Menjadikan Pelanggan Sebagai Kawan, Sekaligus Raja

Optik Tunggal masih bertahan karena kualitas produk dan pelayanan. Hal ini menjadi kunci untuk tetap tumbuh, meski di masa sulit.

Ada pendapat mengatakan bahwa ketika semua bisnis lain sudah diambang kematian, maka yang masih bisa bertahan adalah bisnis retail. Selama ada kebutuhan terhadap barang dan ada transaksi, maka retail akan tetap ada. Termasuk, pada barang yang lifecycle-nya panjang sekalipun.

Salah satu industri yang sudah berumur lama adalah retail kacamata. Banyak sekali pemain yang terjun ke bisnis ini. Salah satunya adalah Optik Tunggal yang tahun ini telah berumur 80 tahun. Perusahaan kacamata ini berdiri sejak tahun 1929, dengan nama C. Fielen OD. Kemudian, berubah menjadi Optik Tunggal tahun 1956.

“Sekarang ini, Optik Tunggal memasuki masa peralihan, dari generasi kedua ke generasi ketiga. Tentunya, kami selalu mencoba untuk melakukan perubahan dan perbaikan sesuai dengan perkembangan zaman,” ujar Kenneth S. Kurniawan, Director Optik Tunggal.

Optik Tunggal tidak pernah lepas dari bisnis utamanya, sebagai retail optik yang menyediakan berbagai kacamata, contact lens dan aksesoris lainnya. Bisa jadi, karena fokus menekuni bidang ini, mereka bisa bertahan hingga sekarang ini.

Kenneth menambahkan bahwa mereka tetap fokus dan bertahan, karena melihat potensi bisnis ini masih sangat besar.  Apalagi mengingat jumlah penduduk Indonesia yang begitu banyak, mencapai 220 juta jiwa. Di sisi lain, jumlah optik retailer yang tersedia hanya 5000 buah.

Menurut data, jumlah pemakai kacamata di Indonesia masih berkisar di angka 5% dari total penduduk. Bila dibandingkan dengan Jepang, jumlah itu belum seberapa. Di negeri Matahari Terbit, jumlah pemakai kacamata mencapai 40%.

“Kita tidak perlu memproyeksi jumlah pemakai kacamata di negara ini akan mencapai angka seperti di Jepang. Misalnya, bila pemakai kacamata kita mencapai angka 20% saja, bisa dibayangkan jumlahnya bisa mencapai 20 juta. Artinya, pasar kacamata masih sangat besar sekali dan terbuka,” jelas Kenneth.

Apalagi, kecenderungannya sekarang ini kacamata tidak lagi sekadar sebagai alat pembantu baca saja. Namun, juga sebagai mode dan aksesoris dalam berdandan. Dunia fashion banyak yang menggunakan kacamata untuk melengkapi penampilan baju rancangan mereka.

Bila dilihat dari skala perusahaan ritel, Optik Tunggal, masuk dalam ukuran minimarket. Dan, mereka menempatkan diri sebagai spesialty shop atau retail khusus.

Sebagian besar, atau hampir semua outlet Optik Tunggal ada di pusat keramaian, seperti pusat pertokoan dan mall. Total outlet Optik Tunggal sekarang ini sekitar 58 buah, dan 95% di antaranya berada di mall. Pertimbangannya, karena karakter pembeli optik biasanya tidak selalu membeli langsung. Kebanyakan melihat-lihat kacamata di sela-sela saat mereka ke mall.

“Tidak terlalu banyak nasabah yang mengkhususkan diri datang ke sebuah optik, kecuali dalam situasi khusus. Dengan begitu, kami harus hadir di pusat keramaian,” tambah Kenneth. Kehadiran outlet Optik Tunggal di mall untuk mengantisipasi kecenderungan impulse buying di kalangan muda sekarang ini.

Target market Optik Tunggal adalah kelompok ekonomi kelas menengah ke atas. Sasaran usia,  baik pria atau perempuan,  antara umur 20-40 tahun. Kisaran harga yang dipatok juga bervariatif antara Rp 800 ribu hingga 15 juta.  Elemen-elemen penentu harga yang digunakan adalah biaya produksi yang tetap, kualitas produk, dan kebijakan harga yang dipatok oleh principal.

Mereka memposisikan diri sebagai ‘Optik dengan pelayanan terbaik’.  Positioning ini mereka ambil mengingat kacamata adalah barang yang lifecycle-nya panjang. Sehingga, mereka harus membangun kedekatan dengan semua nasabah dengan memberikan layanan bagus. “Kami selalu menempatkan pelanggan sebagai raja dan kawan. Kami melayani mereka seperti raja, tapi juga memberi saran layaknya untuk memastikan bahwa mereka mendapat kacamata yang tepat,” terangnya.

Pertumbuhan bisnis Optik Tunggal rata-rata antara 10-15% per tahun. Namun, dengan adanya krisis ini seluruh industri retail mengalami penurunan sekitar 5-15%. Sehingga, tahun ini Optik Tunggal tidak mematok banyak dalam pertumbuhan, minimal sama dengan sebelumnya. Saat ini, mereka mampu memasarkan rata-rata 6000 frame kacamata per bulan.

Dilihat dari posisinya dalam industri retail kacamata, Optik Tunggal masuk dalam tiga besar.  Mereka sepertinya juga berusaha untuk meraih share yang lebih banyak. Salah satunya dengan membuka outlet baru yang di tahun ini rencananya akan dibuka sekitar 15 gerai lagi yang semuanya berada di mall.

Ketika akan membuka outlet baru, tentunya ada pertimbangan yang selalu dipegang dalam memilih mall. Diantaranya, segmentasi mall tersebut. Lokasi mall,dan tingkat keramaiannya.

Differensiasi dari Optik Tunggal ada pada kualitas produknya. Mereka menjamin kualitas kacamata, frame, dan aksesoris lainnya. Optik Tunggal adalah pemilik lisensi lensa Carl Zeiss, yang merupakan lensa terbaik saat ini. Mereka juga menyedian RVT untuk mengukur kecocokan model kacamata dan wajah. Selain itu, juga untuk memastikan keakuratan lensa progresive dengan pupil mata.

Sampai sejauh ini, Optik Tunggal belum mewaralabakan outlet mereka. Sebab, karakterisktik bisnis ini harus dikelola oleh orang yang benar-benar ahli dan mengerti mengenai kacamata. Namun, mereka bekerja sama dengan sekitar 300 outlet optik independen di seluruh Indonesia.  “Permintaan dari masyarakat untuk menjadi pewaralaba sudah ada. Kami sangat tertarik, dan sedang melakukan konsolidasi dalam manajemen dan sistem,” tegas Kenneth.(Ign. Eko Adiwaluyo)

1 COMMENT

  1. Riset di atas betdasarka apa? Apakah ada survey yang di lakukan ke pembeli untuk akhirnya bisa menyimpulkan bahwa optik tunggal menjadikan pembeli sebagai raja dan kawan?
    Pengalaman saya membeli frame dan lesnsa di optik tunggal grand indonesia mall adalah sebaliknya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.