Media Sosial Sebagai Prediktor

Handi_IrawanMarketing.co.id – Anda ingin membeli saham hari ini? Tentunya, Anda perlu mencari berbagai informasi agar dapat membuat keputusan yang benar. Kalau Anda investor jangka panjang, kinerja fundamental perusahaan perlu dipelajari dengan baik.

Apakah perusahaan masuk dalam industri yang menarik? Apakah perusahaan akan mampu bertumbuh baik di masa mendatang, terutama pertumbuhan tingkat profitabilitasnya? Paling tidak, inilah dua pertanyaan yang penting untuk menentukan apakah saham perusahaan yang akan kita beli akan naik atau tidak.

Tentunya, untuk investor jangka pendek, jenis informasi yang akan mereka cari agak berbeda. Mereka lebih memerhatikan supply dan demand dari saham tersebut. Ketika saham perusahaan tertentu banyak diburu dan hanya sedikit yang mau menjual, saham perusahaan akan sangat mungkin naik dalam hitungan jam atau hari.

Apalagi, bila pembeli saham adalah investor kecil dalam jumlah yang banyak, melibatkan banyak sekuritas dan ditambah dengan rumor-rumor yang positif, maka keyakinan investor jangka pendek untuk membeli saham tersebut semakin tinggi. Apalagi kemudian ditambah dengan berbagai peranti lunak yang mampu menyajikan pergerakan saham dalam kurun waktu tertentu, maka investor jangka pendek sudah cukup nyaman untuk membuat keputusan membeli saham.

Bagaimana investor mengetahui rumor saham? Banyak sumber yang dapat diperoleh. Mereka bisa membaca dari media masa. Mereka juga bisa menanyakan kepada komunitas investor atau mencari informasi di bursa saham. Salah satu sumber rumor yang jauh lebih cepat adalah media sosial.

Percakapan di media sosial ternyata semakin menarik bagi investor. Kemampuan rumor dari media sosial untuk memprediksi harga saham semakin bisa dipercaya. Sebuah saham yang mendapatkan percakapan positif dan banyak direkomendasikan untuk dibeli, sangat mungkin sahamnya akan mengalami kenaikan pada hari itu. Tidak mengherankan, di Amerika dan di Jepang, sudah banyak investor yang bergabung dengan situs-situs yang menyediakan rumor saham.

Bagaimana prediksi media sosial bisa memiliki akurasi yang cukup baik? Tentunya, hal ini mudah dijelaskan. Pertama, saham-saham yang banyak direkomendasikan dan dibicarakan dengan tren yang positif memang saham yang secara teknikal adalah saham yang baik.

Saham yang memberi peluang untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek yang baik. Tidak mengherankan kalau rumor terhadap saham tersebut banyak positifnya.

Kedua, rumor yang positif seperti inilah yang kemudian membuat saham tersebut diburu. Karena banyak diburu dan tidak banyak yang mau menjual, sudah pasti terjadi pergerakan kenaikan saham.

Inilah contoh nyata bagaimana media sosial menjadi salah satu alternatif alat untuk membuat prediksi masa mendatang. Kemampuan media sosial untuk memprediksi atau memproyeksikan masa depan bukan hanya di bidang pasar finansial. Media sosial sudah mulai banyak digunakan secara luas di berbagai bidang lain.

Proyeksi Perilaku

Bagi marketer, memprediksi perilaku konsumen merupakan salah satu kunci sukses. Marketer selalu tertarik untuk mendapatkan informasi bagaimana perilaku konsumen dalam mendapatkan informasi di masa mendatang.

Misalnya, apakah media yang akan mereka baca dan sumber-sumber informasi yang digunakan oleh konsumen sebelum mereka melakukan proses pembelian. Demikian pula, apakah informasi dari keluarga dan kawan akan memberikan pengaruh yang kuat dalam menentukan merek sebuah produk yang akan mereka beli.

Setelah itu, marketer atau pemilik merek akan tertarik untuk mempelajari bagaimana konsumen melakukan evaluasi dalam proses pembelian. Apakah atribut atau benefit yang mereka cari? Bagaimana mereka meranking atribut dari sebuah produk atau layanan? Apakah atribut fungsional, atau emosionalkah yang lebih memengaruhi mereka?

PredictorYang lebih menarik kemudian adalah perilaku pembelian konsumen dan pelanggan. Pada tahap ini, marketer ingin mendapatkan jawaban terhadap berbagai pertanyaan, seperti bagaimana proses konsumen melakukan pembelian di masa mendatang? Di manakah mereka akan membeli sebuah produk atau sebuah layanan? Bagaimana cara konsumen membeli sebuah produk?

Pada tahap akhir, marketer dan pemilik merek akan tertarik melihat apa yang terjadi setelah sebuah produk dibeli atau sebuah layanan telah didapatkan. Apakah mereka puas? Kalau mereka puas atau tidak puas, bagaimana mereka merespon? Kalau mereka menyampaikan keluhan, bagaimana mereka berperilaku? Seberapa dampak keluhan tersebut terhadap perilaku pembelian di masa mendatang?

