Marketing.co.id – Berita Financial Services|Architas, bagian dari Grup global AXA, meluncurkan kajian ESG (Environmental, Social, dan Governance/ konsep Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola) yang memberikan gambaran mendalam mengenai pandangan investor ritel terhadap ESG di 11 negara, termasuk Indonesia. Salah satu temuan kunci dalam kajian ini adalah sebagian besar investor ritel Indonesia mempertimbangkan faktor ESG dalam memilih portfolio investasi.
Temuan dari laporan kajian tersebut menegaskan adanya keinginan yang jelas di antara para investor Asia agar etika dan pertimbangan ESG mereka diperhitungkan dalam keputusan investasi mereka, dan dalam beberapa kasus bahkan lebih tinggi dari orang-orang di Eropa.
Dengan temuan pada enam bidang utama, termasuk prioritas dan keinginan investor, pola pikir konsumen, dan pemahaman tentang tanggung jawab industri terhadap ESG, laporan ini berupaya memberikan gambaran yang lengkap dan beragam tentang latar belakang ESG dengan memahami perspektif dan kekhawatiran investor untuk memberikan saran yang lebih baik tentang tantangan dan peluang di pasar Eropa dan Asia.
Presiden Direktur PT Architas Asset Management Indonesia, Edhi Widjojo menyatakan, hasil kajian tersebut menunjukkan keinginan untuk berinvestasi dalam sektor ESG tumbuh pesat di Asia, khususnya di Indonesia.
Dia menyatakan, Architas berkomitmen untuk memasukkan kriteria ESG dalam pemilihan dana investasi dan solusi investasinya untuk membangun proposisi yang lebih kuat bagi para kliennya, sekaligus untuk mendukung komitmen berkelanjutan AXA terhadap prinsip investasi yang bertanggung jawab.
Baca juga: ABM Investama Perkuat Penerapan ESG
Perwakilan Pemegang Saham PT Architas Asset Management Indonesia, Julien Steimer mengungkapkan publikasi laporan ini dilakukan pada saat yang tepat, saat dunia berupaya mengatasi dan bangkit dari pandemi Covid-19.
“Pembiayaan untuk ESG akan menjadi bagian penting dari pemulihan. Selain itu, target emisi nol bersih kini telah ditetapkan untuk semua ekonomi utama,” katanya.
Julien juga mengungkapkan, aliran modal dan minat investor menunjukkan bahwa kita melewati titik penting dengan konsep ESG, jadi sangat utama bagi kita untuk menetapkan arah yang benar, sehingga dapat melayani dengan baik di tahun-tahun mendatang.
Kajian dari Architas juga mengungkapkan sebesar 82% investor di Indonesia mengganggap berinvestasi secara aktif pada teknologi terbarukan dalam rangka transisi menuju pengurangan emisi karbon bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri MIGAS dapat dimasukan dalam portofolio ESG.
Angka ini merupakan angka yang tertinggi jika dibandingkan dengan kalangan investor di negara-negara lain. Kajian tersebut dilakukan di beberapa negara Eropa dan Asia, seperti Belgia, Jerman, Spanyol, Perancis, Italia, Hong Kong, Jepang, Filipina, Singapura, Thailand dan Indonesia; dengan melibatkan ribuan responden yang terdiri dari investor dan non-investor.
Penolakan terhadap perusahaan yang tidak mentaati ESG
Hasil kajian tersebut menunjukkan keamanan finansial adalah alasan utama untuk berinvestasi di Indonesia. Sebesar 69% responden non investor di Indonesia menyatakan faktor ESG akan menjadi pertimbangan penting ketika mereka mulai berinvestasi. Hal ini seiring dengan keinginan akan keamanan finansial yang merupakan dasar perilaku investor ritel.
Bahkan, khusus di Indonesia, mayoritas investor yang menjadi responden kajian ini menyatakan penolakannya terhadap perusahaan-perusahaan yang tidak mentaati kaidah-kaidah ESG.
Ketika mempertimbangkan kinerja keuangan, sikap keraguan yang ada sebelumnya di kalangan investor mengenai bagaimana kinerja dana investasi ESG dibandingkan dengan dana non-ESG tampaknya telah hilang.
Secara keseluruhan, hasil kajian itu menunjukkan bahwa 92% dari semua investor yang menjadi responden akan mengharapkan kinerja dana ESG menjadi lebih baik atau sebanding dengan dana non-ESG dengan tingkat risiko yang sama.
Baca juga: Gandeng Pluang, UOBAM Indonesia Ajak Milenial Berinvestasi Reksa Dana
Saat ini para Investor, terutama investor yang lebih muda berpendapat bahwa kinerja dana investasi ESG akan mengungguli dana investasi non-ESG dengan tingkat risiko yang sama. Hal ini terutama terjadi di Thailand dengan 82% responden dan Indonesia dengan 66% responden.
Meskipun demikian, baru sekitar 50% responden investor di Indonesia yang mempunyai portfolio ESG. Angka ini cukup tinggi dibandingkan dengan responden investor di negara-negara lainnya; dengan kepemilikan rata-rata jauh lebih rendah di Eropa sekitar 25%.
Kajian ini menunjukkan bahwa faktor ESG atau lingkungan, sosial dan tata kelola menjadi pertimbangan yang cukup penting bagi para investor dan non-investor di 11 negara.
Dari 10 atau 11 negara, termasuk Indonesia, akuntansi yang transparan secara khusus menduduki peringkat teratas. Adapun untuk Indonesia, posisi 5 teratas meliputi perlindungan data dan keamanan siber, bisnis berkelanjutan jangka panjang, pelestarian modal alam dan dukungan akses ke pendidikan.
Marketing.co.id: Portal Berita Marketing & Bisnis