Mengajar Secara Virtual

www.marketing.co.id – Kemajuan teknologi yang ada sekarang ini benar-benar dimanfaatkan oleh Teknos sebagai diferensiasinya, sekaligus keunggulan dalam bersaing.

Sejak kemunculannya hingga sekarang, teknologi Skype dan Webcam banyak dimanfaatkan untuk aktivitas chatting atau teleconference oleh perusahaan-perusahaan besar, termasuk juga pemerintah. Seiring waktu, ternyata kini ada juga yang memanfaatkannya sebagai sarana belajar-mengajar, sebagaimana yang dilakukan oleh bimbingan belajar Teknos.

Mulai tahun 2010, Teknos mengaplikasikan webcam ke dalam aktivitas belajar-mengajarnya. Para murid bisa mendapatkan pengajaran dari guru yang ada di Teknos pusat tanpa harus datang ke lokasi. “Misalnya Teknos di Jayapura ingin mendapatkan pengajaran  dari guru yang ada di Jakarta, mereka tinggal berkomunikasi dengan kami (pusat), kemudian mengaktifkan webcam milik mereka dan pelajaranpun bisa dimulai,” tutur Gusti Bagia Mulyadi, Pemilik merek Teknos.

Metode pengajaran seperti ini nantinya bakal dikembangkan bukan cuma untuk lintas daerah, namun sampai lintas negara, bahkan benua. Tetapi untuk sementara ini, Teknos masih mencobanya di Indonesia dulu.

Saat ini, jumlah cabang Teknos yang mengaplikasikan  teknologi webcam baru sekitar 30% dari total 130 cabang, dengan 100-200 murid per cabang. Itupun masih dilakukan sesuai permintaan. Bagia berharap melalui teknologi ini Teknos akan menambah diferensiasi dibandingkan dengan kompetitornya.

Dalam memasarkan bimbelnya sekarang, Bagia mengaku banyak memanfaatkan aktivitas BTL, seperti mendukung Try Out UAN di Istora Senayan belum lama ini, dan Try Out Online bersama Telkom nantinya. Sedangkan aktivitas ATL seperti beriklan di media massa atau elektronik, diakuinya, turut dilakukan walau tidak terlalu gencar.

Uniknya lagi, dalam hal memakai ambassador untuk aktivitas promosi, Teknos tidak seperti pemain lain yang suka memakai public figure seorang artis. Pada Teknos, yang dipakai adalah figur dari pendiri Teknos dan bangunan kampus terfavorit di Indonesia, seperti UGM, ITB, dan UI.

Alasannya, menurut Bagia, tujuan orang setelah lulus SMU adalah kuliah di kampus favorit, yang umumnya adalah universitas negeri. “Maka dari itu, saya pakai bangunan kampus UI, ITB, dan UGM yang merupakan kampus negeri favorit berstandar internasional sebagai ambassador-nya,” tandas dia.

Selain itu, tagline promosi yang diusung bimbel yang menggurita berkat waralaba ini pun tidak bertele-tele, misalnya, “Mau Jadi Juara”, “Masuk Teknos Donk”. Dan bagi para investor, sering kali Teknos memakai kalimat

sakti sebagai tagline-nya, “Pusing?? Bisnis gak maju-maju, join ke Teknos aja”. Cukup simpel dan mudah diingat.

Satu lagi kepiawaian Bagia dalam mengembangkan bisnis bimbelnya adalah keahlian dia dalam membangun relationship, terutama dengan orang-orang di pemerintahan.

Oleh karena hubungan dekatnya dengan orang-orang di pemerintahan, bimbelnya pun mendapatkan subisidi, terutama dalam hal waralaba. Jadi, kalau sebelum mendapat subsidi harga asli waralaba Teknos Rp 150 juta, kini para investor yang berminat join dengan Teknos cukup merogoh kocek Rp 40–90 juta. Tergantung pada paket waralaba yang diambil.

Ke depan, Bagia optimistis bimbelnya bakal meraih sukses seperti yang dulu pernah diraihnya. Untuk itu, di tahun depan, dirinya bakal lebih mengagresifkan lagi—baik itu—aktivitas promosi maupun inovasi. “Kemungkinan besar mulai tahun depan teknologi mengajar via webcam juga bisa diberlakukan di seluruh cabang Teknos,” ujarnya. (Andri Darmawan)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.