga September 2022, frekuensi belanja bahan makanan konsumen di Indonesia meningkat 35% disbanding September 2019. Namun, untuk pengeluaran berkurang 3,1% per kunjungan.

Harga dan preferensi

Karena biaya makanan dan energi menghabiskan Sebagian besar dari anggaran konsumen, rumah tangga dengan pendapatan lebih rendah akan merasakan tekanan yang sangat kuat. Dari 2019 hingga 2022, Mastercard Economics Institute melihat pengeluaran diskresioner oleh rumah tangga berpenghasilan tinggi tumbuh dua kali lipat lebih cepat dari rumah tangga berpenghasilan rendah.

Namun, Sebagian besar kesenjangan ini akan berkurang dengan normalisasi inflasi. Economics Institute memperkirakan tekanan inflasi akan mereda tahun depan dengan tingkat inflasi rata-rata negara maju turun dari 7,1% di Q4 2023. Di Vietnam, dari 2019 hingga 2022, pengeluaran diskresioner untuk pemegang kartu affluent naik sebesar 124,9%, sementara pengeluaran diskresioner untuk pemegang kartu non-affluent naik sebesar 43,3%, selisih 82 pon persentase.

Guncangan dan omnichannel

Bisnis dengan strategi omnichannel akan lebih dapat bertahan karena fokus pada pelanggan. Menurut analisis Mastercard Economics Institute, penggunaan strategi multichannel memberikan peningkatan sebesar 6 poin persentase pada penjualan sektor ritel selama tahun 2022.

Namun, restoran kecil dan besar dapat bertahan dari kerugian sebesar 31% selama puncak lockdown dengan strategi omnichannel. Selain itu, toko pakaian omnichannel kecil juga mengungguli perusahaan khusus daring dan fisik, dengan masing-masing tumbuh 10% dan 26% lebih cepat.

David Mann, Chief Economist, Asia Pacific and Middle East Africa of the Mastercard Economics Institute, mengatakan bahwa pelonggaran pembatasan-perbatasan pandemi di seluruh Asia Timur Laut akan menjadi faktor perubahan besar bagi Asia Pasifik saat memasuki tahun 2023.

Di seluruh kawasan, belanja konsumen secara luas telah pulih ke tingkat sebelum pandemi. Para konsumen merespons inflasi yang lebih tinggi dengan memilih merek-merek yang lebih terjangkau dan toko-toko di mana mereka bisa lebih berhemat untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Hal Ini memberi jalan untuk ‘euforia pembukaan kembali’, terutama untuk ekonomi yang bergantung pada pariwisata, di mana perjalanan, layanan perhotelan, dan pengalaman tetap merupakan bagian terbesar dari total pengeluaran konsumen.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.