Mencerdaskan Lidah Pencinta Kuliner

www.marketing.co.id – Awalnya pengelola tidak menyangka situs ini akan menjadi besar. Berangkat dari sebuah mailing list- milis, Jalansutra (JS) berubah menjadi situs dengan anggota mencapai 18 ribu lebih. Sifat komunitas yang sangat cair tidak menyurutkan mereka untuk menciptakan kegiatan yang akhirnya mendatangkan keuntungan.

Komunitas, fenomena ini mulai marak di Indonesia pada sekitar tahun 2004. Fenomena ini muncul sejalan dengan sifat masyarakat Indonesia yang senang berkumpul dan bersosialisasi. Perkembangan teknologi internet telah mendorong lahirnya bermacam-macam komunitas berbasis internet. Fenomena sosial ini sebenarnya juga terkait erat dengan teori segmentasi dalam dunia marketing. Kumpulan anggota komunitas yang biasanya diikat oleh kesamaan minat merupakan segmen pasar yang potensial.

Jelas, ada peluang bisnis yang bisa diciptakan dari sebuah komunitas, dan itu sah-sah saja meskipun ide awal terbentuknya komunitas bersifat nirlaba. Begitu pula yang terjadi dengan situs www.jalansutra.or.id. Situs yang awalnya dibentuk untuk mewadahi para pencinta kuliner dan penggemar Bondan Winarno ini terus berkembang, dan bahkan sudah melahirkan tiga unit usaha (event organizer, penerbitan, dan biro wisata).

Meskipun skala bisnisnya masih kecil, tetap saja ini menjadi kejutan bagi pengelola situs JS. Karena sebagaimana dituturkan Wasis Gunarto, salah satu penggagas JS, ia tidak menyangka situs tersebut akan menjadi sebesar ini. Memang tidak bisa dipungkiri, nama besar Bondan Winarno, penulis rubrik “Asal Usul” di Kompas edisi Minggu berperan besar dalam memopulerkan JS. ”Anggota komunitas ini ada yang merupakan penggemar Bondan dan ada yang penghobi wisata kuliner. Intinya karena makan-makan dan jalan-jalan bebas nilai, jadi banyak yang suka,” tutur pria yang juga menjadi GM di Kopitiam Oey Indonesia ini.

Para “JS-er”, sebutan untuk anggota komunitas JS, datang dari berbagai kalangan dan kawasan, mulai dari masyarakat biasa, chef, pemilik restoran, sampai duta besar dan mantan duta besar. Mereka tersebar di berbagai kawasan Indonesia, dan bahkan ada yang berdomisili di luar negeri, seperti AS dan Belanda.

“Mungkin karena para duta besar itu sering table manner jadi perlu mengikuti perkembangan kuliner. Karena visi kami adalah mengapresiasi kuliner, seperti yang sering dikatakan Bondan, mencerdaskan lidah,” timpal Marchellinus Hanjaya yang diberi tanggung jawab mengelola penerbit JS.

Ditanya soal kiat-kiat JS bisa menarik banyak anggota, Wasis menegaskan, tidak ada strategi khusus dalam menggaet anggota. Bahkan, strategi standar gerilya marketing di media sosial melalui Facebook atau Twitter yang umumnya mengulas tentang masakan khas daerah tertentu.

Minimal sebulan sekali JS menggelar wisata ke berbagai daerah di Indonesia. Paket wisata ini tentu saja dikemas dengan wisata kuliner. Paket wisata yang ditawarkan kepada anggota JS harganya bervariasi, mulai Rp 3 juta hingga Rp 5 juta. Sekali tur rata-rata JS bisa memberangkatkan 40 peserta. Jadi, kalau Anda bertanya seberapa besar skala bisnisnya, Anda bisa merabanya dari situ.

“Tour and travel berhasil karena lebih simpel daripada bikin event, dan ini kan menyenangkan orang dengan jalan-jalan,” jelas Marcel. Sekadar catatan, komunitas JS sudah beberapa kali menggelar kegiatan, dan yang paling berhasil menurut Wasis adalah perhelatan “Adira Kuliner” dengan menggandeng Adira Finance.

Sukses menggelar aktivitas offline tidak membuat mereka melupakan aktivitas online. Pengelola JS yang berjumlah 10 orang terus memperbaiki situs mereka. Salah satu bukti adalah hadirnya fitur baru “Forum” di situs JS. “Diharapkan fitur ini akan lebih menggerakkan anggota komunitas,” tandas Marcel.

Selain itu, pada tahun 2011, JS siap meluncurkan amunisi baru untuk memperkuat penetrasinya di zona digital. Dengan menggandeng salah satu perusahaan besar, JS akan meluncurkan aplikasi baru yang akan dibenamkan di ponsel pintar seperti BlackBerry atau ponsel pintar berbasis Android. Sayang, keduanya enggan menyebutkan nama perusahaan yang akan bermitra dengan JS. “Aplikasi ini ditujukan untuk pencinta kuliner dan wisata. Menurut rencana, Februari ini mulai go aplikasinya,” ungkap Marcel.

Di ujung perbincangan, sempat dibagi kiat mengelola sebuah situs dan komunitas. Menurut mereka, ketika jumlah anggota makin besar, suka atau tidak suka kita harus menerapkan aturan. Tidak boleh seenaknya saja anggota menulis atau berkomentar. Tetap ada do’s and don’ts-nya (etika). “Semisal, posting tidak boleh mengandung unsur SARA dan tidak boleh beriklan, untuk memberi rasa aman kepada para member,” pungkas Marcel. (Tony Burhanudin)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.