Keseluruhan pertanyaan di atas adalah sebagian dari pergumulan seorang marketer atau pemilik merek yang terus dihadapi. Kemampuan untuk memprediksi perilaku konsumen dan kemudian diterjemahkan dalam bentuk strategi beserta implementasi program pemasaran akan menentukan penjualan, pangsa pasar, dan kekuatan merek. Tidak mengherankan, karena tuntutan seperti ini, riset pemasaran menjadi salah satu alat yang sangat penting.

Sejak tahun 1960-an, saat berbagai konsep teori perilaku konsumen mulai diformulasikan, riset pemasaran semakin berkembang luas. Melalui riset pemasaran inilah marketer mulai terhubung dengan pasar dan konsumen. Berbagai bentuk riset pemasaran seperti riset kuantitatif dan riset kualitatif dengan metode focus group discussion dan in-depth interview menjadi metode baku.

Selama 50 tahun, riset konvensional ini benar-benar menjadi alat yang sangat berguna bagi para marketer. Tidak mengherankan, biasanya perusahaan akan menyisihkan sekitar 2% hingga 3% dari bujet pemasarannya untuk melakukan riset pemasaran. Marketer ingin melihat masa depan pasar dan perilaku konsumen di masa mendatang.

Berbagai kesulitan dari riset pemasaran biasanya diatasi dengan metode-metode lain yang lebih tepat. Misalnya, dalam berbagai situasi, market intelligence menjadi metode yang lebih tepat. Atau kemudian muncul metode riset seperti ethnography yang berusaha mengatasi kesulitan survei untuk melihat perilaku konsumen yang lebih nyata. Proses pengumpulan data yang lambat bisa diatasi dengan menggunakan telepon atau internet.

Media Sosial untuk Riset

Sama seperti di industri keuangan di mana investor tiba-tiba mulai melihat kekuatan media sosial untuk memprediksi harga saham, marketer pun melihat bagaimana media sosial menjadi alternatif dan komplemen dari riset pemasaran dalam memprediksi perilaku konsumen selama beberapa tahun terakhir ini. Apa yang membuat media sosial ini menjadi alternatif riset pemasaran konvensional?

Pertama, media sosial memberikan redefinisi terhadap dimensi waktu. Media sosial adalah dimensi waktu “now” atau real-time. Informasi yang diperoleh melalui media sosial dapat diperoleh saat ini juga. Jelas ini memberi keuntungan yang besar dibandingkan riset konvensional yang membutuhkan waktu beberapa minggu untuk mendapatkan hasil.

Kedua, percakapan konsumen atau pelanggan dalam jejaring sosial telah menjadi sumber informasi yang semakin penting. Pengaruh Facebook, Twitter, dan berbagai blog sebagai sumber informasi untuk memengaruhi proses pembelian semakin nyata.

Tentu saja hal ini biasanya tergantung dari kategori produk. Produk-produk yang menjadi bagian dari gaya hidup seperti industri fashion dan makanan, biasanya memiliki percakapan yang sangat besar jumlahnya.

Ketiga, percakapan dari media sosial juga memberikan insight yang sangat bermanfaat. Marketer akan mengetahui dengan jelas atribut, fitur, atau manfaat yang dicari oleh konsumen atau pelanggannya. Dengan mendengarkan percakapan di jejaring sosial, marketer akan mendapatkan inspirasi untuk menetapkan strategi positioning produknya dan sekaligus juga untuk pengembangan produk baru.

Keempat, percakapan dari konsumen di jejaring sosial menjadi alat prediksi yang baik terhadap tren kekuatan merek di masa mendatang. Bila merek memiliki banyak sentimen positif dan banyak direkomendasikan oleh mereka yang sudah mengonsumsi, mudah diduga bahwa merek tersebut akan bernasib baik di masa mendatang. Mereka sudah memiliki banyak konsumen yang loyal dan sekaligus konsumen yang siap merekomendasikan pada calon-calon konsumen lainnya.

Melihat kekuatan media sosial sebagai bagian dari riset pemasaran inilah yang mendorong Frontier Consulting Group melakukan berbagai pengukuran percakapan merek-merek di Indonesia. Frontier bekerja sama dengan MediaWave yang merupakan platfom untuk melakukan monitoring percakapan, menyajikan social media index dari sekitar 1.000 merek di Indonesia. Majalah MARKETING kemudian menyajikan hasil indeks ini dan membungkusnya dalam bentuk Social Media Achievement Award untuk menarik perhatian dari para marketer di Indonesia.

Di masa mendatang, percakapan konsumen akan menjadi pelengkap riset pemasaran konvensional. Semuanya ini teruji bila media sosial benar-benar menjadi alat prediksi yang akurat terhadap perilaku konsumen di masa mendatang. Kita akan lihat bagaimana social media index ini memprediksi kekuatan merek dan tren penjualan sebuah merek di masa mendatang.

Di Indonesia, kemampuan media sosial sebagai alat prediksi perilaku konsumen akan menjadi semakin nyata di tahun 2014 saat pemilihan presiden berlangsung.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.