Kepung Pasar Dari Segala Lini

Budi Setyawan Wijaya - Direktur Utama Melon Indonesia
Budi Setyawan Wijaya – Direktur Utama Melon Indonesia

Di saat yang lain perlahan mulai menghilang, Melon Indonesia justru berhasil mengepakkan sayapnya lebih tinggi. Profit 15 miliar pun berhasil dibukukan dalam sebulan, apa rahasianya?

Masih ingatkah dengan tragedi ‘Black Oktober’ 2011? Memang, sejak dihantam isu tak sedap kasus ‘pencurian pulsa’ layanan SMS Premium atau dikenal dengan ‘Black Oktober’, industri digital khsususnya layanan RBT (Ring Back Tone) jatuh sejatuh-jatuhnya. Alhasil, pendapatan dari RBT merosot tajam.

Kala itu regulator mengimbau agar operator dan content provider (CP) melakukan unreg secara massal terhadap berbagai layanan konten premium demi meredam keluhan pencurian pulsa. Baca: Cara Melon Atasi Keluhan Pelanggan

Yang terkena dampak dari ‘Black Oktober’ ini jelas bukan hanya operator, para musisi dan label juga terkena imbasnya. Pasalnya, RBT menjadi andalan pemasukan mereka setelah penjualan kaset dan CD lesu karena maraknya pembajakan.

Kini sudah lebih dari tiga tahun berselang, bagaimana kondisi layanan konten yang sempat booming dan menjadi primadona tersebut?

Budi Setyawan Wijaya, CEO Melon Indonesia mengatakan, “Kondisi pasar RBT sekarang sudah mulai membaik. Kami percaya RBT di Indonesia masih akan besar. Meski kejadian tersebut telah mengurangi omzet kami hingga 10%, kami berhasil mengembalikannya menjadi 30%.

Diakuinya, pendapatan terbesar Melon Indonesia berasal dari RBT, sekitar 60% dengan total pendapatan dengan member 6 juta orang. Melon Indonesia pantas bersyukur setelah tragedi ‘Black October’, bisnisnya masih bisa bertahan hingga sekarang. Pasalnya, tidak sedikit pemain kala itu yang tak sanggup bertahan.

Melon Indonesia bisa bertahan sampai sekarang karena tidak hanya mengandalkan produk RBT semata. Masih ada beberapa produk lain yang digarap, seperti full track download, streaming, dan konten yang berkaitan dengan musik – seperti video, gambar dan lainnya. Baca: Sukses Bersama Karyawan

Setidaknya ada beberapa hal yang membuat Melon Indonesia sukses melewati masa-masa sulit itu. Pertama, kemampuannya beradaptasi dengan pasar. Walau bagaimana pun pasar lah yang akan menentukan sebuah produk berhasil atau tidak.

Dari situ Melon Indonesia coba membuat produk yang bisa diterima pelanggan, bisa dinikmati melalui semua gadget dan multi network, serta menyediakan katalog lagu yang lengkap. Kedua, sistem pembayarannya mudah. Melon Indonesia sekarang ini memiliki sembilan sistem pembayaran, mulai dari yang paling popular, yaitu pulsa, sampai kartu kredit.

Terakhir, user experience. Tiap tiga bulan sekali Melon Indonesia selalu mengganti aplikasi. Saking pentingnya, Melon Indonesia mendirikan kantor di Yogyakarta sebagai basecamp para developer-nya.

“Jika Melon Indonesia bisa menghadirkan semuanya dengan baik, pelanggan secara otomatis akan loyal, dan produk yang bagus akan memasarkan dirinya sendiri,” ucap Budi optimis.

Dari segala upaya yang dilakukan, Melon Indonesia berhasil meraup untung hingga 15 miliar rupiah sebulan. Cukupkah bagi Melon Indonesia? Tidak, besarnya keuntungan yang diraih Melon Indonesia belum seberapa jika melihat potensi pasar yang ada.

website melon indonesiaEdukasi Pasar Bersama

Budi menjelaskan bahwa industri musik digital potensinya masih sangat besar. Kalau dikonversi, satu lagu dihargai Rp 1.000 itu bisa mencapai 5 triliun rupiah setahun. Potensi pasarnya masih sangat besar dan yang terserap oleh Melon Indonesia baru 15 miliar rupiah, masih ada kue besar yang belum tersentuh.

“Tren sales musik digital terus meningkat setiap tahunnya. Dari tahun 2011 hingga sekarang pendapatan Melon Indonesia meningkat 300%,” kata Budi.

Besarnya peluang musik digital ini bukanlah tanpa hambatan. Pembajakan merupakan musuh terbesar yang harus diperangi bersama.

Budi bersyukur belakangan ini makin banyak pemain yang muncul meramaikan industri musik digital Indonesia. Melon sedikit pun tidak takut untuk bersaing dengan mereka.

Pasalnya saat ini belum sampai pada tahap kompetisi, melainkan dalam tahap edukasi. Mengedukasi pasar itu biayanya tidak murah. Itu sebabnya hal ini perlu dilakukan bersama-sama.

“Melon merupakan titik kecil dari satu industri besar yang melawan pembajakan. Menggandeng partner merupakan strategi kami untuk memerangi pembajakan,” terang Budi.

Untuk memerangi pembajakan, Melon Indonesia mengenalkan konsep labeling kepada produk yang ditawarkan kepada setiap operator. Misalnya Langit Musik (Telkomsel), Gudang Lagu (Smartfren), X-Musik (XL) dan menyusul Indosat semuanya menggunakan label powered by Melon Indonesia.

Saat ini Melon Indonesia sudah hadir hampir di semua operator dan masing-masing produk menjadi tanggung jawab operator untuk memasarkannya.

Profiling Jadi Kekuatan

Era digital selain merupakan peluang juga memiliki kelemahan, yakni profiling. Google bisa besar seperti sekarang karena itu. Beruntung, Melon Indonesia memiliki kekuatan yang besar di profiling.

Jumlah pelanggan RBT kami sekitar 6 juta dengan jumlah subscriber sebanyak 2 juta pengguna. Kami tahu dari 6 juta orang ini preferensi lagunya apa. Itulah keunggulan Melon Indonesia yang tidak dimiliki pemain lainnya,” lanjut Budi lagi.

Dengan mengetahui profil penggunanya, Melon Indonesia jadi tahu service dan fitur apa yang sekiranya diinginkan oleh mereka. Dari situ lah berbagai layanan , produk, dan fitur dikembangkan.

Sementara untuk memasarkan musik digital, Melon Indonesia mengombinasikan beberapa kanal, baik online maupun offline. Mulai dari web, aplikasi, media sosial, dan widget hingga kegiatan off air sepertipromo tour, lomba musik, dan karaoke keliling.

Event-event seperti Indocomtech, ICS, sangat penting kami ikuti. Tujuannya jelas untuk memperlihatkan eksistensi. Namun lebih penting lagi adalah profiling, lewat database,” begitu Budi menjelaskan. (Cecep Supriadi)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.