Meningkatnya Bujet untuk Media Sosial

MARKETING.co.id – Hasil survei yang dilakukan oleh CMO Survey menunjukkan bahwa bujet dan pengeluaran para marketer untuk keperluan media sosial terus meningkat. Diperkirakan sekitar lima tahun yang akan datang, para marketer diharapkan bisa menghabiskan 19,5% dari bujet mereka untuk keperluan media sosial.

Angka tersebut hampir tiga kali lipat lebih tinggi dari yang ada sekarang. Dalam waktu satu tahun lagi, para marketer diharapkan bisa menghabiskan 10,8% dari dananya untuk keperluan media sosial. Angka-angka ini layak untuk diteliti lebih lanjut supaya kita memahami apa saja yang telah terjadi selama ini.

Pertama, besar pengeluaran dalam hitungan persentase dari keseluruhan dana atau bujet marketing terus menunjukkan peningkatan dalam dua atau tiga tahun terakhir ini. CMO Survey telah meneliti terus peningkatan ini. Mereka telah menyaksikan kenaikan sampai angka 7,4% dari hanya 3,5% di bulan Agustus 2009.

Kedua, harapan pertumbuhan dalam waktu satu tahun nampaknya belum terpenuhi. Jika demikian, kita bisa memproyeksikan tingkat pengeluaran untuk 12 bulan berikutnya dari tahun sebelumnya adalah sama dengan pengeluaran sebenarnya di tahun berikutnya. Hal ini hampir terjadi antara Agustus 2009 dan Agustus 2010 ketika proyeksi 1 tahun ada di angka 6,1% dan pengeluaran sebenarnya satu tahun berikutnya adalah 5,9% (lihat Grafik 1).

Tetapi dalam periode-periode berikutnya, gap yang ada antara proyeksi pengeluaran dan pengeluaran sebenarnya menjadi lebih besar lagi (Agustus 2010 menunjukkan proyeksi 1 tahun sebesar 9,9% vs 7,1% pengeluaran sebenarnya 1 tahun berikutnya. Plus pada Agustus 2011 proyeksi 1 tahun sebesar 10,1% vs 7,4% pengeluaran sebenarnya 1 tahun berikutnya). Para marketer memperkirakan media sosial akan bertumbuh lebih besar daripada pertumbuhan yang terlihat sebenarnya. Walaupun demikian, media sosial memang sedang bertumbuh, dan bahkan lebih besar daripada investasi marketing lainnya.

Ketiga, tidak semua industri mengalami pertumbuhan bujet media sosial dengan kecepatan yang sama. Dalam arti tidak semua industri berpikir untuk meningkatkan anggaran mereka untuk keperluan media sosial. Tabel 1 menunjukkan keadaan sekarang, proyeksi 1 tahun, dan proyeksi 5 tahun dari dua survei terakhir pada 4 sektor bisnis utama. Kita bisa lihat di sana bahwa perusahaan produk B2B telah bertumbuh pesat pada periode sekarang (47%) dan diharapkan memperbesar pengeluaran untuk media sosial setelah 1 tahun (34%) dan 5 tahun (38%) lebih banyak dari sektor lainnya.

Perusahaan-perusahaan produk B2C masih menjadi industri yang pengeluarannya paling besar untuk media sosial. Tapi, perusahaan produk B2B menunjukkan kurva pertumbuhan yang lebih tajam. Media sosial adalah konten online yang dibuat oleh perusahaan, konsumen, dan pihak lain di dalam web. Bentuk konten tersebut bisa bermacam-macam, seperti blog, ulasan produk, desain produk, jaringan sosial, forum, dan sharing foto/video.

Jika melihat peranan media sosial dalam mengakuisisi dan meretensi pelanggan, para marketer berpikir wajar saja jika perusahaan-perusahaan produk B2B menggenjot investasi mereka di sana. Keunggulan yang dimiliki perusahaan B2B adalah mereka biasanya tahu pasti siapa saja yang bisa menjadi pelanggan mereka. Ini berarti semua pihak bisa berinteraksi dengan mereka secara mudah lewat media sosial, plus kontennya juga bisa disesuaikan dengan mudah.

Para marketer menganggap perusahaan jasa B2B juga mempunyai peluang yang sama. Tapi, mengapa perusahaan-perusahaan ini tidak meningkatkan bujet dengan kecepatan yang sama? Sektor jasa B2B malah menunjukkan penurunan tingkat pengeluaran untuk media sosial pada tahun ini. Mungkin sebabnya karena perusahaan-perusahaan jasa B2B sudah mengeluarkan dana dua kali lebih banyak daripada perusahaan produk B2B (8,6% vs 4,2%).

Bagian atau divisi sumber daya manusia (HRD) juga semakin sering memanfaatkan media sosial dalam tahun-tahun terakhir ini. Hasil dari CMO Survey menunjukkan bahwa jumlah orang yang dipekerjakan perusahaan secara internal untuk mengerjakan segala sesuatu yang berhubungan dengan media sosial telah meningkat 70% dari rata-rata 5 karyawan menjadi 9 karyawan (lihat Gambar 2).

Jumlah karyawan yang bekerja paruh waktu atau di-outsource oleh perusahaan untuk mengerjakan keperluan media sosial juga menunjukkan peningkatan dari sekitar 2 orang sampai 4 orang. Jadi, perusahaan memang merekrut atau men-training khusus orang-orang untuk membantu mereka bermain lebih cantik di media sosial, baik dengan sistem outsource ataupun secara permanen.

Tak diragukan lagi kita akan semakin dituntut untuk mempraktikkan kemampuan yang dulu kita dapatkan di universitas dan segala aktivitas komunitas lainnya. Kita harus menggabungkan keahlian yang bersifat teknis dengan keahlian strategis dan marketing supaya segala pengeluaran yang menyangkut media sosial bisa memberikan hasil yang memuaskan. Selain itu, kita juga memerlukan sumber daya manusia yang bisa mengelola media sosial dan menciptakan standar prosedur operasional. Ini supaya modal dan sumber daya yang dikeluarkan bisa ditujukan ke arah yang lebih efektif. (Sumber: www.cmosurvey.org)

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.