Mendaki Tebing Terjal Dunia Penerbangan

Mendaki Tebing Terjal Dunia PenerbanganTigerair Mandala (sebelumnya bernama Mandala Airlines) kembali berhenti beroperasi setelah sempat hidup kembali selama dua tahun.

Awal tahun 2011, dalam perjalanan pulang ke Indonesia dari Hong Kong, penulis memerhatikan papan elektronik pengumuman di bandara bahwa semua penerbangan yang dioperasikan Mandala Air dihentikan operasionalnya. Sebuah pengumuman yang mengejutkan mengingat usia Mandala Air sudah lebih dari 40 tahun. Namun, kesulitan keuangan yang mendera akhirnya menyebabkan Mandala Air berhenti beroperasi dan harus melakukan PHK (pemutusan hubungan kerja) sekitar 50% karyawannya.

Tak berapa lama setelah penghentian operasi tersebut, Mandala Air kembali beroperasi pada kuartal kedua tahun 2012 dengan nama baru, Tigerair Mandala. Sayangnya, kendala keuangan kembali mendera. Adanya tekanan likuiditas untuk menutup jurang antara pendapatan perusahaan dan biaya yang harus dikeluarkan terasa sangat menekan. Biaya operasional Tigerair Mandala juga terus melonjak karena naiknya harga bahan bakar, sedangkan di saat yang sama kurs rupiah terus melemah. Sementara jumlah penumpang juga sangat dipengaruhi oleh musim yang ada.

Sebenarnya, Tigerair Mandala sempat mencoba bertahan hidup dengan menutup sementara sembilan rute penerbangan per awal Februari 2014 dengan alasan low season. Manajer Hubungan Masyarakat Tigerair Mandala Lucas Suryanata pada waktu tersebut berujar, “Karena saat ini low season. Kami menunggu big season yang terjadi sekitar April.” (Tempo, 8 Februari 2014).

Tetapi pada akhirnya, Tiger Group sebagai induk dari Tigerair Mandala harus menelan pil pahit dengan mengumumkan bahwa Tigerair Mandala berhenti beroperasi per Selasa, 1 Juli 2014. Penerbangan terakhir yang dijalani Tigerair Mandala adalah rute Hong Kong menuju Denpasar dengan waktu keberangkatan pukul 02:35.

Secara fundamental, industri penerbangan adalah industri berbasis layanan, terlepas dari semua peralatan berat, kendaraan, dan fasilitas-fasilitas yang terkait dengan transportasi udara. Maskapai penerbangan komersial melaksanakan tugasnya dengan memberikan layanan berupa jasa transportasi kepada para pelanggan dari satu titik ke titik lainnya.

Karakteristik Utama Industri Penerbangan

Industri penerbangan memiliki karakteristik utama yang melekat pada dirinya, yaitu musiman, pada modal, arus uang yang besar, padat karyawan, dan keuntungan yang tipis.

Musiman adalah salah satu karakter yang melekat kuat dengan industri penerbangan secara historis. Sebagai contoh pada musim liburan anak sekolah, maskapai-maskapai penerbangan akan menjadi sangat sibuk. Sedangkan pada masa tahun ajaran baru, jumlah penumpang akan menurun dan berimbas pada tingkat kesibukan yang berkurang. Hasil dari musim-musim tersebut adalah adanya naik-turun pola tren penerbangan sepanjang tahun. Inilah salah satu tebing terjal yang harus dihadapi para pelaku bisnis dunia penerbangan, yaitu keharusan bertahan hidup khususnya pada masa-masa off-peak.

Padat modal adalah karakter lainnya dari bisnis penerbangan. Maskapai penerbangan termasuk perusahaan pelayanan yang membutuhkan permodalan sangat besar untuk mengadakan berbagai macam peralatan, perlengkapan, dan infrastruktur pendukung yang sangat mahal, misalnya pesawat terbang, hangar perawatan, hingga simulator pesawat. Besarnya permodalan yang dibutuhkan sudah menjadi salah satu hambatan dalam pendakian kesuksesan dunia penerbangan. Apa pun bentuk perencanaan yang dikerjakan untuk memutar arus modal, aliran profit yang konsisten sangat krusial.

Arus uang yang besar adalah hal yang biasa ditemui di dunia penerbangan. Bayangkan sendiri berapa besar biaya yang dibutuhkan untuk mengadakan pesawat-pesawat tersebut bagi para konsumen. Sementara nilai aset tersebut sudah pasti menurun seiring waktu. Karenanya, aset tersebut harus diberdayakan semaksimal mungkin agar menghasilkan arus uang positif yang substansial (keuntungan plus depresiasi). Kebanyakan maskapai penerbangan menggunakan arus uang mereka untuk membayar utang atau mendapatkan pesawat baru. Saat keuntungan dan arus uang menurun, kemampuan sebuah maskapai penerbangan untuk membayar utang dan mendapatkan pesawat baru ada dalam bahaya.

Padat karya juga menjadi bagian dari industri penerbangan. Setiap maskapai penerbangan di muka bumi—khususnya yang memiliki nama dan pasar yang besar—selalu mempekerjakan sekumpulan pasukan yang dipenuhi oleh pilot, pramugara, pramugari, mekanik, pengawas bagasi, agen pengurusan tiket, penjaga gerbang, petugas keamanan, koki, pembersih, manajer, akuntan, pengacara, dan lain-lain.

Memang kini sudah ada bantuan komputer yang mampu meringankan beban sebuah maskapai penerbangan dan menjadikannya lebih terotomatisasi. Namun, fakta bahwa industri penerbangan adalah industri yang menjual jasa sama sekali tidak dapat dielakkan. Konsumen mereka selalu membutuhkan pelayanan personal yang tidak dapat digantikan mesin. Akibatnya, biaya tenaga kerja per karyawan industri penerbangan termasuk yang terbesar jika dibandingkan dengan industri lainnya.

Keuntungan yang tipis menjadi akumulasi berbagai karakteristik dunia penerbangan. Keuntungan tipis tetap mewarnai industri penerbangan bahkan di masa-masa terbaik mereka. Maskapai penerbangan secara historis dan dari masa ke masa mendapatkan keuntungan bersih pada angka 1% hingga 2%. Keuntungan tipis ini bisa jadi semakin terasa dalam maskapai penerbangan yang memosisikan diri sebagai LCC (low cost carrier).

Masih banyak karakteristik lainnya yang menyebabkan berbisnis dalam dunia penerbangan menjadi hal yang tidak mudah. Sama sekali tidak mudah. Jangan terbuai dengan kisah-kisah sukses yang diberitakan media mengenai nama-nama yang kini seakan menjadi legenda, misalnya Garuda Indonesia atau AirAsia. Masih banyak maskapai penerbangan lain yang sudah menemui ajalnya, meski pada masa jayanya seakan-akan mereka akan hidup selamanya, semisal Sempati Air, Bouraq Indonesia Airlines, dan Adam Air. (Andika Priyandana/Dari berbagai sumber)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.